Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

~ ADAM ~

~ ADAM ~
 Ambil Posisi Di Tengah Dinginnya Angin Malam

Ditulis oleh:
 Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory
 -semoga Allah menjaganya-
Markiz Ahlussunnah – Darul Hadits di Dammaj
 17 Shafar 1433H




KATA PENGANTAR

 بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وسلم تسليما كثيرا.  أما بعد

Di tengah-tengah dinginnya angin malam pada pertengahan musim dingin di bulan Muharram 1433 Hijriyyah bangkitlah sekelompok para penuntut ilmu dan para da’i di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj untuk mencegah kejahatan orang-orang kafir yang beragama Syi’ah-Rofidhah yang lebih dikenal dengan Khutsiyyun, mereka melakukan penyerangan terhadap Syi’ah-Rofidhah yang menduduki samping barat gunung Barraqah pada pertengahan bulan Muharram, di tengah musim dingin pada malam hari yang sangat dingin (lihat tulisan “AMIN, ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN”).

Diantara mereka yang bangkit mengambil posisi dalam melakukan penyerangan tersebut adalah Abul Jauhar Adam bin Ahmad Al-Bughisy –semoga Allah merahmatinya- (untuk selanjutnya disingkat “Adam”).

Tulisan ini memiliki keterkaitan dengan tulisan “AMIN, ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN”, apa yang kami sindir dalam tulisan “AMIN…” tentang Adam maka pada tulisan ini kami akan sebutkan pula sebagai bentuk penjelas.

Tulisan ini kami susun sebagai bentuk dari pemenuhan permintaan sebagian saudara-saudara kami seiman dan juga sebagai bentuk perwujudan dari wasiat Adam –semoga Allah merahmatinya- yang beliau berkata: “Tolong tabahkan orang tuaku atas apa yang terjadi”, harapan kami semoga dengan sebab apa yang kami tuliskan ini sebagai salah satu sebab dalam memberikan ketabahan kepada orang tuanya.

Kami memohon kepada Allah Ta’ala semoga Dia menjadikan tulisan ini bermanfaat untuk kami, kedua orang tua kami dan siapa saja yang membacanya serta mengambil faedah darinya. Begitu pula kami memohon kepada Allah semoga Dia merahmati Adam dan menjadikannya sebagai seorang yang mati syahid dan kami memohon kepada Allah semoga Dia selalu menjaga dan memberi hidayah kepada kedua orang tuanya, orang tua angkatnya, saudara-saudaranya serta kawan-kawannya dan siapa saja yang pernah berbuat baik kepadanya. Dan kami memohon kepada-Nya pula semoga apa yang kami tulis ini sebagai sejarah yang nantinya selalu dikenang oleh generasi-generasi yang akan datang.

وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم وَآَخِرُ دَعْوَانا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Ditulis oleh kawan dekatnya Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory As-Seramy –semoga Allah mengampuni dosa-dosanya dan menutupi aib-aibnya- di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj-Sha’dah-Yaman pada Kamis sore 17 Shafar 1433 Hijriyyah.



BAB I
MENGENAL LEBIH DEKAT ADAM

1.1 Nasab dan Kelahirannya.

Beliau –semoga Allah merahmatinya- lahir di Ambon pada tanggal 27 November 1985 Masehi (14 Robi’ul Awal 1406 ;ed). Nama asli beliau adalah Harianto Djawia, kemudian beliau memakai nama hijroh Mushthafa, ketika beliau di Dammaj beliau mengganti namanya dengan Adam [1].

1.2 Pendidikannya.

Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata kepada kami: Ketika saya SMA di Ambon saya mendengar ceramah Abu Salman Musthafa Al-Buthony alias Abu Abayah [2] ketika itu dia sebagai salah satu da’i LJ (Laskar Jihad), saya kagum dengan ceramahnya karena isi ceramahnya Qaalallah (berkata Allah) dan Qaalannabi (berkata Nabi), karena itu saya tertipu dengannya akhirnya saya memakai nama Mushthafa sebagaimana namanya [3].

Setelah beliau mengenal ilmu dan mengetahui tentang pentingnya ilmu maka beliau bergegas ke pondok pesantren di Sulawesi, di pondok tersebut beliau memiliki banyak kawan, diantara kawan beliau yang terus bersama beliau hingga sampai di Dammaj adalah saudara kandungku Abul Husain Umair bin Salim Al-Limbory –semoga Allah menjaganya-.

Setelah itu beliau melanjutkan pendidikannya di pondok pesantern di Jawa, di pondok pesantren tersebut beliau memiliki banyak kawan, diantara kawan beliau adalah saudara kandungku Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limbory –semoga Allah menjaganya-.

Ketika kami masih di Surabaya saudara kami Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limbory –semoga Allah menjaganya- akan balik ke Ambon maka kami menjemputnya ke terminal Bungurasih Surabaya, di terminal tersebut kami berjumpa dengan beliau –semoga Allah merahmatinya- yang pertama kalinya. Beliau pulang kemudian ke Tembagapura-Timika-Irian Jaya untuk mengamalkan ilmunya yaitu berdakwah di jalan Allah, di Tembagapura beliau mendapatkan fasilitas dakwah dari saudara-saudaranya seiman, diantara mereka yang banyak berjasa kepadanya adalah Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga Allah menjaganya-, bahkan beliau teranggap sebagai bapak angkatnya. Ketika beliau rencana ke Dammaj untuk mendalami ilmu agama maka Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga Allah menjaganya-memberikan dukungan kepadanya, beliau dijadikan sebagai anggota keluarganya dan tercatat namanya dalam kartu keluarga Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga Allah menjaganya-.

Ketika beliau –semoga Allah merahmatinya- melihat laptop Abul Hasan Ahsan Al-Makassary yang dipinjamkan kepada kami untuk menggunakannya sampai saat ini, maka beliau berkata: “Laptop ini sama dengan laptopku yang dulu, dulu pamannya Irham Purworejo (Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy) memberiku laptop seperti ini namun ketika aku mau ke Dammaj dan mampir di Makassar ternyata di kost-kostan temanku laptop tersebut dicuri oleh maling”.

1.4 Rencana Keberangkatan ke Dammaj.

Setelah beliau selesai mengurus surat-surat untuk ke Dammaj yang dibantu oleh bapak angkatnya Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy beliau bergegas ke pulau Jawa dan mampir di salah satu pondok pesantren hizbiyyin di Muntilan, di pondok pesantren tersebut beliau berjumpa dengan seorang pentolan hizby yang bernama Muhammad As-Sarbiny, ketika Muhammad As-Sarbiny tahu bahwa Adam mau ke Dammaj dia pun bergegas memberi nasehat: “Kalau kamu sampai di Dammaj bertemanlah dengan Abu Salman (klik disini siapa  Abu Salman alias Abu Abayah ;ed), Ayip Syafrudin dan Mukhtar”.

1.5 Sesampainya di Dammaj.

Beliau –semoga Allah merahmatinya- berkata kepada kami: “Ketika aku sudah sampai di Dammaj aku mengikuti pesan Muhammad As-Sarbiny  untuk duduk berteman dengan Abu Salman, Ayip Syafrudin dan Mukhtar namun ketika aku melihat akhlaknya Mukhtar dan Ayip membuatku tidak suka untuk duduk dengan mereka, Mukhtar dan Ayip kalau tertawa suaranya besar-besar, paling gaul dan la’ab (banyak main), berkeliaran di gunung-gunung[4]”.

