Point-Point Hizbiyah Ubaid Al Jaabiry

Point-Point Hizbiyah Ubaid Al Jaabiry



Ditulis oleh:
Abu Ibrohim Abdulloh bin Mauhan Al Hindy
Di Darul Hadits Dammaj
Harosahallohu min kulli suu in wa makruuh 

Penerjemah:
Abul Jauhar Adam Ahmad Madhi
Al Bandawi Al Amboni Al Indonesi
-semoga Alloh memaafkannya-

Korektor:
Abu Fairuz Abdurrohman Al Qudsy Al Jawy
Al Indonesy
-semoga Alloh memaafkannya-




بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله و الصلاة و السلام على أشرف الأنبياء و المرسلين محمّد بن عبدالله الصادق الأمين و أشهد أن لا إله إلاّ الله وحده لا شريك له و أشهد أن مجمّدا عبده و رسوله,
أمّا بعد:

                      Sungguh telah banyak tuntutan-tuntutan dari ikhwan-ikhwan di Eropa dan selainnya akan dalil-dalil yang Syaikhuna Yahya bersandar padanya dalam menghizbikan Ubaid Al Jabiry hadahulloh. Maka ketika banyak permintaan , saya lalu meminta pengarahan Asy Syaikh Yahya untuk (mengerjakan) pekerjaan ini. Maka beliau mengarahkanku untuk menjelaskan kebenaran yang saya yakini dalam perkara ini. Kemudian saya beristikharah kepada Alloh lalu terwujudlah tekad untuk (mengerjakan) amalan ini.Yang demikian itu adalah sebagai nasihat kepada ummat dan sebagai perealisasian pada apa yang telah diriwayatkan oleh Al Imam Muslim di dalam shohihnya dari sahabat Tamim Ad Daary rodiyallohu ‘anhu bahwasanya Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

(( الدين النصيحة ، قلنا لمن ؟ قال لله ولكتابه ولرسوله ولأئمة المسلمين وعامتهم )) رواه مسلم

Agama itu nasehat”. Kami berkata: Kepada siapa? Beliau berkata: ”Kepada Alloh, KitabNya, RosulNya, para pemimpin Muslimin dan masyarakat umum.



Pembukaan Fitnah Ubaid Al Jabiry
                 Maka sungguh telah berlarut-larut fitnah ini hingga terjadi  banyak perdebatan di dalamnya yaitu fitnah Al Adeny Abdurrohman bin Mar’y dan para pengikutnya, sampai-sampai telah pecah barisan-barisan Ahlussunnah di dalam dan di luar Yaman. Maka Usudussunnah (singa-singa Sunnah) tegak menjelaskan kejelekan-kejelekan fitnah tersebut dengan penjelasan yang memuaskan yang dipimpin oleh Al Allamah An Naashihul Amiin Yahya bin Aly Al Hajury hafidzohulloh wa Jazahullohu khoiron. Dan herannya, ketika Syaikhuna menjelaskan makar-makar sang pembuat makar lagi pendusta ini (Abdurrohman Al Adeny) dan khianatnya kepada dakwah Salafiyah dan Darul Hadits Dammaj dengan hujjah-hujjah dan bukti-bukti, bangkitlah sekelompok orang melakukan pembelaan yang bathil kepada Al Adeny dengan keras dari dalam dan dari luar Yaman. Adapun di dalam Yaman maka berdirilah ketua fitnah ini yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushoby ashlahahulloh. Dan adapun yang di luar Yaman maka Abdurrohman Al Adeny telah merasa cukup dengan Asy Syaikh Ubaid hadahulloh. Lalu ia (Abdurrohman) mencalonkan Ubaid Al Jabiry untuk (melancarkan) tudingan ini. Maka Ubaid berdiri mengangkat bendera fitnah saling mengadakan permusuhan dan menyalakan sumbu fitnah, bahkan berubah Asy Syaikh Ubaid memusuhi dakwah salafiyah lebih keras lagi dari Abdurrohman Al Adeny dan para pengikutnya.
                      Maka Asy Syaikh Yahya bersabar atas Asy Syaikh Ubaid dengan kesabaran yang panjang dan telah menasehati Ubaid beberapa kali dengan nasihat yang baik. Akan tetapi, Asy Syaikh Ubaid enggan dan melainkan bahkan terus-menerus melakukan permusuhan, penentangan dan penyimpangannya dari al hak. Maka tatkala Asy Syaikh Yahya melihat hal itu dan bahwasanya Ubaid telah melanggar pokok-pokok dasar Ahlussunnah dan memulai melakukan adu domba dan penghasutan sebagaimana yang akan kami sebutkan, Syaikhuna Al Hajury lalu menjarh Ubaid dengan menyatakan kehizbiyannya. Dan ini adalah fatwa yang dibangun diatas bukti-bukti konkrit dari Al Kitab dan As Sunnah di atas pemahaman Salaf sebagaimana akan kami jelaskan dalam risalah ini insya Alloh ta’ala.
                         


Pasal:  Definisi Hizbiyah dan Wajib untuk Menjelaskan Bahayanya
                Asy Syaikh Muqbil rohimahulloh ditanya:
Wahai Fadhilatusy Syaikh!
Sebagian hizbiyyiin menuduh kami tidak mengerti tentang hizbiyah dan kami tidak mengerti maknanya. Dan bahwasanya hizbiyyah menurut kami adalah orang yang tidak sepaham dengan kami walaupun hanya pada satu masalah saja. Dan menuduh kami pula bahwa kami tidak baik pergaulannya dengan orang yang tidak sepemahaman dan mereka meminta kami untuk mendefinisikan makna hizbiyah tersebut. Maka kami mohon agar anda menjelaskan kepada kami bagaimana menetapkan hukum atas kehizbiyan seseorang, dan apa makna hizbiyyah dan hizby, dan apa dhobit (kaidah) dari hizbiyyah yang tercela itu , Jazakumullohu khoiron.

Jawaban:
“Mereka itu wahai ikhwan menginginkan dari kita agar kita membayangkan seorang hizby seperti hantu ataukah kita membayangkan seorang hizby itu seperti banteng dengan tanduk-tanduknya. Bukan itu wahai ikhwan.. yang menjadi permasalahan adalah masalah pemikiran, yaitu Al Wala wal Bara, berwala bagi siapa yang berada bersama mereka dan bara bagi siapa yang tidak bersama mereka. Dan ada sekelompok orang yang mereka tidak takut kepada Alloh memberi julukan jelek dan mencerca Ahlussunnah.”
Dan diantara perkataan beliau: ”Hizbiyyah adalah Al Wala wal Bara (yang sempit dan menyimpang), Hizbiyah adalah dusta dan tipu daya.(1)
Dan hal yang serupa pula telah ditanya Syaikhuna Yahya Al Hajury hafidzohulloh:
Berkata sipenanya:
Wahai Syaikh kami atsaabakumulloh! Sebagian orang mengatakan: Saya menarik kesimpulan akan kesalafian Abdurrohman Al Adeny  dengan alasan bahwa ia tidaklah bergabung dengan suatu kelompok hizbiyah manapun di lapangan. Apakah ucapan ini benar dan apa nasihat anda jazakumullohu khoiron.

Jawab:
Ucapan ini tidaklah benar. Sekiranya kita melihat kepada kelompok Syi’ah ada berapa kelompok? Ada dua puluh lebih kelompok. Dan begitupula kelompok Shufiyah, kelompok Murji’ah, kelompok Jahmiyah, kelompok Mu’tazilah dan kelompok hizbiyyin lainnya dan demikianlah hal tersebut.Maka yang mengatakan bahwa tidaklah Fulan itu hizby melainkan masuk di bawah suatu kelompok (hizb), ini adalah pembentukan pokok-pokok yang bathil.”
Berapa banyak orang yang tidak ingin berada di bawah suatu kelompok (hizb), tapi  ingin memiliki suatu kelompok sendiri sementara kepala kesesatannya adalah dia, dan dari sini terjadilah kelompok-kelompok. Pada masa Al Hasan Al Bashry rohimahulloh ia dulu memiliki murid-murid yang diantara mereka adalah: Washil Al Ghozali, Fulan dan Fulan dari sekelompok orang. Lalu syaithon menipu daya mereka bahwa mereka memiliki kefasihan dan memiliki ini dan itu…. Maka Washil bin Atha pun berbalik bangkit dan menetapkan kaidah-kaidah dan meninggalkan Al Hasan (Al Bashri) dan setelah itu menjadilah ia termasuk dari para imam kesesatan, begitupula ‘Amr bin ‘Ubaid dan begitu pula orang-orang yang selainnya. Maka  pembentukan pokok-pokok ini adalah  pembentukan pokok-pokok yang bathil. Maka tidaklah dikatakan sesungguhnya seseorang tidaklah dikatakan hizby melainkan jika ada padanya intikhobaat (pemilihan), dan tidaklah seseorang itu dikatakan hizby melainkan jika ada padanya Tandziim Sirry (pengaturan rahasia) ataukah memiliki Jamiyyaat. Seluruh perkara ini tidak menjadi keharusan. Hizbiyyah adalah Wala dan Bara yang sempit.    ” Dan ini bertumpuk-tumpuk pada Abdurrohman Al Adeny dan dia itulah hizby yang baru yang melakukan penentangan dari sini dan mereka keluar dari sini berkelompok. Lalu hizbiyah itu cocok dengan amalan-amalan mereka. Tindakan yang paling jelas yang terjadi dari hizbiyah tsb adalah berlomba-lombanya mereka untuk merebut masjid-mesjid,diantaranya pula adalah bahwasanya mereka berbasa-basi dan diam dari Ahlul Bathil… ….(sampai akhir perkataannya)(2)

Dan Syaikh Sholih Fauzan hafidzahulloh pernah ditanya:
“Apakah wajib bagi para ulama untuk menjelaskan bahaya berkelompok-kelompok dan bahayanya pembagian-pembagian dan golongan-golongan dan Jama’ah-jama’ah?”
Maka beliau menjawab:
“Iya, wajib menjelaskan bahayanya berkelompok-kelompok dan bahayanya pembagian-pembagian dan bergolong-golongan agar manusia tahu , karena sampai-sampai orang-orang awam pun tertipu. Berapa banyak dari orang-orang awwam sekarang yang telah tertipu  dengan sebagian Jama’ah-jama’ah . Mereka menyangka bahwa Jama’ah-jama’ah tersebut berada di atas kebenaran? Maka yang harus bagi kita adalah menjelaskan kepada manusia –para pelajar dan orang awwam- akan bahayanya berkelompok-kelompok dan bergolong-golongan. Karena sesungguhnya jika para ulama tidak berbicara maka manusia akan mengatakan” Ulama adalah orang-orang yang tahu terhadap perkara ini sementara mereka tidak berbicara akan perkara tersebut ”, maka masuklah kesesatan dari pintu ini. Maka harus ada penjelasan tatkala terjadi hal yang semisal dengan perkara-perkara ini. Dan bahaya yang menimpa orang-orang awwam itu lebih banyak daripada bahaya yang menimpa para pelajar. Karena orang-orang awwam menyangka dengan diamnya para ulama menunjukkan bahwa perkara ini adalah benar dan perkara ini adalah suatu kebenaran.(3)



Pasal: Bukti-Bukti yang Menunjukkan atas Kehizbiyaan Ubaid Al Jabiry

          Al Imam Muslim telah meriwayatkan di dalam shohihnya dari ‘Aly bin Abi Tholib bahwa Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

« لَعَنَ اللَّهُ مَنْ لَعَنَ وَالِدَهُ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ ذَبَحَ لِغَيْرِ اللَّهِ وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا وَلَعَنَ اللَّهُ مَنْ غَيَّرَ مَنَارَ الأَرْضِ »

Alloh telah melaknat orang yang melaknat bapaknya, dan  Alloh telah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Alloh, dan  Alloh telah melaknat orang yang melindungi orang yang mengada-adakan perkara baru, dan Alloh telah melaknat orang yang merubah petunjuk-petunjuk jalan.(4)

                Berkata Al Imam Al Wadi’y rohimahulloh :”Hizbiyah-hizbiyah ini dibangun di atas dusta, tipu daya, talbiis (pengkaburan) dan pemutarbalikan fakta.(5)
               
Sungguh Syaikhuna Yahya waffaqohulloh telah menyebutkan bahwa “ Bukti-bukti kehizbiyan Ubaid Al Jabiry sebenarnya adalah merupakan bukti-bukti kehizbiyan Abdurrohman Al Adeny.  Bahkan, Ubaid lebih keras dan lebih banyak kehizbiyannya.
               
