Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

BUAT PAMAN-PAMAN DAN PARA TETANGGA


BINGKISAN BERHARGA
BUAT PAMAN-PAMAN DAN PARA TETANGGA

Buah tulisan Abul Abbas Khidhir Al-Mulkiy -semoga Allah menjadikannya selalu terjaga-

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحمد لله رب العالمين والعاقبة للمتقين ولا عدوان إلا على الظالمين. وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له ولا إله سواه، وأشهد أن محمداً عبده ورسوله الذي اصطفاه واجتباه وهداه، صلى الله عليه وعلى آله وسلم تسليماً كثيراً إلى يوم الدين. أما بعد:
Ini merupakan salah satu dari tulisan-tulisan kami, pada tulisan ini kami maksudkan sebagai nasehat dan wasiat serta peringatan untuk siapa saja yang menginginkan kebaikan, walaupun pada judul tulisan teruntuk paman-paman[1] dan para tetangga namun yang kami inginkan adalah untuk semua pihak yang memiliki keinginan untuk meraih kebahagian abadi.
Semoga apa yang kami tuliskan ini dapat memberi manfaat untuk kami dan untuk siapa saja yang mau menerimanya.
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين.
            Ditulis oleh hamba yang faqir atas Robbnya Abul ‘Abbas Khadhir bin Nursalim Al-Limboriy Al-Mulkiy. Di Masjid As-Sunnah Darul Hadits Dammaj-Yaman pada 4 Muharram 1432 Hijriyyah.



BAGIAN PERTAMA
            Berkaitan dengan semaraknya fitnah dan kejelekan yang melanda negri-negri kaum muslimin maka kami pada kesempatan yang berharga ini sengaja membuat suatu bingkisan yang isinya berkaitan dengan wasiat, nasehat dan peringatan. Dan diantara peringatan yang patut untuk kami sampaikan adalah peringatan dari kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan, yang mana para nabi dan rasul telah memperingatkan hal tersebut dari umat-umatnya. Dan bahkan diakhir hayat mereka pun masih terus mewasiatkan untuk meninggalkan itu semua dan terus senantiasa mereka tekankan untuk merealisasikan agama tauhid, Allah Ta’ala berkata tentang hal yang demikian itu di dalam surat Al-Baqarah:
وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ إِلَهَكَ وَإِلَهَ آَبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ. الآية.
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam". Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) kematian, ketika beliau berkata kepada anak-anaknya: "Apa yang kalian sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Sesembahanmu dan Sesembahan bapak-bapakmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Sesembahan Yang Maha Satu dan kami hanya tunduk kepada-Nya".
            Bila seseorang menjaga tauhidnya dan menjauhi segala macam bentuk penyelisihan terhadap tauhid baik itu penyelisihannya berupa kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan maka Allah Ta’ala telah menjanjikan untuk mereka bahwa mereka akan di jadikan sebagai penghuni Jannah (surga), di dalam “Shahih Muslim” dari hadits Jabir bin ‘Abdillah Radhiyallahu ‘Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ».
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia akan masuk jannah. Dan barangsiapa yang mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun maka dia masuk neraka”.
            Dan barangsiapa yang kokoh tauhidnya dan mewujudkan konsekwensi kalimat tauhid dengan tidak melakukan kesyirikan baik kesyirikan itu berupa menyembelih untuk selain Allah, memohon pertolongan kepada selain Allah[2], menyembah berhala, bertapa di tempat-tempat keramat, memakai jimat-jimat atau yang semisalnya maka dia akan diberi kemantapan hidup baik di alam dunia, alam kubur dan di alam akhirat Allah Ta’ala berkata di dalam surat Ibrahim:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ. الآية.
“Allah menokohkan  orang-orang yang beriman dengan ucapan yang kokoh itu[3] dalam kehidupan di dunia dan di akhirat”.
            Dan Allah Ta’ala juga memberikan jaminan keamanan, ketentraman dan kebahagian bagi siapa saja yang merealisasikan tauhid, Allah Ta’ala berkata dalam surat Al-An’am:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ. الآية.
“Orang-orang yang beriman yang mereka tidak mencampur adukkan keimanan mereka dengan kezhaliman[4] maka mereka itulah orang-orang mendapatkan keamanan dan mereka adalah orang-orang yang diberi petunjuk”.