Orang yang mencintai ilmu tentu akan menginginkan untuk berteman dengan orang yang mencintai ilmu pula dan dia akan terus berusaha untuk bisa selalu mencari ilmu, tidak heran kalau kemudian banyak orang berbondong-bondong ke Darul Hadits Salafiyyah Dammaj untuk menimba ilmu, tidak hanya dari kalangan manusia namun dari kalangan jin pun berkeinginan untuk datang menimba ilmu di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj, berkata Abdul Qadir Ar-Riyawy –semoga Allah menjaganya-: “Adam –semoga Allah merahmatinya- di perpustakaan umum Darul Hadits Salafiyyah Dammaj bercerita kepadaku: “Di Dammaj ini pernah ada kejadian seorang laki-laki (penuntut ilmu) ditawari untuk menikah dengan seorang wanita maka laki-laki tadi menerima tawaran tersebut maka keduanya pun menikah, akan tetapi wanita tadi memberi syarat: “Kalau masuk rumah atau kamar harus mengetuk pintu dulu tiga kali”, laki-laki tadi langsung menerima syarat tersebut. Rumah tangga suami istri tersebut sudah berjalan beberapa bulan kemudian laki-laki selaku seorang suami tadi masuk ke dalam rumah atau kamar dengan tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu dikarenakan lupa, ternyata di dalam kamar atau rumahnya dia mendapati makhluk yang menakutkan; berkuku panjang, rambutnya tak karuan yang sedang memakan kepala hewan (sesembalihan) yang masih mentah (berlumuran darah), ketika laki-laki tadi menyaksikan seperti itu maka makhluk tadi berkata: “Kenapa tidak ketuk pintu dulu tiga kali?”, laki-laki tadi langsung menutup pintu dan keluar, setelah itu dia masuk lagi ternyata dia hanya mendapati istrinya, maka istrinya pun menundukan pandangan sambil berkata: “Kenapa kamu tidak ketuk pintu dulu tiga kali?”, suaminya pun bertanya: “Siapa sebenarnya kamu ini?” maka istrinya menjawab: “Sebenarnya kami ini adalah jin, saya merubah bentuk seperti ini supaya saya bisa menuntut ilmu di Dammaj ini dengan tenang dan lagi pula orang tuaku senang denganmu”. Maka suaminya tadi berkata: “Tapi kalian telah melakukan penipuan, panggil orang tuamu ke sini!”, orang tuanya pun langsung datang, maka laki-laki tersebut langsung mengusir mereka semuanya dan berkata: “Kalian pergi dari rumahku ini!”, maka jin tersebut keluar bersama orang tuanya meninggalkan rumah suaminya tersebut”.

Dari kisah tersebut dapat dipetik pelajaran diantaranya:
Jin dan manusia memiliki tanggung jawab dan beban syari’at, Allah Ta’ala berkata:

﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذاريات: 56]

“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku”. (Adz-Dzariyat: 56).
Penggolongan jin sama dengan penggolongan manusia; ada jin yang baik dan ada pula jin yang tidak baik, ada jin yang ahlussunnah ada pula jin yang beragama rofidhah, ada jin yang jujur ada pula jin yang penipu, ada jin yang mencintai ilmu ada pula yang tidak mencintai ilmu (lihat tafsir Al-Qur’an pada surat Al-Jin).

Bukan sekali atau dua kali kejadian tentang jin yang datang di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj untuk menuntut ilmu namun sudah berkali-kali, ketika kami masih di pulau Jawa kami sempat pula mendengarkan dari kawan-kawan dan kami mendengarkan pula rekaman suara jin ketika jin tersebut menyusup ke dalam tubuh seseorang, ketika ada seorang ustadz hizby meruqyah orang yang kesurupan jin tersebut dengan menyuruh salah seorang muridnya untuk mengazankan ke orang yang kesurupan tadi, ketika mendengar azan maka jin yang ada dalam tubuh orang tersebut ingin keluar maka disuruhlah untuk ke pondok pesantren hizbiyyah Al-Bayyinah Sedayu-Gresik yang diasuh oleh seorang pentolan hizbiyyin yang bernama Muhammad Afifudin bin Husnunnuri As-Sidawy dan kakaknya Agus Su’aidi maka jin tadi mau akan tetapi ustadz yang meruqyah tadi menegaskan bahwa di Sedayu terlalu dekat dan khawatir akan balik lagi, akhirnya dia menyuruhnya untuk ke Muntilan (ke pondok pesantren hizbiyyah Minhajus Sunnah yang diasuh oleh gembong hizbiyyin yang bernama Muhammad As-Sarbiny) maka jin tadi tidak mau untuk ke Muntilan, lalu ustadz yang meruqyah tadi memerintahkannya untuk ke Dammaj, jinnya pun akhirnya keluar dari tubuh seseorang tadi dan bergegas ke Dammaj.

Pernah kami mendengarkan Syaikh kami Abu Muhammad Abdul Wahhab Asy-Syamiry –semoga Allah menjaganya- mengisahkan tentang jin-jin yang datang di Dammaj pada zaman Asy-Syaikh Muqbil –semoga Allah merahmatinya-, jadi tidak heran kalau Syaikh kami Imam Darul Hadits Dammaj An-Nashihul Amin Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajury –semoga Allah menjaganya- terkadang dalam ceramahnya berkata: “Wahai manusia, wahai para jin….. bertaqwalah kepada Allah!”.



1.6 Persiapan-persiapannya Sebelum Jaga.

Melakukan persiapan sebelum jaga atau sebelum melakukan peperangan adalah merupakan perkara yang dituntut di dalam syari’at, Allah Ta’ala berkata:

﴿وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ تُرْهِبُونَ بِهِ عَدُوَّ اللَّهِ وَعَدُوَّكُمْ وَآخَرِينَ مِنْ دُونِهِمْ لَا تَعْلَمُونَهُمُ اللَّهُ يَعْلَمُهُمْ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ شَيْءٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُوَفَّ إِلَيْكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تُظْلَمُونَ﴾ [الأنفال/60]

“Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kalian sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kalian menggentarkan musuh Allah dan musuh kalian dan orang orang selain mereka yang kalian tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. Apa saja yang kalian nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup kepada kalian dan kalian tidak akan dianiaya (dirugikan)”. (Al-Anfal: 60).

Beliau –semoga Allah merahmatinya- bila sudah sampai waktu jaga maka beliau menyiapkan persediaan untuk jaga, sebelum jaga beliau membersihkan senjatanya, menyiapkan peluru-peluru dan pisaunya dan bila beliau memiliki uang maka beliau membeli makanan ringan dan minuman-minuman. Apabila jadwal jaga kami, Adam dan Amin di Zawaid sudah sampai waktu gilirnya maka beliau langsung memesan kepada kami “Jang lupae bikin ‘asidah!“.

Ketika terjadi pengepungan dan pemutusan jalan yang dilakukan oleh Rofidhah-Khutsiyyun dari Dammaj ke Sho’dah yang mengakibatkan bahan makanan tidak bisa masuk ke Dammaj maka Adam berkata kepada kami: “Kalau nanti sudah aman dan jalan sudah dibuka, saya ingin beli perlengkapan (bahan-bahan) ‘asidah”[5].

Diantara makanan ciri khas Ambon-Arob yang paling beliau sukai adalah ‘asidah.


1.7 Disiplinnya dalam Jaga.

Di awal bulan syawal 1432 Hijriyyah kami dan beberapa kawan naik ke gunung Barraqah untuk jaga, ketika beliau mengetahui bahwa kami dan kawan-kawan jaga di gunung Barraqah beliau pun bergegas naik setelah shalat isya’[6].