Dan hendaknya bagi kalian sebagian dari bukti-bukti yang menunjukkan akan kehizbiyan Al Jabiry hingga kalian mengerti bahwa fatwa Syaikhuna dibangun diatas bukti-bukti.
               
1.Membela Hizbiyyun yang berada di Al Jami’ah Al Islamiyah.
                Syaikhuna Yahya  setelah mentahdzir Abdurrohman dan para pengikutnya , para da’i fitnah dari para pengikut Abdurrohman Al Adeny lalu beranjak menemui Ubaid. Mereka mengadukan kedzoliman yang muncul dari Al Hajury –sebagaimana sangkaan mereka sementara mereka itu adalah para pendusta- dan Ubaid tidak tahu bagaimana tuk memulai membela Abdurrohman. Lalu ia menempuh cara-cara yang amat lemah, dan ini disebabkan karena tidak adanya taufiq, lalu ia pun masuk dari pintu-pintu yang paling sempit dan berusaha  melakukan pengkaburan bahwa Asy Syaikh Yahya menghizbikan siapa saja yang berada di Jaami’ah Al Islamiyah dan Ubaid mati-matian membela  Al Jami’ah, bersamaan dengan adanya asap/kekeruhan yang ada di dalam Jaami’ah tersebut berdasarkan persaksian Ahlussunnah yang mengerti tentangnya.(6)
                Ubaid berupaya untuk mengharuskan Syaikhuna Yahya dengan beberapa perkara seputar Al Jaami’ah Al Islamiyah sebagaimana pada risalahnya yang berjudul “An Naqdus Shohiih limaa Tadhommanahu At Tanbiihus Sadiid min Mukhoolafatil Jawaabis Shoriih”. Maka Ubaid berkata di dalamnya:
                Pertama: Pujian atas Al Jaami’ah Al Islamiyah di Madinah bahwa ia adalah Jaami’ah Salafiyah yang didirikan diatas Sunnah semenjak berdirinya hingga hari ini.
                Kedua: Mengakui kesalahanmu pada perkara yang engkau cacatkan Al Jaami’ah Al Islamiyah dengannya dan masalah pengharoman belajar di situ.
                Ketiga: Terlepasnya Al Jaami’ah dari Hizbiyah,kebid’ahan dan Khurafaat.
                Maka sungguh Syaikhuna Yahya telah membantahnya dengan bantahan yang cukup(7) dan membawakan saksi-saksi akan adanya hizbiyyun di Al Jaami’ah Al Islamiyah. Tapi bersamaan dengan  itu Ubaid tidak menerima sama sekali penjelasan tersebut dan bahkan mengulang-ulang pengharusan-pengharusannya yang dulu, sebagaimana dalam percakapan (lewat telpon) yang berlangsung antara dia dengan sebagian hizbiyyun dari Syihr setelah adanya bantahan dari Syaikh Yahya. Lalu ia mengatakan: ”Saya telah mengharuskan beberapa perkara kepadanya namun ia tidak peduli sama sekali, hukumannya kita serahkan pada orang-orang yang berakal bukan padaku, saya telah mengharuskan beberapa perkara kepadanya dalam makalah yang kedua yaitu (النقد) saya mengharuskannya dengan tiga perkara hingga ia mau ruju’,  orang  ini telah mentahdzir Al Jami’ah dan sebagian pengikutnya telah menelan itu darinya.

Bantahan:
Setelah ini kami katakan: Boleh jadi Ubaid tidak tahu bahwa Al Jaami’ah Al Islamiyah di dalamnya terdapat hizbiyyun dan alasan ini adalah jauh sekali dan lebih khusus lagi. Dan sungguh Ubaid telah memberikan taqdim buat Asy Syaikh Abdul’Aziz  Ar Raisy dalam bantahannya kepada salah seorang Asy’ari  Al Jaami’ah Al Islamiyah akan tetapi sebagaimana telah berkata Syaikhuna bahwa (Al Jaami’ah Al Islamiyah) adalah “ Pembangkit pelaksanaan pembelaan yang kuat kepada Hizbiyyun yang mana mereka telah membuat kerusuhan pada kami dari tengah-tengah markiz Darul Hadits Dammaj sedikit demi sedikit”.
 Dan yang menjadi konsekuensi dari perkataan Ubaid tadi adalah bahwasanya hizbiyyun di Al Jaami’ah bukanlah Hizbiyyun. Bahkan mereka itu menurut Ubaid adalah Ahlussunnah. Dan ini merupakan perkara yang lebih dahsyat dan lebih berbahaya karena mengandung penipuan terhadap manusia dan pengelabuhan terhadap orang yang tidak tahu kondisi Jaami’ah tsb. Dan kenyataannya adalah bahwasanya ucapannya tadi merupakan pemutarbalikan fakta dan kedustaan. Dan ini merupakan pondasi hizbiyyah sebagaimana ucapan Al Imam Al Wadi’I !
               
2.Pembelaan Ubaid kepada Hizbiyyuun dan Maftuuniin (orang-orang yang terfitnah) di Yaman dan tolong-menolong ia bersama mereka dalam memusuhi Ahlussunnah.
                Tatkala Syaikhuna Yahya memberi peringatan kepadanya (Ubaid) dari bermajelis dengan Abdurrohman Al Adeny dan pengikut-pengikutnya dari Hizbul Jadiid, ia bahkan membalasnya dengan melakukan tindakan pembelaannya yang jelek itu kepada mereka. Ia (Ubaid) berkata: ” Bahkan teman-teman dudukku adalah orang-orang yang mendapat tazkiyah dariku dan (tazkiyah) yang selainku dari Ahlussunnah di Madinah dan selainnnya, padahal diantara orang-orang khususnya adalah orang-orang yang disifatkan Syaikh Al Hajury sebagai Maftuuniin, mereka adalah Abdurrohman bin Mar’iy, Abdulloh Al Mar’iy, Hani Buraik dan Arofaat bin Hasan.(8)
                Dan berkata Ubaid sebagaimana dalam jawaban-jawabannya dari pertanyaan-pertanyaan dari Negara Barat: ” Dan apa yang tersebar tentang Akhina Asy Syaikh Abdulloh bin Umar Mar’iy dan Akhina Asy Syaikh Abdurrohman bin Umar Mar’y dan yang lainnya berupa sifat kehizbiyan, ini adalah di antara kedustaan Yahya Al Hajury dan para pengikutnya……. .(sampai akhir perkataannya)(9)

Bantahan:
                Mungkin Ubaid lupa bagaimana mempraktekkan kaidah-kaidah Ahlul Hadits seperti ”Orang yang tahu adalah hujjah atas orang yang tidak tahu(10) dan “Jarh Mufassar didahulukan atas Ta’dil Mujmal”. Dan anehnya ia pernah menempatkan kaidah-kaidah ini dengan keras pada fitnah Abul Hasan sebagaimana yang telah Syaikhuna yang mulia nukilkan dari ucapannya (Ubaid).

فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ  [يونس : 32]
Maka apakah yang ada setelah kebenaran selain kebatilan? Maka kemanakah kalian dipalingkan” [Yunus:32]

                Bahkan ia tidak berhenti untuk sekedar membela mereka dan menundukkan pandangan dari tindakan-tindakan mereka yang buruk, ia sebenarnya telah berada di dalam barisan mereka untuk menentang Dammaj dan Syaikh Yahya sebagaimana yang terjadi ketika ia berkunjung ke Yaman. Dan kunjungan ini tujuannya adalah untuk bantu-membantu bersama Abdurrohman Al Adeny dan kelompoknya sebagaimana telah berkata Syaikhuna Yahya(11): ”dan kenyataannya bahwa kunjungan tersebut dan kunjungan kali ini adalah bersifat tolong-menolong dan tidak bersifat dakwah dan bukan pula bersifat Ilmiyah. Hanyalah (kunjungan ini) untuk mendirikan kehizbiyannya dan di belakang dari tujuan itu pula adalah berupa ketamakan-ketamakan dunia yang ada pada kedua anak Ibnu Mar’iy….(sampai akhir perkataannya).”
               