BAGIAN KEDUA
            Tak ada wasiat yang indah yang akan kusampaikan malainkan wasiat sebagaimana yang Allah Ta’ala wasiatkan di dalam Al-Qur’an pada surat Maryam:
وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا. وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا. الآية.
“Dan Dia mewasiati (memerintahkan)ku untuk (menegakkan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup, dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka”.
            Dari ayat tersebut kami mewasiatkan kepada paman-paman dan para tetangga serta siapa saja yang mau menerima nasehat untuk menegakkan shalat, menunaikan zakat dan berbakti kepada kedua orang tua, sungguh indah apa yang dikatakan oleh Abul ‘Abbas:
Paman-pamanku yang pandai dan berpemahaman
Pahamilah bahwa dunia ini pasti kita akan tinggalkan
Pelaksanaan shalat lima waktu adalah suatu kewajiban
            Persembahkanlah shalatmu hanya kepada Ar-Rahmaan
            Perbaikilah amalan supaya dapat pahala dan kebaikan
Paman-pamanku yang baik hati lagi dermawan
Pandai-pandailah berinfaq karena itu menguntungkan
Perbanyaklah berinfaq terkhusus di bulan Ramadhan
Pengeluaran untuk infaq tidaklah membuat kemiskinan
Perlu diketahui bahwa itu justru penambah kekayaan
Pengeluaran infaq dan zakat hukumnya ada dua rincian
Pengeluarannya sebelum shalat ied fithri adalah kewajiban
Pengeluarannya tidak terikat waktu adalah disunnahkan
            Paman-pamanku tentu saja menginginkan kebahagiaan
Perbaiki hubungan kekeluargaan adalah kunci kebahagiaan
Perlu diketahui kebahagiaan itu didapat dengan pengorbanan
           
MENEGAKAN SHALAT
Perintah untuk menegakan shalat di dalam Al-Qur’an sangatlah banyak, diantaranya dalam surat Luqman Allah Ta’ala mengisahkan tengang wasiat Luqman Al-Hakim kepada putranya:
 يَا بُنَيَّ أَقِمِ الصَّلَاة. الآية.
“Wahai putraku tegakanlah shalat”.