Sudah merupakan kebiasaan beliau kalau jaga beliau tidak mau tidur, ketika melihat kami duduk di matras beliau pun mendatangi kami untuk menemani kami dan sudah menjadi kebiasaan kami kalau berjumpa dengannya kami katakan: “Allahu Yuzawwijuk” (semoga Allah menikahkanmu) beliau dengan senang berkata: “Aamiin”. Setelah kami mendoakan seperti itu beliau duduk di samping kami dan berkata kepada kami dan kepada teman kami yang bernama Numair Al-Lomboky: “Kalau kamu mau menikah carilah wanita yang baik dan penyabar karena banyak wanita yang tidak bisa sabar karena tertipu dengan harta (kekayaan), ada sebuah buku yang sangat bagus yang ditulis oleh salah seorang murid Asy-Syaikh Muqbil yang isinya berkaitan dengan kisah-kisah dan kejadian yang terjadi di zamannya, pernah saya bacakan ke salah seorang temanku sebelum dia tidur, saya membaca tentang kejadian di kota Ibb (salah satu kota di Yaman), pernah kejadian di Ibb ada seorang laki-laki asing datang dari luar Ibb dan ketika sampai di Ibb orang tersebut mencari rumah untuk membelinya, ketika sudah mendapatkan rumah beliau langsung tinggal di rumah tersebut, pada suatu hari datanglah seorang ibu ke rumahnya dan berkata kepadanya: Apakah kamu sudah menikah? Dia pun menjawab: Belum, si ibu tersebut tahu kalau laki-laki tersebut kaya raya maka dia pun berkata: Mau tidak kalau saya carikan wanita untuk kamu nikahi? Berkata laki-laki tadi: Tentu, lalu si Ibu tadi berkata: Kalau begitu besok kita ke air terjun, di sana banyak wanita mencuci pakaian, kamu tinggal milih mana yang kamu suka.

Besoknya keduanya langsung datang dan menyaksikan para wanita sedang mencuci, berkatalah si ibu tadi: Sekarang tunjuklah mana dari wanita-wanita yang kamu suka!, dia pun menunjuk seseorang yang paling cantik. Kemudian si ibu tadi langsung mendatanginya dan berkata kepadanya: Kamu sudah menikah belum? Wanita yang mencuci tadi berkata: Sudah, si ibu pun berkata: Kenapa kamu tidak menikahi laki-laki yang kaya, bukankah kalau kamu menikahi laki-laki yang kaya tidak akan capek-capek mencuci seperti ini, kalau kamu nikahi orang kaya kamu akan senang, mencuci dengan mesin cuci di dalam rumah dan kehidupanmu terjamin. Wanita tadi berkata: Tapi bagaimana lagi kalau sudah terlanjur. Si ibu berkata: Gampang, ada laki-laki kaya yang suka sama kamu, wanita tadi berkata: Lalu bagaimana dengan suamiku dan kedua orang tuaku ridha dengannya, si ibu menjawab: Mudah, saya akan datangi orang tuamu dan kamu rubah sikapmu di hadapan suamimu, kamu bermalas-malasan dan jangan melayaninya sehingga dia membencimu. Diapun jalani saran ibu tadi namun suaminya bersabar, ketika suaminya melihat prilaku istrinya yang sudah aneh dia pun bersabar dan tidak membentaknya sedikit pun.

Si ibu tersebut karena merasa gagal dalam cara yang ini maka dia pun kemudian mendatangi kedua orang tua wanita tersebut dan berkata: “Tidakkah sebaiknya kalian menikahkan anak kalian yang cantik itu dengan laki-laki yang kaya raya sehingga membahagiakan kalian?” Bapak wanita tersebut tidak sedikit pun menanggapinya, karena tidak ditanggapi dia pun mendekati ibunya wanita tersebut dan membujuk-bujuknya. Ketika si ibu tadi merasa gagal terhadap apa yang dia lakukan dia pun memilih cara lain dan dia berkata kepada wanita tadi: Kalau suamimu ke kebun kamu ikut bersamanya dan kamu jangan lupa bawa pisau, sampai di jalan ke kebun kamu iris tanganmu dan kamu teriak-teriak sehingga orang-orang datang dan kamu katakan ke orang-orang bahwa suamimu ingin membunuhmu.

Wanita tadi melaksanakan pula apa yang dikatakan oleh si ibu tadi, ketika wanita tersebut sudah melakukan apa yang diperintahkan oleh si ibu tadi maka orang tuanya mulai marah dan qabilah (warga)nya marah, suami wanita tadi pun tidak terima sehingga kemudian qabilah (warga)nya juga bangkit membela hampir terjadi peperangan lantaran masalah tersebut, karena suami wanita tersebut berakal dan cerdas dia pun mendamaikan kedua qabilah yang mau bertikai lalu bertanya kepada istrinya: Apa yang sebenarnya kamu maukan dari semua ini? Istrinya pun menjawab: Saya ingin agar kamu menceraikanku! Suaminya berkata: Bagaimana saya menceraikan kamu sedangkan tidak ada alasan bagiku untuk menceraikanmu? Istrinya tetap berkata: Saya mau kamu ceraikan aku!, suaminya pun berkata: Baiklah kalau itu yang kamu mau maka saya pada hari ini menceraikanmu”.

Setelah sudah resmi perceraian, si ibu tadi langsung mendatangi laki-laki asing tadi dan berkata: Sekarang saatnya kamu melamar wanita itu, laku-laki asing tadi berkata: Apakah saya langsung melamarnya? Si ibu tadi menjawab: Kamu pendekatan dulu dengan orang tuanya, kamu bawakan hadiah sehingga orang tuanya senang denganmu, laki-laki asing tadi langsung melaksanakan apa yang diperintahkannya.

Ketika sudah akrab dengan orang tua wanita tadi maka si ibu berkata kepadanya: Sekarang saatnya kamu lamar, maka laki-laki tadi langsung melamar dan lamarannya langsung diterima dan kemudian mereka adakan acara pernikahan dan dia menjadi suami baru yang sudah resmi, pada malam pengantin (malam pertama) suami baru tersebut merasa ada keanehan karena ketika sudah berpapasan dengannya dia pun kaget dan terheran-heran karena alat kelaminnya tidak bisa berdiri, laki-laki asing itu selaku suami baru tadi merasa kecewa dan tidak yakin kalau alat kelaminnya seperti itu, pada pagi harinya dia pergi ke pelacur untuk membuktikan apakah alat kelaminnya benar tidak berfungsi sama sekali?! Ternyata ketika berpapasan dengan pelacur langsung alat kelaminnya berdiri tegak dan langsung…… pada malam yang kedua dia pun mendatangi istrinya ternyata keadaannya sama dengan sebelumnya; ketika berpapasan alat kelaminnya tidak bisa berdiri maka laki-laki tersebut pusing dan stres yang pada akhirnya dia mengambil pisau kemudian dia mengiris badan istrinya dengan sekali irisan setelah itu menutup pintu rumah dan keluar ke pelacur, sampai di pelacur alat kelaminnya pun bereaksi kembali kemudian dia pun balik ke istrinya dan keadaannya seperti sebelumnya; alat kelaminnya tidak berfungsi maka dia pun menambah irisan ke tubuh istrinya, yang terakhir kalinya dia mencoba lagi ternyata sama seperti sebelumnya dia pun mengambil pisau dan mengiris kemaluan istrinya dari depan lalu disobek dan dijalankan irisannya sampai ke dubur setelah itu kabur dari rumahnya maka orang tua dan keluarga wanita tersebut langsung bersegera membawa wanita tersebut ke rumah sakit untuk di operasi”.

Pelajaran yang bisa dipetik dari kisah tersebut:
Adam –semoga Allah merahmatinya- secara tidak langsung dengan menceritakan kisah tersebut telah memberikan nasehat kepada para orang tua dan anak-anaknya untuk tidak menjadikan harta kekayaan atau angan-angan dunia sebagai tujuan hidup sebagaimana Qarun –semoga Allah mela’natnya- akan tetapi hendaknya orang tua pandai-pandai melihat manfaat untuk anak-anaknya di kehidupan dunia dan akhiratnya. Allah Ta’ala berkata:

﴿إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَى فَبَغَى عَلَيْهِمْ وَآَتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ (76) وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ (77)﴾ [القصص : 76 ، 77]

“Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa, maka dia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”. Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Al-Qashshash: 76-77).

ü Sabar di atas kebaikan dan ketaatan adalah keselamatan dan keberuntungan sedangkan tidak sabar dalam kebaikan dan ketaatan adalah kehinaan dan kerugian, Allah Ta’ala berkata:

﴿وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3)﴾ [العصر : 1 - 3]

“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikan dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”. (Al-‘Ashr: 1-3).
Kemaksiatan dan perbuatan dosa sekecil apapun pasti akan membuahkan kesengsaraan dan penderitaan, Allah Ta’ala berkata:

﴿فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ﴾ [النور : 63]

“Maka hendaklah orang-orang yang menyelisihi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (An-Nuur: 63).