_Pembelaan Ubaid kepada Muhammad bin               Abdul Wahhab Al Wushoby:
Dan sebagian dari kerasnya permusuhan Ubaid kepada Syaikhuna Yahya adalah ia mulai mencela Syaikh Yahya dalam percakapan (lewat telepon) bersama sebagian Hizbiyyun di Syihr(12) , ia berkata:”Asy Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushoby adalah seorang yang berakal, yang mulia, Shohibussunnah yang berakal. Sementara Al Akh Yahya lancang lisan, buruk perkataan, tidak dapat menjaga kehormatan orang lain. Sekiranya saja kamu menemaninya sepuluh tahun mungkin ia dapat meruntuhkan kehormatan tersebut dalam sekejap. Ia tidak membangun kelembutan, ia meskipun memiliki ilmu akan tetapi tidak memiliki sifat kesabaran dan hikmah.”
Dan disamping munculnya celaan, caci makian dan cercaan kepada Al Allamah Asy Syaikh Yahya ia lalu menghadapkan pujiannya kepada kepala fitnah ini dan sekaligus kepala adu domba yaitu Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushoby -semoga Alloh tidak membalasnya dengan kebaikan-. Dan sebagaimana telah lewat bahwa Wushoby memiliki peranan penting dalam menyalakan dan memperpanjang ekor-ekor fitnah ini di dalam negeri Yaman. Bahkan ia termasuk dari paling besarnya orang-orang yang mempromotori  Abdurrohman  Al Adeny dalam mempropokasi penyerangan terhadap Dammaj dan Asy Syaikh Yahya. Dan sungguh Syaikhuna (Yahya) telah menjelaskan apa yang yang ada pada Al Wushoby berupa Al Walaa wal Baraa yang sempit dan melakukan adu domba yang terjadi diantara Ahlussunnah dan ulama-ulama mereka dalam malzamah yang berjudul: “Al Walaa wal Baraa Ad Dhoyyik ‘inda Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab Al Wushoby wa Ash Haabihi Al Hizbil Jadiid”

Bantahan terhadap pujian Ubaid kepada Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushoby:
                Berkata ubaid: “Asy syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Al Wushoby adalah seorang yang berakal, yang mulia, Shohibussunnah yang berakal.”
                Ucapannya: (Ia adalah seorang yang berakal, yang mulia) Apakah berakal bagi Ubaid melakukan penentangan terhadap dakwah Salafiyah di Dammaj dan menyebarkan permusuhan padanya dan pada Syaikh dan thullabnya. Dan apakah berakal dan mulia bantu-membantu bersama Hizbiyyun dan orang yang berusaha mengadu domba di antara ulama dan para da’I Ahlussunnah? Dan apakah berakal dan mulia melakukan cercaan dan berdusta atas Syaikh Yahya?! Apakah mulia mengingkari kebaikan yang jelas yang dulu Muhammad bin Abdul Wahhab timba di Dammaj dan mengikrarkannya kepada Asy Syaikh Yahya?! Dan apakah mulia berusaha untuk menegakkan fitnah di dalamnya?! Dengarkanlah penjelasan tersebut dalam dua kaset bertema “Rof’ul Irtiyaab ‘an Iftiroot Asy Syaikh Muhammad bin ‘AbdilWahhab” oleh Syaikhuna Yahya untuk menjelaskan setiap apa yang telah disebutkan tadi berupa bukti-bukti dan dalil-dalil.
                Ucapan Ubaid : (Shohibussunnah) Apakah termasuk Sunnah mengadakan pembaharuan pembentukan pokok-pokok Ahlul Bid’ah seperti ‘Ur’ur, Al Maghrawy dan Abul Hasan Al Mishry? Lihat tentang pembentukan pokok yang menyimpang ini yang ada pada Wushoby yang ditulis oleh Akhuna Yasir Al Hudaidy dalam risalahnya: “Ihyaaul Wushoby li Qowaa’id wa Ta’shiilaatil Mishry wal ‘Ur’ur wal Maghrawy.”
                Dan diantara pembentukan pokok-pokok tersebut yaitu:
_Pokok pertama: Celaan Wushoby kepada sebagian sahabat-sahabat Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam bahwa mereka adalah terompet-terompet dan mereka bergosip dan saling menukil perkataan tanpa tatsabbut, (Al Wushoby berkata) maka sebab inilah kita butuh kepada pendidikan dan pengajaran.(13)
_Pokok keenam: Meruntuhkan Al Jarh wat Ta’dil dari berbagai sisi.(14)
_Pokok kesepuluh: Al Wushoby berjalan di atas manhaj Abul Hasan, Adnan ‘Ur’ur dan selain keduanya dari Ahlul Bathil dalam menolak Al Hak dengan tuntutan bahwa ia mengambil asas tatsabbut. Lalu ia berkata: “Maka Alloh memerintahkanmu agar tidaklah kamu menerima ucapan apapun yang tidak kamu dengan langsung sendiri dari sang pembicaranya tapi hanya sekedar dinukilkan, dan Ia tidak mengizinkan bagimu untuk menukil perbuatan apapun yang tidak kamu lihat langsung pelakunya tapi hanya sekedar dinukilkan”.(15)
_Pokok kedelapan belas: Bahwasanya orang yang pada dasarnya adalah Sunnah lalu terjatuh di dalam perkara-perkara Ahlul Bid’ah dan enggan untuk tarooju’ (kembali kepada al hak) setelah datangnya nasihat dan teguran maka ia tetap pada dasarnya yaitu Sunnah dan ia termasuk dari wali-wali Alloh yang sholeh dan tidaklah ia keluar dari hal tersebut kecuali apabila ia pada dasarnya adalah Bid’ah.(16)
_Pokok kedua puluh: Al Wushoby menjadikan Tauhid Haakimiyah sebagai bagian keempat dari jenis-jenis tauhid kepada Alloh ‘azza wa jalla(17) .
_Pokok kedua puluh tiga dan kedua puluh empat: Melakukan adu domba, dusta dan adanya Al Walaa wal Baraa yang sempit.(18)
Selesailah ringkasan dari yang dimaksudkan dan sebagai tambahan penjelasan tentang penyebutan bukti-bukti dan contoh-contoh hal tersebut lihat risalah Yasir Al Hudaidy yang disebutkan tadi.(19)
Maka apakah ucapan Ubaid Al Jaabiry setelah kamu cermati tentang orang ini apakah diterima dengan ucapan yang hak ataukah menolaknya sebagaimana pembelaan orang yang jelek dari orang yang jelek, dan sebagaimana Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

Ruh-ruh itu adalah bala tentara yang berkelompok-kelompok, jika saling kenal bersatu dan jika tidak saling kenal berselisih.”  Diriwayatkan oleh Syaikhain.
« الأَرْوَاحُ جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ ، فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ ، وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا اخْتَلَفَ »

$Ubaid Munjunjung Sholeh Al Bakry
                Dan sebagai tambahan penguat  bagi pembaca dari kami bahwa telah datang Syaikh Ubaid untuk tolong-menolong bersama Hizbiyyuun. Maka lihatlah apa yang telah Ubaid lakukan dengan memuji Sholeh Al Bakry Al Maftuun dan hendaklah kembali pada ringkasan perkataan kepada Al Wushoby yang lalu(20) (yang berakal, yang mulia, Shoohibussunnah) ketika terjadi fitnah Bakry:
                Berkata Al Wushoby setelah adanya pertanyaan yang dikemukakan padanya: “Apakah boleh membeli tanah milik Sholeh Al Bakry? Maka ia menjawab dan bagus sekali jawabannya: Saya nasihatkan kepada Sholeh Al Bakry agar bertakwa kepada Alloh terhadap uang-uang yang ia ambil dari orang lain dan ia tidak boleh bersepakat bersama mereka atas meter sekian dengan nilai harga sekian kemudian setelah itu ia lalu mengurangi atas mereka sekian dan sekian dari setiap potongan meter-meter tanah dan menambahkan /menaikkan nilai harga………. Sampai pada ucapannya: Kami katakan: Sesungguhnya manusia jika telah minim ilmunya akan bertindak serampangan, jika telah minim ilmunya akan bertindak gegabah. Lihat! Ia telah merubah dirinya dari seorang da’I ilalloh menjadi manager kantor pertahanan serupa dengan perseroan “Al Asmak” milik Az Zindaany. Dan hal (perkara-perkara) ini serupa dengan perkara-perkara yang ada pada perseroan “Al Asmak”. Berdakwah ilalloh itu adalah jauh dari ketamakan-ketamakan terhadap dunia. Apabila ketamakan- ketamakan tersebut masuk pada dakwah ilalloh maka akan merusakkan dakwah tersebut. Ini adalah balasan bagi siapa yang berbicara (jelek) tentang Ahlul ‘Ilm dari kalangan Ahlus Sunnah, balasannya adalah bahwasanya Alloh rendahkan ia di dunia sebelum di akhirat.

                Robbuna berfirman sebagaimana di dalam hadits Qudsi:

" من عادى لي ولياً فقد آذنته بالحرب"

Barangsiapa yang memusuhi waliKu maka sungguh Aku telah mengumandangkan peperangan kepadanya.” Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhary dalam shohihnya dari hadits Abu Hurairoh rodhiyallohu ‘anhu. Ini, bagaimana jika permusuhan terhadap satu dari wali Alloh. Lalu bagaimana lagi bagi orang yang memusuhi segolongan besar dari para wali Alloh. Keadaan yang mana Az Zindaany terjatuh di dalamnya kamu pun telah terjatuh pula di dalam hal itu yaitu mengambil uang-uang para lelaki dan wanita lantas mereka telah berharap-harap dengan pengharapan yang panjang dan banyak, kemudian pada akhir putaran tidaklah mereka peroleh kecuali hanyalah sesuatu yang sedikit……
                Dan Sholeh Al Bakry memiliki metode-metode baru dari metode penjualan tanah. Dan segala puji bagi Alloh Dzat Yang telah Memelihara kita dari perkara yang Alloh berikan cobaan kepada mereka  dengannya dan benar-benar memberi keutamaan kepada kita di atas orang-orang yang telah ia ciptakan. Saya nasihatkan agar tidak belajar pada Sholeh Al Bakry dan Jalaal Al Kammiyyaty karena keduanya merupakan para penuntut ilmu yang lemah (keilmuannya) yang mana mereka sesekali belajar dan berkali-kali putus belajar (nganggur)…..”
                Dan bandingkanlah ucapan ini dengan ucapan Ubaid ketika kunjungannya ke Yaman(22) : “Akhuna Asy Syaikh Sholeh Al Bakry saya telah mengenalnya dan saya telah mengenal banyak dari Masyayikh Sunnah di Yaman. Ketika muncul fitnah Abul Hasan Al Mishry yang tinggal di Ma’rib, dan namanya adalah Mushthofa bin Ismail As Sulaimany, pada waktu itu nampak bagiku kuatnya dia (sholeh Al Bakry) dan kuat hujjahnya dia terhadap Abul Hasan……
                Dan berkata Ubaid: “Maka sesungguhnya Al Akh Asy Syaikh Sholeh Al Bakry dia di sisi kami adalah diantara ulama-ulama Sunnah dan Masyayikh Sunnah. Dan saya berpendapat agar orang-orang menimba ilmu darinya dan dari ikhwah-ikhwahnya dari Masyayikh Sunnah yang berada di Yaman.

                Bantahan:
                Tidaklah pujian ini menunjukkan bahwa pembelaan Ubaid kepada Al Bakry melainkan berasal dari hawa nafsu! Dan terkhususnya ketika pembaca mengetahui bahwa tidaklah didapati sampai sekarang taubat ataukah penjelasan (Bayaan) apapun dari Al Bakry melainkan hanyalah Al Wushoby, Al Jaabiry dan Al Bakry bersepakat menyerang Al Hajury dan Dammaj! Dan alangkah bagus orang yang membantah fatwa yang menipu ini yaitu Asy Syaikh Muhammad Al ‘Amuudy dalam risalahnya yang berjudul “Al Bayaanul Amiin ‘ala anna Na’sya ‘Ubaid Al Jaabiry li Sholih Al Bakry Ghassyul Islaam wal Muslimiin” dan beliau menyebutkan di dalam risalah tersebut para ulama yang mentahdzir Al Bakry dan fitnahnya dan sebagai pimpinannya adalah Asy Syaikh Ahmad An Najmy rohimahulloh dan Asy Syaikh Yahya waffaqohulloh, maka hendaklah mentelaah di sana.