BERSEDEKAH
            Orang yang suka bersedekah baik itu berupa sedekah yang wajib (zakat fithri atau zakat harta yang sudah mencapai ketentuannya) atau sedekah yang sunnah maka mereka akan mendapatkan ketenangan hidup di dunia ini, Allah Ta’ala memberikan keberkahan kepada harta mereka, dan di akhirat kelak Allah Ta’ala berikan kenikmatan berupa Jannah (surga), Allah Ta’ala berkata di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Baqarah:
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَآَتَوُا الزَّكَاةَ لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الآية.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang mengerjakan amal shalih, orang-orang yang menegakkan shalat dan yang menunaikan zakat, mereka itu mendapat pahala di sisi Robb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
            Allah Ta’ala juga berkata di dalam Al-Qur’an pada surat An-Nisa’:
لَكِنِ الرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ مِنْهُمْ وَالْمُؤْمِنُونَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَالْمُقِيمِينَ الصَّلَاةَ وَالْمُؤْتُونَ الزَّكَاةَ وَالْمُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ أُولَئِكَ سَنُؤْتِيهِمْ أَجْرًا عَظِيمًا. الآية.
“Tetapi orang-orang yang dalam keilmunya di antara mereka dan orang-orang mukmin, mereka beriman kepada apa yang telah diturunkan kepadamu (Al Quran), dan apa yang telah diturunkan sebelummu dan orang-orang yang mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan yang beriman kepada Allah dan hari kemudian. Orang-orang itulah yang akan Kami berikan kepada mereka pahala yang besar”.
Allah Ta’ala juga berkata di dalam Al-Qur’an pada surat Al-Maidah:
وَقَالَ اللَّهُ إِنِّي مَعَكُمْ لَئِنْ أَقَمْتُمُ الصَّلَاةَ وَآَتَيْتُمُ الزَّكَاةَ وَآَمَنْتُمْ بِرُسُلِي وَعَزَّرْتُمُوهُمْ وَأَقْرَضْتُمُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا لَأُكَفِّرَنَّ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَلَأُدْخِلَنَّكُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ فَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ مِنْكُمْ فَقَدْ ضَلَّ سَوَاءَ السَّبِيلِ. الآية.
“Dan Allah berkata: "Sesungguhnya aku bersama kalian, sesungguhnya jika kalian menegakkan shalat dan menunaikan zakat serta beriman kepada rasul-rasul-Ku dan kalian membantu mereka dan kalain pinjamkan kepada Allah pinjaman yang baik sesungguhnya aku akan menutupi dosa-dosa kalian. dan sesungguhnya kalian akan Aku masukkan ke dalam jannah yang mengalir didalamnya sungai-sungai. Maka barangsiapa yang kafir di antara kalian sesudah itu, sesungguhnya ia telah tersesat dari jalan yang lurus”.
            Dan bahkan Allah Ta’ala telah membuat perumpamaan yang sangat indah untuk orang-orang yang menginfaqkan hartanya di jalan Allah, Allah Ta’ala berkata di dalam surat
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِئَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (261) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لَا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلَا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ. الآية.
“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. dan Allah adalah Al-Waasi’ (Yang Maha Luas) lagi Al-‘Aliim (Yang Maha mengetahui). Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Robb mereka. tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati”.
            Sebagai penghibur maka Abul Abbas menyampaikan beberapa untaian kata dengan judul:
DERMAWAN
Dari Abul ‘Abbas untuk orang yang suka berbuat kebaikan
Di awal nasehat kuingatkan untuk terus menjaga keikhlasan
Dengan keikhlasan seseorang akan terus di atas ketenangan
Di dalam surat Al-Bayyinah[5] ada satu ayat tentang keikhlasan
Di dalam hadits ‘Umar[6] ada penekanan untuk menjaga keikhlasan
            Disaat ini telah tersebar berbagai macam kejelekan
            Dari luar Islam ada dua serangan secara bersamaan
            Dua serangan itu tujuannya untuk merusak keislaman
            Dari salah satunya ada penyerangan dengan persenjataan
            Dan yang lainnya ada penyerangan dengan pemikiran
Dari dalam Islam juga ada dua bentuk penyerangan
Dari dua itu yang paling dahsyatnya dengan pemikiran
Dai-da’i hizbiyyah bangkit menebarkan kerancuan
Diantaranya Luqman Ba’abduh yang bikin keonaran
Di Ambon ada Abdussalam yang sudah kecanduan
Dia kecanduan karena menguras harta-harta yayasan
Dai gadungan bernama Ismail Buton ikut bela yayasan
Di Dammaj dia berposisi sebagai thulaib gelandangan
Duduknya ketika taklim di sisi Abu Abayah Batman
Dia termasuk kawan Batman yang suka pengangguran
Dikalangan hizbiyyin dijadikan ustadz lalu ditenarkan
Dahulu si homoseks juga ikut diangkat lalu dikibarkan
Dasar hizbiyyin yang bego yang tak punya akal pikiran
Dari mereka sering mengemis ke orang dermawan
Datang mengemis dengan bahasa yang menyedihkan
Di Ambon ada dermawan yang suka berbuat kebaikan
Dia memperhatikan penuntut ilmu dengan beri bantuan
Dia membantu orang-orang yang mendalami keislaman
Dia berakhlaq mulia dan berwibawa serta dermawan
Dia meneladani Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam kebaikan
Diantara pengikut Rasul yang tak mampu dia beri bantuan
Doaku semoga hartanya diberkahi dan diberi tambahan