1.8 Semangatnya dalam Berdakwah kepada Kebenaran.

Sebelum beliau –semoga Allah merahmatinya- ke Dammaj, beliau telah menjadi seseorang ustadz dan berdakwah di Timika, ketika berdakwah di Timika beliau mendapatkan dukungan dari saudara-saudaranya seiman di Timika, diantara mereka adalah bapak angkatnya yang bernama Abu Dafa’ Romlan Al-Jawy –semoga Allah menjaganya-, begitu pula ketika di Dammaj beliau ikut berandil dalam berdakwah kepada kebenaran, di tengah-tengah kesibukannya dalam menuntut ilmu dan menjadi penjaga perpustakaan umum Darul Hadits Salafiyyah Dammaj beliau juga aktif berdakwah di dunia internet, beliau pandai membuat situs dan terakhir beliau dipercaya sebagai penanggung jawab pada situs Al-Ulum As-Salafiyyah (www.aloloom.net) pada bagian bahasa Indonesia. Apa yang beliau lakukan itu sebagai bentuk pengamalan atas ilmunya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«بلِّغُوا عني ولو آية».

“Sampaikanlah oleh kalian dariku walau seayat”. (HR. Al-Bukhary dan At-Tirmidzy dari Abdullah bin ‘Amr).

1.9 Karya Tulisnya.

Beliau –semoga Allah merahmatinya- memiliki beberapa tulisan, diantaranya:
“Kilasan Tinjauan Seputar Menyambut Hari Lebaran”.
“Kado Kepulanganku untuk Kedua Orang Tuaku” (2 Sesi).
Sebelum beliau meninggal dunia beliau berkata kepada kami: “Di kampungku di pulau Banda sering ada acara joget dan saya Insya Allah akan menulis permasalahan tentang joget”.

1.10 Terjemahan-terjemahannya.

Diantara buku yang beliau terjemahkan dari bahasa Arob ke dalam bahasa Indonesia (dalam versi Indonesianya) adalah:
“Panduan-panduan Dakwah Ahlussunnah” karya Asy-Syaikh Abu Bakar Abdur Rozzaq bin Shalih An-Nahmy –semoga Allah menjaganya-.
“Yayasan Tanpa Barokah” karya Abul Husain Muhammad Al-Jawy –semoga Allah menjaganya- yang diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau –semoga Allah merahmatinya-.
“Penjelasan Ringkas tentang Hizbiyyahnya Abdurrahman Al-‘Adny” yang ditulis oleh sejumlah Masyayikh dan para da’i, yang kemudian diterjemahkan oleh beberapa kawan diantaranya adalah beliau –semoga Allah merahmatinya-.
“Lentera yang Kelam” (sebuah bantahan terhadap buku sesat yang ditulis oleh Abu Nashr Muhammad –yang menggelari dirinya dengan Al-Imam- pengasuh ma’had amburadul di Ma’bar) karya Abu Hatim Yusuf Al-Jazairy –semoga Allah menjaganya-, yang diterjemahkan oleh kawan-kawan diantaranya adalah beliau –semoga Allah merahmatinya-.

1.11 Wasiat-wasiatnya:

Jauh-jauh hari sebelum beliau meninggal, beliau menyempatkan diri menulis wasiat, diantara wasiatnya:
“Tolong kalian arahkan orang tauku kepada salaf”.

Masya Allah ini adalah wasiat yang paling berharga, hendaknya orang tua begitu pula saudara-saudaranya mengikuti arahan bila ada yang mengarahkannya untuk melakukan amalan shalih dan dalam mengikuti kebaikan yang pernah dilakukan oleh salaf (para pendahulu umat Islam) ini, ketahuilah bahwa keselamatan tidak akan diraih melainkan oleh orang yang siap berjalan mengikuti arahan dan bimbingan yang pernah dijalani oleh salaf (pendahulu umat) ini.

Di dalam Islam terdiri dari 73 (tujuh puluh tiga) golongan, dari 73 (tujuh puluh tiga) golongan tersebut hanya satu golongan yang sukses dalam meraih keselamatan, Allah Ta’ala telah mensifati golongan yang selamat tersebut sebagaimana dalam perkataan-Nya:

﴿وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ﴾ [التوبة : 100]

“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka jannat (surga-surga) yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar”. (At-Taubah: 100).

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam juga telah mensifati golongan yang selamat tersebut, beliau berkata:

«افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفَرَّقَتِ النَّصَارَى عَلَى إِحْدَى أَوْ ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً».

“Telah berpecah Yahudi menjadi 71 (tujuh puluh satu) atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan akan berpecah pula Nasrani (Kristen) menjadi 71 (tujuh puluh satu) atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan akan berpecah Umatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan”. (HR. Al-Imam Ahmad, Abu Dawud dari Abu Hurairah dan Mu’awiyyah bin Abi Sufyan, Ibnu Majah dari Abu Hurairah dan ‘Auf bin Malik, At-Tirmidzi dari Abu Hurairah dan Abdullah bin ‘Amr dan An-Nasa’y, di dalam riwayat Ibnu Majah ada tambahan yang lebih memperjelas lagi bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«واحدة في الجنة وسبعون في النار».

“Satu golongan di dalam Jannah (masuk surga) dan 70 (tujuh puluh) golongan (yang selain satu tersebut) di dalam neraka”. Dikatakan kepada Rasulullah: “Siapa mereka (satu golongan tersebut)? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«الجماعة».

“Al-Jama’ah (orang-orang yang mengikuti Rasulullah dan para shahabatnya)”. Di dalam riwayat At-Tirmidzi lebih jelas lagi penjelasannya bahwa Rasulullah ketika ditanya dengan pertanyaan tersebut maka beliau menjawab:

«ما أنا عليه وأصحابي».

“Apa-apa yang saya dan para shahabatku berada di atas (sunnah-sunnah)nya”.

Dengan penjelasan tersebut maka hendaknya orang tua Adam begitu pula saudara-saudaranya bersegeralah menyabut arahan dan penjelasan ini, ketahuilah bahwasanya Adam telah berada di dalam barisan golongan yang selamat tersebut, Adam adalah seorang ahlussunnah wal jama’ah, Adam adalah seorang salafy dan beliau beramal, beribadah dan berjihad sebagaimana yang telah dilakukan oleh salaf (pendahulu kita Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya).

Maka dengan itu wahai orang tua Adam dan saudara-saudaranya yang berada di tanah air Indoneisa berlomba-lombalah dalam mengamalkan ajaran agama Islam karena dengan sebab mengamalkan ajaran agama Islam seseorang akan menggapai kebahagian di dunia dan di akhiratnya, Allah Ta’ala berkata:

﴿إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (51) وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَخْشَ اللَّهَ وَيَتَّقْهِ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُونَ (52)﴾ [النور/51-52]

“Sesungguhnya jawaban oran-orang yang beriman bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka adalah ucapan: “Kami mendengar dan kami taat”. Dan mereka Itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan takut kepada Allah dan bertakwa kepada-Nya, maka mereka adalah orang-orang yang mendapat kemenangan”. (An-Nuur: 51-52).
“Kalau aku sudah mati kitab-kitabku diwakofkan“.

Apa yang beliau wasiatkan ini memiliki manfaat yang sangat besar dan sangat bermanfaat untuk dirinya dan kedua orang tuanya, bila kitab-kitab yang diwakofkannya tersebut dibaca, dipelajari dan diambil faedah oleh orang lain maka sungguh pahalanya akan terus mengalir kepada Adam dan kepada kedua orang tuanya, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«إِذَا مَاتَ الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ».

“Jika telah mati seseorang maka terputuslah darinya amalannya kecuali dari tiga: Sedekah jariyyah (sedekah yang terus mengalir), ilmu yang bermanfaat atau anak shalih yang mendoakan orang tuanya”. (HR. Muslim, Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’y dan At-Tirmidzy dari Abu Hurairah).