Kedustaan, pengkaburan (talbiis) dan tipu daya- dan ini adalah diantara spanduk-spanduk (reklame) Hizbiyah-
        Berkata Asy Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkholy(23): “Dan kebanyakan dari para penipu lagi pendusta ini berkata kepadamu: ”Saya Salafy” sementara ia berdusta, tidaklah ia katakan demikian melainkan hanya sebagai siasat saja. Seperti halnya orang munafik yang berkata: “Saya Mukmin, saya Muslim! ” orang munafik tidak akan mengatakan: ”Saya kafir, saya munafik dan saya membenci Islam”, bahkan ia akan mengatakan: “Saya Muslim, saya sholat dan bersedekah dan melakukan ini dan itu”, sementara ia memerangi Islam dan membenci penganutnya…… . Akan tetapi mereka akan mengatakan: “(Tuduhan) ini adalah dusta dan penipuan. ” Dan tindakan ini adalah termasuk diantara kedustaan-kedustaan Ahlul Bid’ah dan tidaklah kamu dapati seorang Mubtadi’ melainkan dia itu pendusta, dan ia tidak mampu menentang Ahlus Sunnah melainkan dengan melakukan kedustaan-kedustaan dan mereka-reka.
                Dan ini adalah contoh-contoh kecil berupa pengkaburan-pengkaburan, mereka-reka dan tipu daya Al Jaabiry:
1)                     Berkata Ubaid sebagaimana dalam jawaban-jawabannya dari pertanyaan-pertanyaan Eropa: “Dan apa yang tersebar tentang Akhina Asy Syaikh Abdulloh bin Umar Mar’y dan Akhina Asy Syaikh Abdurrohman bin Umar Mar’y dan yang lainnya berupa sifat kehizbiyan, ini adalah diantara kedustaan Yahya Al Hajury dan para pengikutnya. Maka sesungguhnya mereka (Hajury dan pengikutnya) telah belajar padanya atas loyalitas dan permusuhan padanya.(24)

Bantahan:
                (Ia melemparku dengan penyakitnya lalu pergi dengan sembunyi-sembunyi) Wahai Ubaid apa buktimu atas tuduhan ini? Kami katakan sebagaimana Robbuna telah berfirman:

قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِي [البقرة/111]

Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".”[Q.S.Al Baqoroh:111]

                Dan Ubaid tidak mampu mendatangkan bukti apapun, karena sesungguhnya bejana-bejana yang kosong tidak menjadi banyak melainkan hanya membuat gaduh. Dan faktor apakah yang mendorong Al Jaabiry untuk melakukan pembelaan yang gencar terhadap suatu kaum (kelompok) yang telah dijelaskan fitnah-fitnah mereka dalam malzamah-malzamah dan bantahan-bantahan yang banyak.(25) (Dan sungguh, keumuman Ahlus Sunnah telah melihat dengan seksama akan kehizbiyan mereka walillaahil hamd). Tidaklah walaanya Ubaid kepada mereka, dan baraanya dia terhadap yang mengkritik mereka itu dengan al hak? Maka diketahui dari sini bahwa seruan-seruan Ubaid adalah seruan yang dusta dan itulah sumber pengkaburan(talbiis).
  
                2. Berkata Ubaid dalam percakapan (lewat telpon) ke Syihr : “Al Akh Yahya lancang lisan, buruk perkataan, tidak dapat menjaga kehormatan orang lain. Sekiranya saja kamu menemaninya sepuluh tahun mungkin ia dapat meruntuhkan kehormatan tersebut dalam sekejap. Ia tidak berdiri di atas keramah-tamahan… …
               
                3. Dan ia (Ubaid) berkata sebagaimana di dalam jawabannya terhadap pertanyaan-pertanyaan Negara Maghrib (Maroko)(26): “Adapun Al Hajury maka telah kami jelaskan berkali-kali dan ringkasnya bahwa ia adalah safiih (orang dungu)… … ya dan ia dulunya adalah orang pasar yang tidak tumbuh di dalam ilmu…. …. Dan karena itulah jiwanya bukanlah jiwa seorang Ahlul ‘Ilm yang benar-benar merealisasikan amalannya yang memiliki sifat waraa bahkan merupakan ucapannya orang-orang yang dungu, maka ia itu jelek ucapan dan kotor lisan.




                Bantahan:
                Berkata Akhuna Muhammad Ba Jamal(27): “Apakah Ubaid lupa akan perkataannya kepada orang-orang Aljazair dan orang-orang Libya bahwasanya mereka adalah keledai-keledai kecuali orang yang Alloh rahmati. Apakah ia lupa akan perkataannya kepada seorang penanya yang membangkitkan emosinya dan tidak beradab kepadanya: “Kamu itu sapi ataukah keledai”. Dan pernah sekali ia mengatakan: “Kalian adalah sapi, sapi”. Apakah ini adalah akhlak-akhlaknya para ulama yang beramal dengan ilmu mereka?! Hanya sekedar penelponan (sapi, keledai) dan menutup penelponannya dengan ucapan Ma’as Salaamah(sampai jumpa). Apakah kalian melihat hal ini sebagai pembentukan pokok-pokok yang ilmiyah ataukah kegabahan dan kesombongan…..?!”
                Saya katakan: Maka siapakah yang kotor ucapan dan lancang lisan wahai Ubaid?!
                Berkata Asy Syaikh Robi’ : “Tidaklah kamu dapati seorang Mubtadi’ melainkan dia itu pendusta dan tidaklah ia mampu untuk menentang Ahlus Sunnah melainkan dengan kedustaan-kedustaan dan mereka-reka.
                Apakah Asy Syaikh Muqbil mendidik para thullabnya dengan didikan pasar? Dan akan tetapi sudah menjadi kebiasaan Al Jaabiry sekarang bahwa ia tidak datang dengan satu bukti pun yang menguatkan ucapannya, ia hanyalah berdusta dengan tanpa malu!

                4. Berkata Ubaid pada percakapan (lewat telpon) itu pula (Asy Syihr): “Yang nampak bahwa Asy Syaikh Yahya dan kebanyakan orang tidaklah mengetahui apa dhobit (kaidah) hizbiyyah itu? Mereka tidaklah mengetahui apa dhobit hizbiyah itu…..  …


                Bantahan:
                Berkata(28) Syaikhuna Yahya hafidzohulloh : “Kami mengharapkan kemuliaan kalian di sini untuk menghadiahkan kepada kami dhobit hizbiyyah hingga kami dapat merealisasikannya untukmu insya Alloh ta’aala yaitu di atas dhobit-dhobit yang benar akan kehizbiyan orang-orang muliamu itu.
                Dan Ubaid tidaklah mendatangkan jawaban apapun dari itu dan sebagaimana yang telah lewat Asy Syaikh Muqbil dan Asy Syaikh Yahya adalah diantara orang yang paling berilmu tentang hizbiyah, definisinya dan susunan orang-orangnya. Maka nampak dari itu pentalbisan sang pereka-reka ini dan bahwasanya ia ingin menghilangkan kepercayaan orang kepada Al Allamah Al Hajury!
               
                5. Berkata Ubaid(29): “Akan tetapi, Al Hajury dengan kedunguan dan kurangnya rasa malu merubah ia di banyak keadaan kepada perkara yang menyerupai acaranya orang-orang yang begadang malam. Dan tidaklah ia berbicara dengan jiwanya Ahlul ‘Ilm, ia hanya berbicara dengan jiwa pelaku kedunguan dan tidak punya malu.

               

Bantahan:
                Al Imam Muqbil Al Wadi’y ketika Al Akh Abdulloh Al Maathir bertanya kepada beliau : “Siapakah orang yang paling ‘alim di Yaman?” maka beliau diam lalu mengatakan : ”Asy Syaikh Yahya.(30)
                Dan di dalam muqaddimah kitab Asy Syaikh Yahya “Dhiyaauus Saalikiin” berkata Asy Syaikh Muqbil : “Maka sungguh telah dibacakan kepadaku sebagian risalah “As Safar” karya Akhuna fillah  Asy Syaikh Al Faadhil At Taqiy Az Zaahid Al Muhaddits Al Faqiih Abu Abdurrohman Yahya bin ‘Aly Al Hajury hafidzohulloh, maka saya dapati risalah tersebut adalah risalah yang bermanfaat, di dalamnya terdapat faidah-faidah pantas didapatkan walau dengan suatu safar (perjalanan)…….  
                Dan berkata pengarang “An Nihayah(31): (السفيه)maknanya adalah (الجاهل)
                Jika demikian maka perkataan Ubaid Al Jaabiry mengandung salah satu dari tiga kemungkinan:
                _Boleh jadi Al Jaabiry jujur dan Asy Syaikh Muqbil pendusta. –dan ini adalah kemungkinan yang jauh sekali tentunya-.
                _(Boleh jadi) keduanya jujur dan Asy Syaikh Yahya telah berubah setelah dulunya adalah seorang ‘alim di masa Asy Syaikh Muqbil –dan kami menuntut bukti dari Al Jaabiry atas perubahan ini menurut sangkaan- sebagaimana Alloh ta’aala berfirman:

قلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِين [البقرة/111]

Katakanlah: "Tunjukkanlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang yang benar".”[Q.S.Al Baqoroh:111]

                Dan pada hakikatnya perubahan itu tidaklah ada. Karena sesungguhnya kenyataannya memberi saksi akan berbedanya hal tersebut. Dan kitab-kitab Asy Syaikh Yahya, thullabnya, dakwanya dan dars-darsnya menjadi bukti paling besar atas hal tersebut. Maka Syaikhuna pada apa yang kami ketahui dan tidaklah kami mentazkiyah atas Alloh seorang pun adalah diantara para ulama yang paling menonjol di masa ini. Dan beberapa orang dari Ahlul ‘Ilm telah menjadi saksi akan keilmuannya, tauhidnya dan wara’nya beliau. Dan tidak ada musuh Sunnah yang datang dengan bukti akan berubahnya beliau. Bahkan, hasilnya adalah kebalikannya. Maka sungguh Asy Syaikh Yahya telah bertambah ilmu dan berbicara dengan al hak secara terang-terangan.
                _(Boleh jadi) Al Jaabiry yang dusta dalam seruannya dan inilah kemungkinan yang benar. Asy Syaikh Yahya adalah diantara orang yang paling bersemangat menurut sepengetahuan kami dalam menjaga waktu dan dars-darsnya penuh dengan faidah-faidah ilmiyah. Lihat risalah Al Akh Adnan Al Mushoqry “Maadza Yangqimul Jaahiluuna min Yahya” sebagai tambahan penjelasan akan karangan-karangan Asy Syaikh dan jadwal-jadwal waktu harian beliau. Maka dari itulah diketahui bahwa seruan-seruan ini adalah diantara reka-rekaan Ubaid.
                Berkata Ubaid: “Dia (Syaikh Yahya) merubah majelis ilmu di banyak kesempatan menjadi acaranya orang-orang yang begadang malam.
                Dan mungkin kamu wahai Jaabiry bodoh dengan riwayat yang datang tentang begadang dalam menuntut ilmu. Berkata Al Imam Al Bukhory dalam shohihnya “Kitaabul ‘Ilm: Bab As Samar fil ‘Ilm”. Dan seperti inilah keadaan-keadaan para penuntut ilmu, begadang dalam menuntut ilmu. Dan termasuk dari ilmu adalah begadang untuk berbicara menjelaskan tentang keadaan hizbiyyun seperti kamu dan memperingatkan manusia dari kejelekan fitnah mereka. Maka berakAlloh wahai Ubaid akan apa yang kamu katakan.