BERBUAT BAIK KEPADA ORANG TUA
            Allah Ta’ala memerintahkan umat manusia untuk berbakti kepada kedua orang tua, dan perintah ini juga telah dijalankan oleh generasi terdahulu, di dalam surat Luqman Allah Ta’ala berkata:
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ. الآية.
“Dan Kami perintahkan kepada manusia untuk (berbuat baik) kepada kedua orangnya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Kulah kembalimu”.
Bahkan Allah Ta’ala memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua setelah perintah untuk menegakkan shalat, di dalam “Ash-Shahihain” berkata Abu ‘Amr Asy-Syaibaniy: “Telah menceritakan kepada kami pemilik rumah ini sambil memberi isyarat ke rumah Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata: Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
أَىُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ إِلَى اللَّهِ قَالَ «الصَّلاَةُ عَلَى وَقْتِهَا». قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ «ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ». قَالَ ثُمَّ أَىُّ قَالَ «الْجِهَادُ فِى سَبِيلِ اللَّهِ». قَالَ حَدَّثَنِى بِهِنَّ وَلَوِ اسْتَزَدْتُهُ لَزَادَنِى.
“Amalan apa yang dicintai oleh Allah? Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Shalat pada waktunya” Beliau bertanya lagi: “Kemudian apa?” Rasulullah menjawab: “Kemudian berbuat baik kepada kedua orang tua” Beliau bertanya lagi: Kemudian apa? Rasulullah menjawab: “Jihad di jalan Allah”.  Berkata Ibnu Mas’ud: Beliau (Rasulullah) menceritakan tentang itu semua, kalaulah aku meminta tambah maka tentu beliau memberiku tambahan”.
Wahai paman-paman dan para tetanggaku –semoga Allah memperbaiki keadaan kalian- berbaktilah kepada kedua orang tua kalian bila kalian tidak berbuat baik kepada kedua orang tua kalian maka dikhawatirkan kalian akan menderita, hina dan sengsara di dunia dan akhirat, di dalam kitab “Shahih Muslim” dan “Al-Adabul Mufrad Lil Imam Al-Bukhariy” dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ ثُمَّ رَغِمَ أَنْفُ». قِيلَ مَنْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ «مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ أَحَدَهُمَا أَوْ كِلَيْهِمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةَ»
“Kehinaan, kehinaan, kehinaan” ada yang bertanya: Siapa (yang engkau maksud) wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab: “Siapa saja yang mendapati orang tuanya ketika sudah lanjut usia, salah satu atau keduanya namun tidak (menjadikannya sebab) masuk jannah”.

SILATURRAHMI (MENGHUBUNGKAN TALI PERSAUDARAAN).
            Wahai paman-paman dan para tetanggaku –semoga Allah memberikan hidayah kepada kalian- bila ada diantara kalian ada suatu kesenjangan atau perselisihan dan adanya saling benci-membenci satu dengan yang lain maka bersegeralah untuk saling berbaik-baikan, hubungkanlah kembali tali kekeluargaan!. Bila kalian melakasanakan wasiat ini maka Allah Ta’ala memberikan jaminan kepada kalian diantaranya dibukakan pintu rezqi dan dipanjangkan umur-umur kalian, di dalam “Ash-Shahihain” dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ، وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ، فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ».
“Barangsiapa yang suka untuk dilapangkan baginya rezqinya dan dipanjangkan baginya umurnya maka hendaklah dia bersilaturahmi (menghubungkan tali kekeluargaan)nya”.
            Ingatlah wahai paman-paman dan para tetanggaku, bila kalian terus tidak berbaik-baikkan dan saling memutus hugungan kekeluargaan maka sangat dikhawatirkan di dunia ini kalian akan menderita dan di akhirat kelak kalian termasuk orang-orang yang merugi, di dalam “Ash-Shahihain” dari hadits Jubair bin Muth’im Radhiyallahu ‘Anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
«لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ».
“Tidak akan masuk Jannah orang yang memutus hubungan (kekeluargaan)”.