Maka hendaklah orang tua Adam merasa berbahagia karena Adam –Insya Allah-  sudah termasuk dari hadits tersebut; beliau suka bersedekah,  memiliki ilmu dan mengajarkannya dan beliau adalah anak yang shalih. Maka dengan itu berbahagialah wahai orang tuanya!.

Dan begitu pula kami sampaikan kepada para orang tua untuk merasa berbahagia bila anak-anak mereka menjadi anak yang shalih (anak yang baik); yang suka beribadah, shalat, berpuasa, bersedekah, suka membantu dan berjihad di jalan Allah karena dengan sebab itu mereka secara otomatis akan memdapatkan syafa’at dan kebaikannya di dunia lebih-lebih di akhirat kelak.
Sebelum beliau wafat beliau berkata kepada Abu Abdillah Adib Al-Jakarty: “Kalau saya mati saya tidak ingin jenazahku difoto“.

Orang yang mengerti tentang Islam tentu akan menganggap bahwa wasiat tersebut adalah wasiat yang sangat bagus, hal ini dikarenakan bila beliau –semoga Allah  merahmatinya- masih memiliki gambar-gambar maka dikhawatirkan gambar-gambarnya tersebut akan disimpan, dimuliakan dan tidak menutup kemungkinan akan dikeramatkan sebagaimana yang dikisahkan pada zaman terdahulu bahwa awal kesyirikan di zaman Nabi Nuh –’Alaihis Salam- adalah mereka pertama-tama membuat gambar-gambar orang-orang shalih yang sudah meninggal dunia, kemudian datang zaman berikutnya maka syaithan membisikan kepada generasi baru tersebut untuk membangun patung-patung yang bentuknya sama dengan yang ada dalam gambar tersebut, kemudian setelah itu datang lagi zaman berikutnya, maka pada zaman ini syaithan pun menyuruh orang-orang yang hidup di zaman tersebut untuk menyembahnya.

Adapun dalil-dalil tentang haromnya gambar Adam dan gambar-gambar makhluk yang bernyawa lainnya adalah hadits dari Abdullah bin Mas’ud, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ».

“Sesungguhnya manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah para penggambar makhluk yang bernyawa”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

Dari ‘Aisyah –semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi  Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada suatu hari masuk ke rumahnya dan melihat kain penutup ‘Aisyah bergambar makhluk bernyawa, maka berubahlah raut muka beliau lalu beliau mengambil kain tersebut kemudian menyobeknya sambil beliau berkata:

«إِنَّ مِنْ أَشَدِّ النَّاسِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ الَّذِينَ يُشَبِّهُونَ بِخَلْقِ الله».

“Sesungguhnya diantara manusia yang paling keras adzabnya pada hari kiamat adalah orang-orang yang membuat-buat sesuatu yang menyerupai makhluk ciptaan Alloh”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

Dari Abu Juhaifah –semoga Allah meridhainya-, beliau berkata:

«نَهَى النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم عَنْ ثَمَنِ الْكَلْبِ, وَثَمَنِ الدَّمِ, وَنَهَى عَنِ الْوَاشِمَةِ وَالْمَوْشُومَةِ, وَآكِلِ الرِّبَا وَمُوكِلِهِ, وَلَعَنَ الْمُصَوِّرَ».

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang hasil penjualan anjing dan darah, serta melarang dari membuat tato dan mentatokan diri, dan melarang dari memakan riba serta memberi makan orang berkecimpung dalam riba, (beliau juga) melaknat orang yang menggambar makhluk bernyawa”. (HR. Al-Bukhary).

Dari Ibnu Umar –semoga Allah meridhainya-, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«الَّذِينَ يَصْنَعُونَ الصُّوَرَ يُعَذَّبُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ يُقَالُ لَهُمْ أَحْيُوا مَا خَلَقْتُمْ».

“(Orang-orang yang) membuat gambar makhluk bernyawa akan disiksa pada hari kiamat, dan dikatakan kepada mereka: Hidupkanlah (gambar-gambar) yang telah kalian ciptakan itu!”. (HR. Muslim).

Dari Jabir –Semoga Allah meridhainya-, beliau berkata:

«نَهَى رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم عَنِ الصُّورَةِ فِي الْبَيْتِ وَنَهَى أَنْ يَصْنَعَ ذَلِكَ».

“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang (adanya) gambar makhluk bernyawa di dalam rumah dan melarang dari pembuatannya”. (HR. Tirmidzi).

Dari Abul Hayyaj Hayyan bin Husain, beliau berkata: Ali bin Abi Tholib –semoga Allah meridhainya- berkata kepadaku: “Aku akan mengutusmu sebagaimana Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengutusku:

«أن لاَ تَدَعَ صُورَةً إلاَّ طَمَسْتَهَا ، وَلاَ قَبْراً مُشْرفاً إلاَّ سَوَّيْتَهُ».

“Janganlah kamu tinggalkan satu gambar pun kecuali kamu hapus, dan jangan kamu biarkan satu pun kuburan yang ditinggikan, kecuali kamu ratakan”. (HR. Muslim).

Dari Abu Hurairah –semoga Allah meridhainya- bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«لاَ تَدْخُلُ الْمَلاَئِكَةُ بَيْتًا فِيهِ تَمَاثِيلُ أَوْ تَصَاوِيرُ».

“Malaikat tidak akan masuk rumah yang ada di dalamnya patung atau gambar makhluk bernyawa”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

Al-Imam An-Nawawi –semoga Allah merahmatinya- berkata dalam “Al-Minhaju Syarhu Shahihi Muslim“: “Hadits-hadits ini menunjukkan dengan jelas tentang haramnya menggambar hewan (makhluk yang bernyawa).”

Beliau juga berkata dalam “Al-Minhaju Syarhu Shahihi Muslim“: “Saudara-saudara kami (dari kalangan Mazhab Al-Imam Asy-Syafi’y), demikian pula para ulama yang lain menyatakan bahwa menggambar hewan (termasuk manusia) hukumnya sangat haram. Perbuatan itu merupakan dosa besar, karena pelakunya diancam dengan ancaman yang keras sebagaimana terdapat dalam hadits-hadits”.

BAB II
 BANTAHAN ATAS KOMENTAR-KOMENTAR MIRING


Telah kami sebutkan tentang kebobrokan, kesesatan dan kekafiran kaum Rofidhah (Khutsiyyin) dalam beberapa tulisan kami namun pada tulisan ini kami akan menyebutkan pula perkara-perkara yang belum kami sebutkan sehingga –dengan izin Allah- semakin memperjelas tentang batil dan kelirunya komentar-komentar dari orang-orang yang telah buta mata hatinya semisal Abu Nashr Muhammad pengasuh ma’had campur aduk di Ma’bar –yang menggelari dirinya dengan Al-Imam- dan kawan sejolinya Abdul ‘Aziz Al-Buro’y serta komplotannya bahwa peperangan yang terjadi di Dammaj (Ahlussunnah melawan Khutsiyyin) itu bukanlah jihad sehingga dengan itu kemudian mereka mengabaikan doa untuk Ahlussunnah, bahkan mereka membatilkan qunut nazilah untuk Ahlussunnah di Dammaj, yang lebih mengherankan lagi orang bingung yang menggelari dirinya dengan “Al-Imam” tersebut menyeru Khutsiyyin dengan seruan: “Wahai saudara-saudaraku….!”. Maka pada kesempatan ini kami akan sebutkan keyakinan mereka diantaranya:

 Mereka berkomentar:

“Peperangan yang terjadi di Dammaj (Ahlussunnah melawan Khutsiyyin) bukanlah jihad”.

 Tanggapan:
 Komentar miring tersebut secara tidak disadari mereka telah mempertontonkan diri kalau mereka telah buta baik buta mata hati mereka maupun buta mata kepala mereka, anggaplah kalau mereka menganggap Khutsiyyin sebagai saudara mereka (bukan kafir) lalu bagaimana dengan perkataan Nabi –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam-:

«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ أَوْ دُونَ دَمِهِ أَوْ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».