                6.Berkata Ubaid sebagaimana di dalam “Al Asilatul Ghorbiyyah”: “Maka nasihatku kepada anak-anak dan saudara-saudara kita di Eropa dan selainnya dari bumi Alloh agar mereka bertakwa kepada Alloh subhaanahu wa ta’aala dan agar menjadikan akal pikiran sebagai hakim dan agar mengamalkan apa yang mereka tahu dari Sunnah dan meniggalkan yang selain itu… ….

                Bantahan:
                Wahai Ubaid….! Bukankan termasuk dari tipu muslihat dan penipuan kamu menganjurkan orang-orang muslim untuk menjadikan akal pikiran sebagai hakim?! Dan apa mudharatnya bagimu sekiranya kamu membimbing manusia untuk menjadikan Al Kitab dan As Sunnah di atas pemahaman Salaf?! Apakah kamu takut orang-orang akan memahami talbismu? Kalau begitu, ke mana perginya akal pikiranmu wahai Ubaid? Bahkan menjadikan akal pikiran sebagai hakim adalah tasyabbuh (menyerupai) Ahlul Kalam dan Mubtadi’ah. sebagaimana Asy Syaikh Robi’ telah berkata pada ucapannya seputar Ahlul Bida’ : “Karena sesungguhnya menurut mereka (Ahlul Bid’ah) pondasi ilmu adalah akal pikiran, akal pikiran adalah timbangan, maka jika datang syariat yang mencocoki akal pikiran mereka maka mereka pun menerimanya, bukan karena sebab iru adalah syariat, hanyalah karena (syariat) itu mencocoki akal-akal pikiran mereka yang rusak. Dan jika (syariat) menyelisihi akal-akal pemikiran mereka maka mereka pun mendahulukan akal pikiran atas Al Kitab dan As Sunnah. Maka kejelekan apalagi yang melebihi (perkara) ini?!(32)
Pasal: Al Jaabiry Meruntuhkan Kaidah Pokok Salafiyah dan Penyimpangannya terhadap Pokok-Pokok Dasar (Ahlus Sunnah)
       
                Dan tatkala Ubaid Al Jaabiry memperbanyak usahanya dalam melakukan tindakan kerusakan dan adu domba yang itu muncul dari ucapan-ucapan dan perbuatan-perbuatannya yang menyelisihi kaidah-kaidah Salaf dan pembentukan pokok-pokok di dalam manhaj Salaf sampai-sampai menyeret ia kepada tempat-tempat ketergelinciran yang berbahaya dan kesalahan-kesalahan besar yang keadaannya itu sampai pada tingkat hizby. Dan jika kamu ingin mengetahui benarnya tingkat hukum ini, silahkan melihat kepada pokok-pokok dasar (Salaf) yang Ubaid selisihi:



Pokok pertama: Al Walaa wal Baraa
Al Walaa karena Alloh dan Al Baraa karena Alloh adalah termasuk diantara pokok agama yang paling agung dan untuk inilah Alloh subhaanahu wa ta’aala berfiman:

لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آَبَاءَهُمْ أَوْ أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الْإِيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ بِرُوحٍ مِنْهُ وَيُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ أُولَئِكَ حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ  [المجادلة/22]

“Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada Alloh dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang Alloh dan Rosul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka. Meraka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang daripada-Nya. Dan dimasukan-Nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Alloh ridha terhadap mereka, dan merekapun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-Nya. Mereka itulah golongan Alloh. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung.” [Q.S.Al Mujaadalah:22]





Dan Ia berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِيَاءَ تُلْقُونَ إِلَيْهِمْ بِالْمَوَدَّةِ وَقَدْ كَفَرُوا بِمَا جَاءَكُمْ مِنَ الْحَقِّ  [الممتحنة/1]

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu”. [Q.S.Al Mumtahanah:1]

                Dan ini mencakup pada pelaku kekufuran, pengikut hawa nafsu dan Ahlul Bid’ah. Dan yang dipahami dari ayat tersebut adalah adanya kecintaan kepada Ahlul Istiqomah. Dan Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

إن آل أبي فلان ليسوا لي بأولياء إنما ولي الله وصالح المؤمنين

Sesungguhnya keluarga Abu Fulan bukanlah termasuk dari wali-waliku, wali-waliku hanyalah Alloh dan yang sholeh dari orang-orang mukmin.” Diriwayatkan oleh Al Bukhory (5990) dan Muslim (528) dari ‘Amr bin Al ‘Ash rodhiyallohu ‘anhu.

                Berkata An Nawawi  dalam syarah Muslim: “Maknanya adalah bahwa waliku hanyalah siapa yang soleh sekalipun nasab keturunannya itu jauh dariku dan bukanlah waliku siapa yang tidak sholeh meskipun nasab keturunannya itu dekat.
                Dan diriwayatkan oleh Al Bukhory (16) dan Muslim (63) dari Anas rodhiyallohu ‘anhu berkata: Rosululloh sallallohu ‘alaihi wa sallam  bersabda:

« ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاَوَةَ الإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلَّهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِى الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِى النَّارِ »

Tiga perkara yang padanya seseorang mendapatkan manisnya keimanan yaitu bahwasanya Alloh dan RosulNya lebih ia cintai daripada yang selain keduanya, dan seseorang mencintai seseorang yang lain yang tidaklah ia mencintainya kecuali karena Alloh dan ia benci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia takut dilemparkan ke dalam api neraka.

                Berkata An Nawawi dalam syarahnya: “Ini adalah hadits yang agung, (merupakan) satu dasar pokok dari dasar-dasar pokok Islam.


Pokok kedua: Bersatu dan Tidak Melakukan Tindakan Perpecahan
Berkata Al Imam Muhammad bin Al Husain Al Aajurry rohimahulloh dalam “Asy Syarii’ah: Bab: Zikrul Amr bi Luzuumil Jama’ah wan Nahyi ‘anil Furqoh bal Al Ittiba’ wa Tarkil Ibtidaa’.
Berkata Muhammad bin Al Husain rohimahulloh : “Sesungguhnya Alloh 'azza wa jalla dengan karunia dan keutamaanNya telah memberitakan kepada kita di dalam KitabNya tentang orang-orang terdahulu dari Ahlul Kitab dari kalangan Yahudi dan Nashrani bahwa hanyalah sebab binasanya mereka adalah karena tatkala mereka berpecah-belah dalam agama mereka. Dan Maula kita Yang Maha Mulia telah mengabarkan kita bahwa yang membawa mereka kepada perpecahan dari Jama’ah dan condong kepada kebatilan yang mereka telah dilarang darinya adalah karena adanya kefasikan dan kedengkian setelah mereka mengetahui apa yang belum diketahui oleh selain mereka. Lalu menghantarkan pada kerasnya kefasikan dan kedengkian hingga mereka menjadi berkelompok- kelompok lalu mereka pun binasa. Maula kita Yang maha Mulia telah melarang kita menyerupai mereka dan lalu kita pun binasa sebagaimana mereka telah binasa. Bahkan, Alloh 'azza wa jalla telah mewajibkan jama’ah dan melarang kita dari perpecahan. Dan begitu pula Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam telah melarang kita dari perpecahan dan memerintahkan untuk berjama’ah. dan begitu pula para Aimmah (imam-imam) kita terdahulu dari Ulama orang-orang Muslim, mereka seluruhnya mengharuskan untuk berjama’ah dan melarang kita dari perpecahan.”
Dan berkata Muhammad bin Al Husain rohimahulloh : “Maka Maula kita Yang maha Mulia memberitahukan kepada kita bahwa mereka (Ahlul Kitab) telah diberikan ilmu. Lalu sebagian mereka menganiaya sebagian yang lain dan sebagian mereka dengki kepada sebagian yang lain hingga mengeluarkan mereka dari jama’ah menjadi berpecah-belah lalu mereka pun binasa. Maka jika seseorang berkata: “Di mana tempat-tempat di dalam Al Quran yang di dalamnya Alloh melarang kita dari menyerupai Ahlu Kitab hingga kita meniggalkan apa yang Maula kita Yang Maha Mulia larang berupa perpecahan bahkan harus bagi kita untuk berjama’ah” Dikatakan kepadanya : Alloh ta’aala telah berfirman di dalam Surah Ali Imron:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ _ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ _ وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ _ وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ _ [آل عمران/102-105]

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Alloh sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Alloh, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Alloh kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Alloh mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Alloh, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Alloh menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Alloh menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk. Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar ; merekalah orang-orang yang beruntung. Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat,” [Ali Imron: 102-105 ]

Atas inilah maka sesungguhnya berusaha untuk melakukan tindakan perpecahan adalah diantara tanda-tanda yang paling menonjol dari Ahlul Bida’. Dan paling besarnya sebab dalam perpecahan mereka yaitu meniggalkan al hak ataukah sebagian dari al hak.
Berkata Ibnu Taimiyah rohimahulloh sebagaimana di dalam “Majmu’ul Fataawa” : “Dan sungguh telah nampak dengan itu bahwasanya orang-orang yang bercerai-berai lagi berselisih dari suatu kelompok hanyalah yang demikian disebabkan karena mereka meniggalkan sebagian dari al hak   yang Alloh utus NabiNya dengannya sementara mereka mengambil kebatilan (untuk) menyelisihi al hak dan mereka bersekutu dalam kebatilan (untuk) menyelisihi apa yang Rosul datang dengannya. Dan ini adalah termasuk diantara jenis penyelisihannya orang-orang kafir kepada orang-orang mukmin sebagaimana Alloh ta’aala telah berfirman:

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآَتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آَمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ  [البقرة/253]
Rosul-Rosul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Alloh berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Alloh meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Alloh menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah Rosul-Rosul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Alloh menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Alloh berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” [Q.S.Al Baqoroh: 253]

Maka jika mereka telah bersekutu di dalam kebatilan untuk menyelisihi orang-orang mukmin yang mereka itu ittiba’ kepada para Rosul mereka pun lupa terhadap bagian yang mereka itu diingatkan dengannya. Lalu Alloh melemparkan diantara mereka permusuhan dan kebencian dan mereka memperselisihkan kebenaran yang lain yang dibawa oleh Rosul. Maka mereka beriman yang sebagiannya dan mengingkari sebagian apa yang mereka imani. Dan di sini kedua kelompok yang berselisih lagi bercerai-berai tercela. Dan ini adalah keumuman perpecahan pada ummat ini dan ummat lainnya.”