PENUTUP
            Jika kalian wahai paman-paman dan para tetanggaku –semoga Allah menjaga kalian- ingin kebahagian baik di dunia ini maupun di akhirat kelak maka aplikasikanlah wasiat-wasiat Allah Ta’ala dan Rasul-Nya, diantara wasiat-wasiat tersebut adalah:
  1. Mentauhidkan Allah Ta’ala.
  2. Menegakan shalat (shalat wajib dan shalat sunnah).
  3. Bersedekah (sedekah yang wajib dan yang sunnah).
  4. Berbakti kepada kedua orang tua.
  5. Menyambut hubungan silaturahmi.
Bila wasiat-wasiat tersebut paman-paman dan para tetanggaku mengamalkannya maka Allah Ta’ala akan menjadikan kepada kalian ketenangan hidup di dunia ini dan di akhirat kelak, Allah Ta’ala berkata dalam surat An-Nahl:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ. الآية.
“Barangsiapa yang melakukan perbuatan yang baik (shalih), baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.
          Allah Ta’ala juga berkata dalam surat An-Nisa’:
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا. الآية.
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shalih, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam jannah (surga) dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”.
            Allah Ta’ala juga berkata dalam surat Ghafir:
مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ. الآية.
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. dan barangsiapa mengerjakan perbuatan yangbaik (shalih) baik dia itu laki-laki ataupun perempuan sedang dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezqi di dalamnya tanpa hisab”.
Selesai kami tulis pada hari Jum’at menjelang ‘Ashar pada tanggal 4 (empat) Muharram 1432 (seribu empat ratus tiga puluh dua) Hijriyyah di Masjid As-Sunnah Darul Hadits Dammaj-Sho’dah-Yaman.


[1] Penggunaan paman di sini bukan kami khususkan untuk saudara bapak atau saudara ibu kami, namun kami gunakan di sini sebagai keumuman yaitu siapa saja yang umurnya sudah tua dari kami, sebagaimana kebiasaan orang-orang Arab bila seseorang melihat orang lain yang umurnya jauh lebih tua dari dia maka dipanggil dengan ‘ami (paman), di dalam “Ash-Shahihain” dari hadits Aisyah Radhiyallahu ‘Anhu berkata Ummul Mukminin Khadijah Radhiyallahu ‘Anha kepada anak pamannya yang bernama Waraqah bin Naufal Radhiyallahu ‘Anhu:
يَا ابْنَ عَمِّ اسْمَعْ مِنَ ابْنِ أَخِيكَ. فَقَالَ لَهُ وَرَقَةُ يَا ابْنَ أَخِى مَاذَا تَرَى   
“Wahai anak pamanku, dengarlah dari anak saudaramu”. Lalu Waraqah berkata kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam: “Wahai anak saudaraku apa yang kamu lihat?”.
                Dari hadits tersebut diketahui bahwa Waraqah bukan saudara kandung Abdullah bin Abdul Muthalib namun Waraqah Radhiyallahu ‘Anhu hanyalah anak dari paman Ummul Mukminin Khadijah Radhiyallahu ‘Anha. Wallahu A’la wa A’lam.
[2] Seperti memohon pertolongan kepada Walisonggo, Kanjeng, Abdul Qadir Al-Jailaniy atau memohon kepada orang-orang yang syudah meninggal dunia.
[3] Yaitu kalimatut tauhid:
لا إله إلا الله
“Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah”.
[4] Yang dimaksud kezhaliman pada ayat tersebut adalah kesyirikan sebagaimana dalam surat Luqman ketika Luqman Al-Hakim berkata kepada putranya Radhiyallahu ‘Anhuma:
يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ. الآية.
“Wahai putraku janganlah kamu berbuat syirik kepada Allah. Sesungguhnya syirik adalah kezhaliman yang paling besar”.
[5] Allah Ta’ala berkata:
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ. الآية.
“Padahal mereka tidak diperintah kecuali supaya menyembah Allah dengan mengikhlaskan agama (memurnikan ketaatan) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka menegakkan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.
[6] Di dalam “Ash-Shahihain” Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى».
“Sesungguhnya amalan tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang tergantung apa yang dia niatkan”.

Post a Comment