“Barangsiapa yang terbunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia syahid, dan barangsiapa yang terbunuh karena membela keluarganya atau darahnya maka dia syahid”. (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Sa’id bin Zaid bin ‘Amr dan ini adalah lafadznya Abu Dawud, adapun lafadz Ibnu Majah maka dia adalah:

«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ».

“Barangsiapa yang terbunuh karena (mempertahankan) hartanya maka dia syahid”. Lafadz Al-Imam Abu Dawud ini sama dengan lafadz Al-Imam Al-Bukhary dan Muslim hanya saja pada hadits Al-Imam Al-Bukhary dan Muslim diriwayatkan dari Abdullah bin ‘Amr –semoga Allah meridhainya-.

Semua orang yang memiliki pandangan dan penglihatan tentu akan berpendapat bahwa keadaan Ahlussunnah dan warga di Dammaj adalah seperti yang disebutkan dalam hadits tersebut, mereka membela agama, mereka membela diri, keluarga, kehormatan dan harta benda,  maka barangsiapa yang menganggap bahwa perjuangan Ahlussunnah di Dammaj bukan dari jihad maka sungguh secara otomatis dia telah mengingkari hadis tersebut, Wallahu A’lam wa Ahkam.

Orang yang memiliki penglihatan dan pandangan yang cerah tentu tidak akan ragu lagi dengan kafirnya kaum Rofidhah (Khutsiyyin), diantara kekafiran mereka adalah:
Mencela, mencaci, melaknat dan meyakini bahwa Abu Bakar, ‘Umar, Utsman dan para shahabat yang selain dari ahlul bait adalah pelaku maksiat, kafir dan tuduhan keji lainnya.
Memerangi kaum muslimin (masuk di dalamnya Ahlussunnah) bahkan ahlul bait (keluarga dan anak cucu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam) mereka perangi, di Darul Hadits Salafiyyah Dammaj banyak para penuntut ilmu dari kalangan ahlul bait namun mereka juga diperangi oleh Khutsiyyun yang mengaku sebagai pecinta dan pembela ahlul bait.
Menjadikan wanita-wanita yang memeluk agama mereka seakan-akan sebagai barang dagangan yang murahan (pelacur) yang biasa dikenal di kalangan mereka dengan nikah kontrak, bila seseorang laki-laki dari mereka mendapati wanita yang beragama seperti mereka maka langsung dianggap sebagai istrinya, bila bertemu semalam di hotel atau bertemu di kapal maka mereka langsung melakukan perbuatan keji (zina) dengan keyakinan halal (boleh), kalau seperti ini keadaannya maka yang suka berkeliaran ke sana kemari tentu akan mendapatkan kepuasan dan kebuasan hidup yang melebihi hidung belang.


Komentar kedua dan ketiga:
 Penyerangan yang dilakukan oleh Adam dan kawan-kawan itu bukanlah termasuk dari jihad akan tetapi itu adalah bunuh diri, lagi pula kalau orang yang jihad tentu kalau sudah mati baunya harum seperti minyak wangi, adapun Adam dan kawan-kawan maka ketika jenazah mereka diambil dalam keadan berbau busuk dan muka-muka mereka rusak, dan apa yang menimpa orang-orang di Dammaj itu tidak lain karena azab.


Tanggapan:
 Orang yang membaca sejarah dan kisah perjuangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya semisal perang Uhud maka mereka tentu akan mengetahui bahwa apa yang terjadi di zaman Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya memiliki kesamaan dengan yang terjadi di Dammaj.

Pada awal Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya di Mekkah maka kaum musyrik Quraisy melakukan embargo dan pemboikotan terhadap Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya, ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya hijroh ke Medinah terjadi pula pemblokadean dan peperangan seperti perang Khandak; Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya menggali khandak (parit) dalam keadaan sangat lapar, sampai-sampai Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya mengikat batu di perut-perut mereka untuk menjanggal dan menahan dari rasa lapar. Pada beberapa peperangan mereka juga tidak mendapatkan makanan melainkan mereka hanya memakan belalang sehingga dengan itu mereka terus mampu bertempur.

Tragedi yang dialami oleh kawan-kawan kami pada 12 Muharram 1433 Hijriyyah memiliki kemiripan dengan tragedi perang uhud, mereka para shahabat terus maju sampai memukul mundur pasukan musyrik Quraisy ternyata musyrik Quraisy yang ketika itu dikomandai oleh Khalid bin Walid (sebelum masuk Islam) mengatur siasat dengan berputar ke arah balik gunung Uhud yang kemudian mereka berhasil memproprandakan barisan kaum muslimin. Kejadiannya hampir sama; kawan-kawan kami dalam  melakukan penyerangan mereka berhasil memukul mundur dan berhasil -dengan pertolongan Allah- mematahkan kekuatan Rofidhah-Kutsiyyin yang berada di matras Abdul Karim dan mereka menduduki matras tersebut, dengan tidak disangak-sangka ternyata mereka terjebak dengan ditembaki senjata-senjata berat jarak jauh, dari gunung samping barat Barraqah Khutsiyyun menembak dengan hawwon (mortir) dan rasysyasy (senjata kaki tiga penembak pesawat), dan dari kanan gunung Barraqah  juga bergerak dengan persenjataan yang luar biasa dan juga menggunakan bom biologis[7] yang bila ledakannya mengenai seseorang maka akan rusak (menghitam) anggota tubuhnya dan akan memunculkan bau tidak sedap (busuk), ketika mereka sudah terjepit seperti itu maka tidak memungkinkan lagi untuk balik ke matras-matras kawan di gunung Barraqah melainkah hanya beberapa kawan yang sempat bisa berlindung di matras kawan diantara mereka adalah Fadhil Al-Jawy –semoga Allah menjaganya-.

Pada besok harinya (setelah shalat ashar) berkumpullah sebagian kawan-kawan di masjid Zawaid dengan rencana untuk melakukan serangan susulan, namun kemudian Syaikh kami Yahya –semoga Allah menjaganya- meminta untuk jangan dulu melakukan penyerangan akan tetapi sebaiknya ke matras Abdul Karim untuk menyelamatkan kawan-kawan di sana dan mengangkat jenazah yang ada di sana, maka setelah shalat maghrib berangkatlah dua regu pasukan, ketika sampai di gunung Barraqah Khutsiyyun melakukan tembakan-tembakan dengan senjata berat dari jarak jauh yang mengakibatkan dua regu pasukan yang bertujuan ke matras Abdul Karim tersebut bubar, masing-masing anggota mengambil posisi di matras-matras kawan-kawan yang ada di gunung Barraqah, di matras tersebut kami bertanya kepada kawan-kawan tentang keadaan saudara-saudara kami yang maju di matras Abdul Karim maka seorang kawan kami berkata: “Kami tidak tahu, sejak tadi pagi tidak satu pun balik dan dari kita tidak bisa maju ke sana, karena jalan dari sini ke sana terbuka (tanpa ada matras atau khandak)”, pada malam tersebut hingga sampai waktu fajar Khutsiyyun terus melakukan tembakan dengan hawwon (mortir); dari tembakan pertama sampai tembakan berikutnya paling-paling hanya sekitar dua puluh menit atau setengah jam mereka tembak lagi dengan tembakan susulan, orang yang direzkikan ketsabatan (kekokohan) pada dirinya hanyalah berkata:

﴿الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ﴾ [آل عمران/173]

“(Yaitu) orang-orang (yang mentaati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kalian, karena itu takutlah kepada mereka”: Maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi penolong Kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung”. (Ali Imron: 173).

Ketika kami turun dari gunung Barraqah kami berjumpa dengan Fadhil Al-Jawy –semoga Allah menjaganya- maka kami bertanya kepadanya tentang Adam, beliau berkata: “Sebelum penyerangan saya melihat Adam ikut menyerang”.