Pokok ketiga: Pembelaan terhadap Al Hak dan Pelakunya dan Tidak Memerangi Mereka dan Tidak Merendahkan Mereka
Diantara dalil-dali pokok dasar ini Alloh subhaanahu wa ta’aala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللَّهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ  [محمد/7]

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Alloh, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” [Q.S.Muammad:7]

Dan Alloh ta’aala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ  [الأنفال/24]

Hai  orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Alloh dan seruan Rosul apabila Rosul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Alloh membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan”. [Q.S.Al Anfaal: 24]

Dan Al Imam Al Bukhory telah meriwayatkan di dalam shohihnya dari Anas rodhiyallohu ‘anhu ia berkata: Rosululloh sallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

« انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ هَذَا نَنْصُرُهُ مَظْلُومًا ، فَكَيْفَ نَنْصُرُهُ ظَالِمًا قَالَ « تَأْخُذُ فَوْقَ يَدَيْهِ »

Tolonglah saudaramu yang dzolim dan yang didzolimi. Para sahabat berkata: Wahao Rosululloh! orang yang terdzolimi  wajar untuk kami tolong , lalu bagaimana kami menolong orang yang dzolim? Beliau berkata: Kamu cegah ia dari kedzoliman tersebut.

Dan Alloh mencela orang-orang munafik karena tidak adanya pembelaan mereka kepada al hak yaitu pada firman Alloh ta’aala:

وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ نَافَقُوا وَقِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا قَاتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوِ ادْفَعُوا قَالُوا لَوْ نَعْلَمُ قِتَالًا لَاتَّبَعْنَاكُمْ هُمْ لِلْكُفْرِ يَوْمَئِذٍ أَقْرَبُ مِنْهُمْ لِلْإِيمَانِ يَقُولُونَ بِأَفْواهِهِمْ مَا لَيْسَ فِي قُلُوبِهِمْ وَاللَّهُ أَعْلَمُ بِمَا يَكْتُمُونَ  [آل عمران/167]

Dan supaya Alloh mengetahui siapa orang-orang yang munafik. Kepada mereka dikatakan: "Marilah berperang di jalan Alloh atau pertahankanlah (dirimu)". Mereka berkata: "Sekiranya kami mengetahui akan terjadi peperangan, tentulah kami mengikuti kamu"[247]. Mereka pada hari itu lebih dekat kepada kekafiran dari pada keimanan. Mereka mengatakan dengan mulutnya apa yang tidak terkandung dalam hatinya. Dan Alloh lebih mengetahui dalam hatinya. Dan Alloh lebih mengetahui apa yang mereka sembunyikan.” [Q.S.Ali Imron: 167]

Dan berkata Al Imam Ash Shoobuuny dalam kitabnya “’Aqiidatus Salaf Ash Haabil Hadiits”: “Dan mereka saling mencintai karena Alloh dan saling membenci karenaNya… ….. …. Dan mereka memusuhi para pengikut hawa nafsu dan orang-orang yang jahil…. …. Dan mereka membenci Ahlul Bida’ dan tidak menyukai mereka…..  .”
Dan ia berkata pada halaman 112: “Sesungguhnya diantara ciri-ciri Ahlus Sunnah adalah kecintaan mereka kepada Aimmah (imam-imam) Salaf, ulama-ulamanya, penolong-penolongnya dan wali-walinya dan mereka membenci Aimmah (imam-imam) Bida’.
Dan begitupula ia berkata : “Dan ciri-ciri Ahlus Bida’ bagi pelakunya adalah nampak terlihat jelas, ciri-ciri dan tanda-tanda mereka yang paling nampak adalah kerasnya permusuhan mereka kepada para pembawa berita-berita dari Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam dan adanya peremehan, menganggap enteng dan penamaan terhadap mereka sebagai orang-orang rendahan, orang-orang jahil, Dzohiriyah (orang-orang yang beramal dengan yang dzohirnya saja) dan Musyabbih.
Dan berkata Asy Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkholy dalam menjelaskan perkara ini: “Maka jika kamu melihat seorang mencela Ahlus Sunnah maka ini adalah bukti bahwa ia adalah Mubtadi’, dan kadang pula ia adalah Zindiiq. Jika kamu melihat seseorang mencela Ahlus Sunnah dan Ahlul Hadits maka tidaklah ia mencela mereka melainkan ia adalah penyelisih mereka dan ia meremehkan apa yang ada pada mereka dan tidak ada keraguan akan hal tersebut. Dan boleh jadi, hal inilah yang mendorongnya untuk mencela Ahlus Sunnah dan pelaku Sunnah?! Tidaklah mendorongnya (tuk melakukan hal tersebut) melainkan ia itu sesat dan berkumpul di atas penyimpangan, kekejian dan kejahatan! Maka ini adalah diantara ciri-ciri mereka. Ini adalah diantara ciri-ciri pelaku kejelekan dan ciri-ciri Ahlul Bida’ dan meskipun ia berkata: “Sesungguhnya saya termasuk Ahlus Sunnah” maka janganlah kamu mempercayainya karena ia itu pendusta.
Dan sungguh telah berkumpul penyelisihan Ubaid pada tiga pokok tersebut dalam fatwa-fatwa berikut ini:
Berkata Al Jaabiry(33): “Dan saya menutup ucapan ini dengan mentahdzir orang ini (Al Hajury) yang telah jelas dengan bukti yang pasti dan penjelasan yang jelas akan rusaknya pokok dasar dan kaidah-kaidahnya. Sebagaimana saya telah mentahdzir tuk mendatangi Dammaj hingga ia kembali kepada apa yang dulu Asy Syaikh Muqbil rohimahulloh bangun di atasnya berupa ketetapan hukum-hukum dan dakwah ilalloh yang bersumber dari Al Kitab dan As Sunnah dan mencocoki jalannya Salafus Sholeh dan ini tidaklah didapati melainkan dengan adanya bantu-membantu dengan sungguh-sungguh dari empat kelompok yang memiliki kemampuan untuk mewujudkannya dengan izin Alloh.
Kelompok pertama: Thullabul ‘Ilm yang mulia dan Ahlul Ghiiroh An Nubalaa dari Qobilah Waadi’ah, terlebihnya dari kerabat pendiri markiz ini rohimahulloh. Dan yang demikian  itu adalah dengan cepat dan sungguh-sungguh melalui sisi-sisi khusus pada negara untuk menjauhkan Al Hajury dari markiz.(34)
Kelompok kedua: Hurros (penjaga keamanan) yang Hajury angkat mereka. Yang demikian itu adalah dengan meninggalkan penjagaan mereka. Karena terus-menerus mereka bersamanya adalah merupakan bentuk tolong-menolong mereka di atas dosa dan permusuhan.(35)
Kelompok ketiga: Para pelajar yang berada di markiz dan yang demikian itu adalah agar segera meninggalkannya hingga selamat diri-diri mereka dari tancapan orang ini akan pokok dasarnya yang batil dan kaidah-kaidahnya yang hina yang tidaklah tersebar luas melainkan pada orang-orang yang lemah akal ataukah hati-hati yang berpenyakit. Dan bagi mereka untuk bergabung dengan markiz-markiz yang tersebar di Yaman dan diantara sebagai contohnya adalah Darul Hadits di Hudaidah yang bertanggung jawab atasnya oleh Asy Syaikh Muhammad Al Wushoby.(36)
Kelompok keempat: Orang yang bertekad untuk datang ke Dammaj belajar bersama Al Hajury dan kerabatnya. Dan nasihatku kepada kelompok ini agar berpaling dari apa yang telah menjadi keinginan mereka darinya. Dan agar mereka menuntut ilmu dari orang-orang yang dikenal dengan pengajaran kepada manusia berupa Sunnah yang murni disertai hikmah dan nasihat yang baik, dan mereka walillahil hamd banyak di Yaman dan Mamlakatul ‘Arobiyatus Su’udiyah dan selain keduanya dari negri-negri Islam. dan Alloh Maha Mengetahui bahwa sesungguhnya saya tidak bermaksud melainkan sebagai nasihat kepada kaum muslim secara umum dan thullabul ‘ilm yang cinta kepada Sunnah terkhususnya hingga mereka tidak terjatuh dalam tali kebid’ahan dan kesesatan. Lalu mereka tamat belajar melalui Al Hajury dan keluarnya (hingga) menjadi para da’I yang runtuh dari segi mereka ingin membangun dan para da’I kerusakan dari segi mereka ingin melakukan perbaikan.”

Bantahan:
Berkata Akhuunal Faadhil Abu Ishaq Asy Syaibaany(37) hafidzohulloh sebagai bantahan atas ucapan ini:
Perincian:
_Al Jaabiry dan yang semisalnya tidak sanggup dalam menetapkan apa yang mereka sangka bahwa Dammaj telah berubah dari keadaan di zaman Asy Syaikh Muqbil rohimahulloh. Maka kami tunggu penjelasan tentang perubahan yang terjadi dalam manhaj Salaf dan berubahnya ilmu di Darul Hadits Dammaj. Dan tanyakanlah Ahlul ‘Adl dan Ahlul Inshoof agar membimbingmu kepada kebenaran. Dan seruan-seruan yang kosong dari bukti-bukti akan memperlihatkan aib pelakunya di depan orang-orang umum dan orang-orang khusus sebagaimana telah terlihatnya Ubaid.
Kemudian, sesungguhnya tahdzirnya orang-orang gembel ini dari dulu dan yang sekarang mengingatkanku dengan ucapan Syaikhuna Muqbil Al Wadi’y rohimahulloh : “Mereka ini, dengan perbuatan-perbuatan dan ucapan-ucapan mereka tidaklah mereka melainkan hanyalah propaganda terhadap dakwah kita.” Lalu beliau mengulang-ulang ucapan Abu Tamam:
Dan jika Alloh menginginkan tersebar luasnya suatu keutamaan yang tersembunyi, disiapkanlah untuknya lisan orang yang dengki
Dan kalaulah bukan karena menyalanya api yang ada di sampingnya
Tidaklah dikenal harumnya bau gaharu

_Al Jaabiry berhak memperoleh gelar Doktor dalam mengadu domba, dan disertai itu pula ia tidaklah diberi taufik, ia ingin menghasung orang sebanyak mungkin untuk mewujudkan keinginan-keinginannya yang kotor untuk membinasakan Darul Hadits Dammaj. Maka ia lalu membagi khayalan-khayalan yang ia serukan dalam empat kelompok:
Adapun kelompok pertama maka sungguh mereka telah menyumbat mulutmu dengan batu dengan judul “Ar Roddul Waadhih min Ahlil Waadi’ah ‘alaa Tafuuhu bihi ‘Ubaid Al Jaabiry minal Fujuur was Safahil Waadhih”.
Maka mereka telah menjadikanmu arang dan telah membakarmu. Lalu Ubaid bersandar pada jalan tempuhnya pengikut hawa nafsu dan berdaya upaya untuk menghasut pemerintah atas Ahlus Sunnah. Yang terpenting adalah bagaimana menggandengkan mudharat kepada Ahlus Sunnah. Maka cita-cita ini berkaitan dengan apa yang Iblis yang terlaknat cita-citakan.

يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا  [النساء/120]

Setan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong kepada mereka, padahal setan itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka.