Walaupun dari penyerangan ke samping kiri gunung Barraqah (sekitar matras Abdul Karim) tersebut 19 (Sembilan belas) orang dari kawan kami yang terbunuh dan yang menyerang ke samping barat gunung Barraqah 3 (tiga) orang yang terbunuh –semoga Allah menjadikan mereka sebagai para syuhada’- namun Alhamdulillah Khutsiyyin lebih banyak yang mati –hanya Allah yang tahu berapa jumlahnya-.

Adapun tentang jenazah kawan-kawan kami yang dianggap rusak anggota-anggota badannya dan baunya tidak sedap maka ketahuilah bahwa untuk menentukan itu sebagai alamat bukan mati syahid, maka penentuan tersebut bukan dilandasi dengan dalil-dalil dan hujjah-hujjah yang kuat akan tetapi hanyalah dilandasi dengan perkataan orang-orang aneh semisal Abdul ‘Aziz Al-Buro’y dan Abu Nashr Muhammad yang menggelari dirinya dengan Al-Imam: “Bahwa yang terjadi di Dammaj bukan jihad akan tetapi hanya memperebutkan gunung”.

Orang yang memiliki pandangan dan mampu melakukan pencermatan tentu akan menilai bahwa kawan-kawan kami yang terbunuh mereka –Insya Allah adalah termasuk syuhada’ dan termasuk dari sebaik-baik orang-orang yang terbunuh di bawah kolong langit- (lihat tulisan “KEMATIAN SEMAKIN MENDEKAT, KEMANAPUN KAMU PERGI PASTI AKAN DIJEMPUT“). Secara pengamatan dengan mata telanjang orang-orang yang berakal tentu juga bisa menilai: “Sudah 4 (empat) hari namun tidak seekor pun dari anjing dan binatang buas mendekati dan memakan jenazah-jenazah mereka, begitu pula kawan kami yang bernama Mubarak Al-Liby –semoga Allah merahmatinya-[8], beliau bersama kawan-kawan (diantaranya Amin) melakukan penyerangan ke lokasi Khutsiyyin yang berada di bagian barat dari gunung Barraqah dan jenazah Mubarak Al-Liby ini selama 7 (tujuh) hari baru ditemukan di samping mesin penyedot air di kaki gunung Barraqah, jenazah beliau tidak berbau dan tidak pula rusak (karena jenazah beliau tidak terkena bom biologis), hanya saja didapati ada beberapa bekas gigitan anjing, dikatakan bahwa ada warga Dammaj melihat jenazahnya digeser-geser dan didorong-dorong oleh anjing dari lereng gunung, dari sebab geseran-geseran dan dorongan-dorongan anjing jenazahnya sampai ke kaki gunung Barraqah (samping mesin penyedot air) dan Alhamdulillah jenazahnya tidak bau, daging-dagingnya pun masih ada hanya saja ada bekas gigitan anjing karena anjing mengeser-geser (mendorong-dorong)nya dan anjing tidak memakannya.

Adapun bangkai-bangkai Rofidhah-Khutsiyyin pada tragedi 1 Muharram 1433 Hijriyyah maka Allah hinakan, mereka terbunuh pada tanggal tersebut namun pada besok harinya 2 Muharram 1433 Hijriyyah Allah ‘Azza wa Jalla hinakan bangkai-bangkai mereka dengan didatangkan anjing-anjing lalu memakan bangkai-bangkai mereka, yang jaga di gunung Barraqah pada 2 Muharram 1433 Hijriyyah menyaksikan kejadian tersebut, ini semua adalah bentuk nyata dari kemenangan yang Allah berikan kepada Ahlussunnah, Allah Ta’ala berkata:

﴿وَمَا جَعَلَهُ اللَّهُ إِلَّا بُشْرَى لَكُمْ وَلِتَطْمَئِنَّ قُلُوبُكُمْ بِهِ وَمَا النَّصْرُ إِلَّا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ الْعَزِيزِ الْحَكِيمِ (126) لِيَقْطَعَ طَرَفًا مِنَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَوْ يَكْبِتَهُمْ فَيَنْقَلِبُوا خَائِبِينَ (127) ﴾ [آل عمران/126-128]

“Dan Allah tidak menjadikan pemberian bala bantuan itu melainkan sebagai khabar gembira bagi (kemenangan)mu, dan agar tenteram hatimu karenanya. dan kemenanganmu itu hanyalah dari Allah Al-’Aziz (Yang Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Yang Maha Bijaksana). (Allah menolong kamu) untuk membinasakan segolongan orang-orang yang kafir, atau untuk menjadikan mereka hina, lalu mereka kembali dengan tiada memperoleh apa-apa”. (Ali Imron: 126-128).

Komentar kelima:
 Adam belum mati!.

Tanggapan:
 Sungguh sangat mengherankan ketika sudah sehari, dua hari dan sampai tiga hari jenazahnya Adam belum sampai di Dammaj ketika itu pula disampaikan kepada kami bahwa ada seorang dukun di Ambon mengatakan bahwa Adam belum mati, bersamaan dengan itu ada pula yang mengabarkan kami bahwa ada juga seseorang di Sulawesi mengatakan bahwa Amin belum mati tapi beliau ada di rumah sakit sedang di inpus. Ketika kami mendengarkan komentar tersebut hati ini terasa sedih, tidak lain yang hanya bisa kami utarakan adalah: -Insya Allah- Adam dan Amin masih hidup, akan tetapi keduanya hidup di sisi Robbnya, Adam dan Amin telah meninggalkan dunia dan –Insya Allah- mereka lebih baik daripada kita-, Allah Ta’ala berkata:

﴿وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا بَلْ أَحْيَاءٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ (169) فَرِحِينَ بِمَا آَتَاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَيَسْتَبْشِرُونَ بِالَّذِينَ لَمْ يَلْحَقُوا بِهِمْ مِنْ خَلْفِهِمْ أَلَّا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (170) يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ (171)﴾ [آل عمران : 169 - 171]

“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang terbunuh di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Robbnya dengan mendapat rezki, mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (Ali Imron: 169-171).

Adam dan Amin –semoga Allah merahmati keduanya- benar di muka bumi ini sudah mati, adapun ramalan bahwa keduanya di muka bumi ini belum mati maka sungguh si peramal (dukun) itu “su parlente, deng bagaya sok tau lai”, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah mensifati para dukun sebagaimana yang dikatakan oleh istri tercintanya Aisyah bintu Abi Bakr:

سَأَلَ أُنَاسٌ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- عَنِ الْكُهَّانِ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «لَيْسُوا بِشَىْءٍ». قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ فَإِنَّهُمْ يُحَدِّثُونَ أَحْيَانًا الشَّىْءَ يَكُونُ حَقًّا. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «تِلْكَ الْكَلِمَةُ مِنَ الْجِنِّ يَخْطَفُهَا الْجِنِّىُّ فَيَقُرُّهَا فِى أُذُنِ وَلِيِّهِ قَرَّ الدَّجَاجَةِ فَيَخْلِطُونَ فِيهَا أَكْثَرَ مِنْ مِائَةِ كَذْبَةٍ».

“Orang-orang bertanya kepada Rasulullah –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang dukun maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada mereka: “Para dukun tidak ada apa-apanya”, Orang-orang pun berkata: “Ya Rasulullah sesungguhnya mereka bila bercerita tentang sesuatu terkadang benar?! Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Kalimat-kalimat (yang diceritakan oleh dukun) itu dari jin, yang jin tersebut mencurinya kemudian dikotekan (dibisikan) ke telinga walinya seperti kotekan ayam kemudian dicampurlah pada kalimat-kalimat tersebut lebih banyak dari 100 (seratus) kedustaan”. (HR. Al-Bukhary dan Muslim).