Dan adapun kelompk yang kedua maka kali ini kamu telah meninggalkan penyebutan jumlah mereka karena kamu telah salah dalam menentukan mereka di kali yang pertama. Maka orang-orang dari kelompok-kelompok yang pertama telah membantahmu, kemudian sesungguhnya yang kamu sangka bisa diseru tidaklah Syaikhuna Yahya hafidzohulloh yang menentukan mereka (Hurros) bahkan merupakan bentuk tolong-menolong dari seluruh thullabul ‘ilm untuk menjaga Daar dan penghuninya dan kemashlahatan-kemashlahatan. Maka, bukanlah Yahya saja sebagaimana persangkaan jelekmu. Maka Ubaid menyeru agar perkara-perkara itu lepas kendali sebagaimana Iblis membisikan dengan hal tersebut kepadanya.
Dan adapun kelompok ketiga yang Al jaabiry serukan bahwasanya itu hanyalah dia menyeru kepada angan-angan saja dengan meninggalkan Dammaj. Maka kami katakan: “Adapun sasaranmu itu maka sungguh mereka telah keluar sebelum adanya seruanmu dan Alloh telah mengistirahatkan kita dari mereka. Maka mereka pun menghilang dan menyia-nyiakan (diri-diri mereka) dan jadilah sebagian mereka modar-mandir pasar, sebagian yang lain mendatangi dunia setelah dulunya mendatangi ilmu dan sebagian yang lain menyia-nyiakan keistiqomahan dan jadilah orang-orang fasik dan menjadi musuh-musuh ilmu dan Sunnah setelah dulunya sebagai para da’I kepadanya (ilmu dan Sunnah). Maka kamu (Ubaid) dan orang-orang yang semisalmu adalah para penolong syaithon untuk menjadikan lalainya para pemuda. Maka benar-benar telah sempurna kemarahanmu wahai Ubaid. Dan seruanmu itu tidaklah melampaui pangkal tenggorokanmu. Maka seluruh manusia saling berdatangan ke Daar dari setiap gelombang dan merendah dan saling berlomba-lomba pada Daar tersebut. Dan mereka mengorbankan dunia untuk sampai padanya, sementara kebanyakannya demi Alloh ! tidak mendapati rumah, rumah-rumah penuh sementara pembangunan rumah terus-menerus berlanjut. Apakah seluruh kebaikan ini menjadikan kamu emosi wahai Ubaid?! Dan sungguh cita-citamu itu telah menyerupai cita-citanya musuh-musuh islam yang mana mereka membuat makar terhadap Daar ini yang menyeru kepada Sunnah dan perbaikan jalannya orang-orang muslim, dan menempuh dengan mereka jalannya Salaf Sholeh. Maka sadarlah kamu wahai Ubaid!.
Kemudian Ubaid Al Khoyyal (budak khayalan) mewasiatkan agar mereka bergabung dengan angan-angan tersebut. Lalu ia (Ubaid) menyarankan (untuk mendatangi) angan-angan yang ia berinama Darul Hadits Hudaidah seperti inilah yang telah ia sangka. Dan tidaklah penduduk Yaman mengetahui ada suatu Darul Hadits di Hudaidah. Akan tetapi, Al Jaabiry diberi udzur karena hidup dalam angan-angan, bahkan penduduk Hudaidah sendiri pun tidak mengetahui dengan hal tersebut. Bahkan, kalau sekiranya kamu bertanya kepada Al Wushoby tentang hal tersebut maka ia menganggap hal itu asing. Maka tidak ada pada Al Wushoby wahai Ubaid melainkan hanya satu mesjid yang ia mengajar padanya. Dan sungguh markiznya telah ditutup semenjak beberapa tahun yang lalu tidak menerima seorang pun. Kecuali apabila di sana sekarang ada rencana baru maka kami tidak tahu !!
Ataukah bisa jadi ada pada Ubaid istilah khusus yang Ahlul ‘Ilm tidak mengetahuinya!!
Kemudian Al Jaabiry pura-pura lupa dan lemah dari mengarahkan ke markiz-markiz lain di Yaman karena karakter mereka bukanlah seperti karakter dirinya seperti Al Wushoby, karena mereka menurutnya Laa ba’sa bihim (tidak apa-apa). Maka pengalihan dari Ubaid ini terkandung:

Pertama: Dusta dan
Kedua:Penipuan,

Jika benar ucapannya, bagaimana sementara ucapan tadi tidaklah benar. Seperti inilah Ubaid terpukul keras, dirampas taufiknya dengan sebab penentangannya terhadap al hak dan Ahlul Hak.
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rohimahulloh : “Dan yang demikian itu bahwa orang yang sombong dari kebenaran tertimpa musibah dengan ketundukannya kepada kebatilan.”
Dan sebagai syaahid (bukti) hal itu adalah dari Al Quran yaitu firman Alloh ta’alaa:

سَأَصْرِفُ عَنْ آَيَاتِيَ الَّذِينَ يَتَكَبَّرُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَإِنْ يَرَوْا كُلَّ آَيَةٍ لَا يُؤْمِنُوا بِهَا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الرُّشْدِ لَا يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا وَإِنْ يَرَوْا سَبِيلَ الْغَيِّ يَتَّخِذُوهُ سَبِيلًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآَيَاتِنَا وَكَانُوا عَنْهَا غَافِلِينَ  [الأعراف/146]

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat(Ku)[569], mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus memenempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai dari padanya.”[Q.S.Al A’roof:146]


Adapun kelompok yang keempat maka mereka adalah orang-orang yang bertekad melakukan perjalanan ke Dammaj. Maka si penjegal jalan Ubaid As Sabt (Bagaikan Abdulloh As Sabt pada masa fitnah Jam’iyyah Ihyaut Turots) menasihati mereka agar berpaling dari hal itu. Maka hati-hatilah kamu terhadap orang yang dengki yang berdatangannya para tamu dan kebaikan itu telah menyurutkannya. Dan jadilah Ubaid dengan itu sebagai penutup kebaikan dan pembuka kejelekan. Maka berhati-hatilah wahai Ubaid!

Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:

"ويل لعبد جعله الله مفتاحا للشر مغلاقا للخير"
Celakalah bagi seorang hamba yang Alloh jadikan dia sebagai pembuka bagi kejelekan dan penutup bagi kebaikan.” Jaamius Shohiih (4108)

$Kemudian di akhir-akhir Ubaid pun ruju’ dari apa yang muncul darinya tatkala ia mentahdzir, maka ia menyatakan dalam jawabannya terhadap pertanyaan Maroko: “Dan untuk inilah saya tidak menasihatkan untuk mendatangi markiz Dammaj kecuali jika Yahya telah hilang dan yang menggantikan tempat Asy Syaikh Muqbil adalah seorang yang ahli dalam masalah ketetapan islam dan Sunnah, yang berakal, wara’, bertakwa, Muhaqqiq. Ataukah jika didapati sekarang seorang yang merdeka yang tidak tunduk kepada Yahya, dan ini tidak ada dan ini tidak didapati sekarang.”
Maka, tatkala ucapannya itu nampak sebagai bentuk cercaan terhadap dakwah Salafiyah dan ulama-ulamanya di Yaman, kesukaran dan kejelekannya pun menimpanya dan menimpa kelompoknya. Ia lalu memperhalus ungkapan-ungkapannya pada kali ini, ia berkata : “dan mereka walillahil hamd banyak di Yaman dan Su’udiyah. Dan anehnya ia mengatakan: “mereka banyak”. Maka tatkala tiba kepada permisalan ia memisalkan dengan kedustaan dengan Daar yang ia dirikan dalam angan-angannya kemudian mengalihkan kepadanya. Ini adalah keanehan-keanehan dan keajaiban-keajaiban. Ambillah dari orang yang menimbulkan linglung ini.
Kemudian, Ubaid menyangka bahwa ia telah melakukan apa yang dilakukan karena takut terjatuh di dalam kebid’ahan dan kesesatan. Dan jika kamu membolak-balikan pandangan pada ucapannya (Ubaid) untuk mencari kebid’ahan ini yang karenanya ia mentahdzir, tidaklah kamu dapati melainkan hanyalah kedunguan dan jeleknya lisan yang keduanya diucapkan dari penyimpangannya dan permusuhannya kepada Ahlus Sunnah. Maka bukalah penglihatanmu wahai Ubaid dan lihatlah kepada jejak-jejak kebaikan yang telah keluar dan yang tengah keluar dari Darul Hadits Dammaj berupa Masyayikh, para da’I dan kitab-kitab. Semoga Alloh memberi manfaat dengannya (Darul Hadits Dammaj) di dalam dan di luar (Dammaj).
Dan sungguh Al Allamah Sholeh Al Fauzaan hafidzohulloh telah ditanya: “Apakah orang yang menyelisihi Al Firqoh An Najiyah At Thooifah Al Mashuuroh dalam perkara Al Walaa wal Baraa ataukah dalam perkara mendengar dan taat kepada pemimpin, yang baik dan yang fajirnya mereka selama tidak memerintahkan kepada kemaksiatan apakah keluar darinya (Al Firqoh An Najiyah At Thooifah Al Mashuuroh) bersamaan dengan kecocokan mereka pada sisa-sisa dari perkara akidah lainnya?

Jawaban:
Iya, jika ia menyelisihi mereka pada suatu perkara dan mencocoki mereka pada perkara yang lain. Maka ia tidaklah termasuk dari mereka pada perkara yang ia menyelisihi mereka padanya dan termasuk mereka dari apa yang mereka cocok di atasnya. Dan ia pada hal tersebut berada pada kondisi bahaya yang besar dan termasuk dalam ancaman “Kulluhum Fin Naar (seluruh mereka masuk dalam neraka).(38)
Maka ini adalah tiga pokok dasar yang Ubaid Al Jaabiry telah selisihi di dalamnya berupa keyakinan Salaf dan para ulama telah menghukumi atas penyelisihan satu pokok dari pokok-pokok dasar Salaf dengan vonis Mubtadi’. Maka bagaimana kalau sekiranya terkumpul padanya pokok-pokok dasar ini (yang ia selisihi) seluruhnya, maka lebih pantas lagi untuk terkena hukum ini.”