Karena dukun “paleng parlente” maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam melarang untuk mendatangi dan duduk dengannya, dari Mu’awiyyah bin Hakam As-Sulamy –semoga Allah meridhainya- beliau berkata kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ حَدِيثُ عَهْدٍ بِجَاهِلِيَّةٍ وَقَدْ جَاءَنَا اللَّهُ بِالإِسْلاَمِ وَمِنَّا رِجَالٌ يَأْتُونَ الْكُهَّانَ. قَالَ: «فَلاَ تَأْتِهِمْ».

“Wahai Rasulullah sesungguhnya kami adalah kaum yang baru (meninggalkan) zaman jahiliyyah dan sungguh telah datang kepada kami Islam, dan di kalangan kami ada orang-orang yang mereka mendatangi para dukun, maka Rasulullah berkata: “Jangan mendatangi mereka (para dukun)”. (HR. Muslim dan Abu Dawud).

Adapun bagi orang yang tetap mendatangi dukun maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam telah jelaskan:

«مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَسَأَلَهُ عَنْ شَىْءٍ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلاَةٌ أَرْبَعِينَ لَيْلَةً».

“Barangsiapa mendatangi tukang ramal (dukun) kemudian bertanya kepadanya tentang suatu perkara maka tidak akan diterima bagi shalatnya selama 40 (empat puluh) malam”. (HR. Muslim dan Al-Imam Ahmad dari Shafiyyah dari sebagian Istri-istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam lafadz Al-Imam Ahmad:

«مَنْ أَتَى عَرَّافًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ لَمْ تُقْبَلْ لَهُ صَلَاةٌ أَرْبَعِينَ يَوْمًا».

“Barangsiapa yang datang kepada tukang ramal (dukun) kemudian membenarkan apa yang dikatakannya maka tidak akan diterima shalatnya selama 40 (empat puluh) hari”.

Maka hendaknya orang yang mendatangi dukun dan bertanya kepadanya serta membenarkan apa yang dikatakannya untuk segera bertaubat kepada Allah Ta’ala karena kalau tidak segera bertaubat dikhawatirkan dia akan kafir sebagaimana “obet-obet”, dari Abu Hurairah –Semoga Allah meridhainya- bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:

«مَنْ أَتَى عَرَّافًا أَوْ كَاهِنًا فَصَدَّقَهُ بِمَا يَقُولُ فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صلى الله عليه وسلم».

“Barangsiapa yang mendatangi tukang ramal atau dukun kemudian membenarkan apa yang dikatakannya maka sungguh dia telah kufur terhadap apa-apa yang diturunkan kepada Muhammad –Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”. (HR. Al-Baihaqy dan Al-Hakim, dan beliau berkata: Hadits ini shahih menurut syarat Al-Imam Al-Bukhary dan Muslim).  


[1] Telah kami sebutkan pula tentang beliau di dalam catatan kaki pada tulisan “AMIN ANAK MALUKU MEMERANGI MUSUH ISLAM DI YAMAN”.

[2] Adapun tentang Abu Abayah ini maka telah kami sebutkan dalam catatan kaki pada tulisan “NASEHAT UNTUK MENJAUHI ORANG-ORANG SESAT”.  baca disini : Kisah Memalukan Abu Abayah ;ed ”

[3] Ketika beliau di Dammaj dan mendengar bahwa Abu Abayah memakai pakaian wanita plus cadar pada bulan suci Romadhan maka beliau langsung mengganti nama dengan Adam, beliau merasa jijik dengan perbuatan Abu Abayah, dan beliau langsung berlepas diri dari Abu Abayah dan apa yang telah diperbuatnya, hal ini sebagaimana beliau kemukakan kepada kami ketika beliau sedang jaga perpustakaan Darul Hadits Salafiyyah Dammaj. (baca disini cerita si abu abayah ;ed)

[4] Berkata Amin –semoga Allah merahmatinya-: “Ketika saya belum lama datang di Dammaj, waktu itu saya masih kecil saya sempat berteman dengan Mukhtar dan pak Ayip, saya diajak naik ke gunung, di gunung Muhktar dan pak Ayip baca puisi-puisi porno”, saya menyesal berteman dengan mereka”.

[5] Pada waktu pengepungan tersebut memang banyak kawan-kawan berangan-angan untuk belanja ini dan belanja itu, lebih-lebih orang Indonesia yang cinta produk tanah air semisal indo mie dan super mie sebagian mereka berkata: Kalau sudah aman dan jalan terbuka kita beli indo mie/super mie sekarton, dua karton, tiga karton…., Al-Hamdulillah ketika jalan sudah terbuka datanglah bantuan indo mie/super mie dari kawan-kawan asal ‘Abdin-Sho’dah untuk putra tanah air Indonesia yang rajin-rajin di shaf awwal pada shalat berjama’ah di masjid Ahlussunnah Darul Hadits Dammaj –semoga Allah membalas kebaikan mereka, juga membalas kebaikan seluruh saudara-saudara kami seiman di tanah air Indonesia dan di selainnya yang telah ikut membantu kami dengan harta dan doa-.

[6] Demikianlah salah satu dari sifat-sifat Ahlussunnah wal Jama’ah dalam mengamalkan ilmunya; ketika datang waktu belajar maka mereka belajar, waktu ibadah maka mereka beribadah, waktu jihad maka mereka berjihad, waktu jaga maka mereka jaga, berbeda dengan hizbiyyun dan jaringannya yang menampakan kecintaan kepada ilmu akan tetapi lalai dalam mengamalkannya sebagaimana yang ada pada Ahmad Al-Kindary, Yusuf  alias Abu Bakar dan kawan-kawannya bila diberitahu untuk jaga maka selalu tidak mau mengindahkan, padahal hanya jaga di samping masjid lalu bagaimana kalau kiranya di suruh jaga di gunung?! Ahmad Al-Kindary dan Yusuf telah kami sebutkan dalam tulisan “TAMAM, TERJEMAH ASY-SYAIKH MUHAMMAD BIN HIZAM”.

[7] Syaikh kami An-Nashihul Amin Imam Darul Hadits Dammaj Abu Abdirrohman Yahya –semoga Allah menjaganya- berkata: “Bahwa Khutsiyyun setelah mereka membunuh saudara-suadara kami yang berada di matras Abdul Karim mereka kemudian menyirami tubuh-tubuh dan wajah-wajah saudara-saudara kami dengan air aki”, namun ada beberapa kawan kami diantaranya Abdul Qadir asal Yaman (seorang pengumpul data-data seputar tragedi perang di Dammaj dan pemegang peranan penting dalam perang opini) menegaskan: “Rusaknya wajah-wajah dan adanya bau tidak sedap pada kawan-kawan kami itu karena sebab bom biologis”. Dan telah ada kecuriaan besar bahwa kemungkinan bom tersebut berasal dari Iran, sebab sebelum diadakan hishar (pengepungan dan pemblokadean) sekelompok dari tokoh-tokoh Khutsiyyun melakukan rapat dengan beberapa utusan dari negara Iran yang kemudian dari hasil rapat tersebut diputuskannya adanya hishar terhadap Darul Hadits Salafiyyah Dammaj (hal ini sebagaimana dikemukakan oleh Syaikh kami Yahya –semoga Allah menjaganya-).

[8] Beliau berasal dari negara Libia, sebelum ke Dammaj beliau di Libia menjabat sebagai komandan tentara kemudian beliau meninggalkan pangkat dan jabatannya demi untuk memperbaiki diri dan agamanya, beliau memiliki semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu, ketika aman beliau mengisi waktu-waktunya dengan beribadah, beliau selalu duduk di samping kami pada shaf awwal (barisan pertama) pada shalat berjama’ah di masjid Darul Hadits Dammaj, beliau giat dan semangat menghafal Al-Qur’an dan kitab-kitab matan, pernah beliau menyetor hafalan Al-Qur’an dan matan ilmu tajwid kepada kami, ketika beliau menikah beliau mengundang kami dan mengundang kawan-kawan kami yang senantiasa duduk di shaf awwal, sekitar beberapa bulan beliau menikah dengan putri Yamaniyyah beliau pun menghadap ke Robbnya –semoga Allah merahmatinya-.

-selesai-

إرسال تعليق