Nasihat Terakhir
  Kebanyakan dari para pentaklid kebingungan dan berlepas tangan dari apa yang telah kami nukil sementara mereka menunggu siapa yang akan mereka fanatik padanya dan menunggu kesepakatan Ahlul Jarh hingga mereka menerima apa yang kita katakan. Dan akan tetapi, saya bawakan kepadamu apa yang Akhunal Faadhil Abu Hatim Yusuf Al Jazaairy nukilkan dalam bahsnya yang kokoh: “Zajrur Ru’aa Bid’ati Isytiroothil Katsroh awil Ijmaa’ li Qubuulil Qodh fii Ahlil Fitan wal Ibtida’ ”: Al Imam Al Mujaddid Muqbil bin Hady Al Wadi’y ditanya: “Sebagian orang menolak perkataan orang yang menjarh ulama Sunnah terhadap sebagian Ahlul Bida’ dengan hujjah (alasan) bahwa yang dijarh ini tidak berbicara tentangnya ulama Sunnah lainnya. Seraya berkata: “Mana Fulan dan Fulan?! Mengapa tidak berbicara?! Kalau sekiranya benar tentu mereka akan mengikutinya!!”
Maka, apakah disyaratkan dalam berbicara kepada seseorang dan menjarhnya adalah banyak dari ulama Sunnah ataukah seluruhnya telah menjarhnya? Lebih-lebih bahwa yang menjarh ini telah memunculkan bukti-bukti berupa perkataan Mubtadi’ ini dari sela-sela ceramah-ceramah dan karangan-karangannya?
Maka beliau menjawab: Na’am….Na’am… Yang menjadi masalah wahai ikhwan, orang tadi tidak membaca mustholah, ataukah mereka membacanya tapi mereka membikin pengkaburan (talbiis)!! Kami katakan kepada kalian perkara yang lebih besar dari ini: Anggaplah bahwa Ahmad bin hanbal mengatakan: Tsiqoh sementara Yahya bin Ma’in mengatakan: Kazzab. Maka apakah Yahya membahayakan orang tadi sementara Ahmad bin Hanbal telah menyelisihinya?
Na’am… Perkataan Yahya adalah Jarh Mufassar (kritikan yang terperinci) telah mentelaah apa yang Ahmad belum mentelaahnya. Maka setelah itu apa? Lalu apa?! Tinggalkanlah darimu (perkataan Ahmad) meskipun hanya Yahya bin Ma’in sendiri yang menjarhnya. Maka untuk inilah jika telah tegak seorang ‘alim dari ulama zaman dan menonjolkan bukti-bukti penjelasannya atas kesesatan Muhammad Al Ghozaly ataukah Yusuf Al Qordhowy ataukah manhaj Al Ikhwaan Al Muflisiin maka kita terima dan (bahkan) wajib tuk menerimanya.  

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ  [الحجرات/6]
Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”[Q.S.Al Hujuroot:6]

Na’am… Jika telah mendatangimu seorang yang ‘adil maka kita terima, sebagaimana yang dipahami dari ayat tersebut. Jika datang kepadamu seorang yang ‘adil dengan suatu berita maka kita terima. Maka di mana kalian dari ayat yang menunjukkan bahwa jika telah datang seorang yang ‘adil dengan suatu berita maka kita terima dan jika yang datang adalah seorang yang fasik maka kita tabayyun (mencari kepastian)?! Lalu apa wahai ikhwan! Yang terpenting adalah bahwa orang-orang tadi itu membikin pengkaburan (talbiis) lagi menyelisihi ulama-ulama kita terdahulu dan ulama-ulama kita yang sekarang. Walhamdulillah, dan saya memuji Alloh subhaanahu wa ta’aala, semua orang tidak percaya denganmu wahai orang yang linglung dan tidak percaya dengan perkataanmu.(39)




Dan Sebagai Penutup
Barangsiapa yang mengatakan: “Sesungguhnya perkara yang terjadi antara Asy Syaikh Yahya, Ubaid Al Jaabiry dan Abdurrohman Al Adeny hanyalah tujuan-tujuan pribadi, maka wajib baginya untuk mendatangkan bukti atas perkataan ini khusus setelah apa yang telah dijelaskan oleh Asy Syaikh Yahya dan para thullab di Dammaj akan kehizbiyaan suatu kaum dengan bukti-bukti seperti halnya sinar matahari.
Dan membuatku sedih bahwasanya semisal Ubaid telah tertipu dengannya sebagian dari orang-orang jahil di Eropa. Akan tetapi, sebagaimana Alloh telah berfirman di dalam KitabNya:

أَفَمَنْ زُيِّنَ لَهُ سُوءُ عَمَلِهِ فَرَآَهُ حَسَنًا فَإِنَّ اللَّهَ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ فَلَا تَذْهَبْ نَفْسُكَ عَلَيْهِمْ حَسَرَاتٍ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَصْنَعُونَ  [فاطر/8]

Maka apakah orang yang dijadikan (syaitan) menganggap baik pekerjaannya yang buruk lalu dia meyakini pekerjaan itu baik, (sama dengan orang yang tidak ditipu oleh syaitan) ? Maka sesungguhnya Alloh menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya; maka janganlah dirimu binasa karena kesedihan terhadap mereka. Sesungguhnya Alloh Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.” [Q.S.Faathir:8]

Dan saya berharap bahwa apa yang telah saya jelaskan dalam kertas-kertas yang sederhana ini sebagai sebab agar mereka bertafaqquh tentang keadaan orang ini dan ruju’ (kembali) kepada al hak bagi siapa yang tertipu dengannya.

و بالله التوفيق و الحمد لله ربّ العالمي




Ditulis oleh:
Al Faqiir ilalloh ‘azza wa jalla
Abu Ibrohim ‘Abdulloh bin Mauhan Al Hindy
Hari Selasa 1 Sya’ban 1431H
Di Darul Hadits Dammaj
Harosahulloh min kulli suu in wa makruuh





(1) Rekaman kaset [Asilah Ahlir Roidah Asy Syarqiyyah di Hadhromaut] dan ini adalah akhir pertannyaan dari kaset
(2) Lihat “Al Walaa wal Baraa Ad Dhoyyiq ‘inda Asy Syaikh Muhammad bin AbdilWahhaab Al Wushoby wa Ash Haabil Hizbil Jadiid” karya Syaikhuna Al Allamah Yahya Al Hajury hafidzohulloh.
(3) Pertanyaan yang ketujuh belas dari Fataawa As Siyaasah Asy Syar’iyyah karya Al Allamah Sholeh bin Fauzan Al Fauzan
(4) Diriwayatkan oleh Al Imam Muslim no.43-1978 Kitab:Al Adhoohy –Bab:Thariimudz Dzabh lighorillah Ta’ala wa Lu’ina Faa’iluh
(5) Ghoorotul Asyrithoh (1/15)
(6) Dan setelah itu Asy Syaikh Al Muhaddits AbdulMuhsin Al Abbad hafidzohulloh menulis risalah tentang Al Jaami’ah Al Islamiyah dan berkata di dalamnya: ” Dan adapun kehidupan Al Jaami’ah Al Islamiyah yang baru yang disangka-sangka oleh para wartawan pada jangka waktu dimulainya upaya pelemahan Jaami’ah tsb di arena yang menjadi kekhususannya (yaitu masalah agama) maka ia pada hakikatnya adalah merupakan periode ketuarentaan  dan kepikunan dan pada apa yang dinisbatkan padanya. Dan sungguh saya telah hidup pada Al Jaami’ah ini dan telah aku dapatkan di masa kemudaanku kemudaannya (Al Jaami’ah) dan kuatnya.Kemudian aku dapatkan pada masa ketuarentaanku pikunnya (Al Jaami’ah) dan lemahnya. Dan hanya kepada Alloh lah segala perkara yang sebelumnya dan yang setelahnya. Dan sesungguhnya benar-benar membuatku amat sedih dan terasa sakit bahwasanya saya melihat suatu Jaami’ah yang telah dibangun diatas ketakwaan pada awal mulanya dan adanya pengurusan tumbuhnya oleh dua syaikh yang mulia yaitu Muhammad bin Ibrohim dan ‘Abdul’Aziz bin Baaz rohimahumalloh kembalilah perkaranya setelah setengah kurun dari pendiriannya sampai berada pada hembusan angin.Lalu angin-angin topan pun mengamuk dan jadilah (Al Jaami’ah) sebagai tempat kesukaan orang-orang asing, para da’I westernisasi, para wartawan dan bahkan sampai-sampai para wartawati yang mana mereka tidak ada beberapa tahun sebelumnya.” –Maka apakah ada bantahan dari Ubaid Al Jaabiry atas perkataan beliau? Bahkan ini menambah penguat bahwa apa yang membuat emosi Ubaid kepada Syaikhuna hanyalah berasal dari hawa nafsu dan pembelaan terhadap Ahlul Bathil dengan kebathilan!     
(7) Lihat “At Tanbiih As Sadiid ‘ala Maa Nuqila lisy Syaikh ‘Ubaid” dan “At Taudhiih lima Jaa a fit Taqriiraati ‘Ilmiyyah wan Naqdis Shohiih” karya Syaikh Yahya Al Hajury hafidzohulloh
(8) Sebagaimana di dalam risalahnya”An Naqdus Shohiih limaa tadhommanahu At Tanbiihus Sadiid min Mukhoolafatil Jawaabis Shohiih
(9) Ucapan ini di dalam kaset  dengan tema”Al Ajwibah Al Jaabiriyah ‘anil asilatil Ghorbiyyah
(10) Berkata Ubaid:”Ini adalah kaidah Al Jarh wat Ta’diil. Dan ringkasanya:Bahwasanya barangsiapa yang tahu adalah hujjah atas orang yang tidak tahu. Maka apabila seorang ‘alim mentahdzir seseorang dan menegakkan padanya hujjah: bahwa orang ini termasuk dari Ahlul Ahwaa ataukah Juhhal (orang-orang jahil) yang tidak layak mendapat jabatan ilmu dan pengajaran.Dan orang alim ini tadi dikenal dikalangan orang-orang dengan Sunnah dan istiqomah dan ketakwaan kepada Alloh subhaanah maka sesungguhnya kita terima ucapannya, dan mentahdzir apa yang ia memperingatkan kita darinya, dan meskipun yang menyelisihinya adalah ratusan orang, selama ia menegakkan hujjahnya dan menegakkan bukti-bukti atas apa yang ia katakan terhadap orang yang ditahdzir, maka ini adalah perkara yang kita mampu, bahkan adalah kewajiban buat kita dan yang wajib bagi kita, jika tidak, maka Sunnah akan hilang….. (sampai akhir perkataannya).” Lihat kembali “At Taudhiih Limaa Jaa a fit Taqriiraatil ‘Ilmiyyah wan Naqdish Shohiih” karya Asy Yahya Al Hajury hafidzohulloh    
(11) Sebagaimana di dalam kaset “Isyaaraatut Takiid bi an sabbat Haadzihil Hizbiyyah wa Muna’isyuha huwa Asy Syaikh ‘Ubaid” –Juz yang pertama
(12) Lihat “I’laamusy Syaikh ‘Ubaid ‘ala Anna Na’syahu lil Hizbiyyiin ‘alad Da’wah As Salafiyah fil Yaman wa Difaa’ahu ‘anhum laisa ‘alaina Bimudhir wa laisa lahu Bimufiid” karya Syaikhuna Yahya Al Hajury.
(13)  Berkata Al Wushoby di dalam kaset khutbah Jum’at bertema “Wujuubut Tatsabbut”:
وَلَوْلَا إِذْ سَمِعْتُمُوهُ قُلْتُمْ مَا يَكُونُ لَنَا أَنْ نَتَكَلَّمَ بِهَذَا سُبْحَانَكَ هَذَا بُهْتَانٌ عَظِيمٌ _ يَعِظُكُمَ اللَّهُ أَنْ تَعُودُوا لِمِثْلِهِ أَبَدًا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِين_ [النور/16، 17]
Dan mengapa kamu tidak berkata, diwaktu mendengar berita bohong itu: "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita memperkatakan ini, Maha Suci Engkau (Ya Robb kami), ini adalah dusta yang besar."” [Q.S.An Nuur:17]

                Alloh mencela mereka : jika orang yang fajir lagi munafik itu mengatakan suatu perkataan wajib bagi kalian agar tidak menyebarkannya, adalah wajib bagi kalian agar tidak menjadi terompet yang mana kalian mengulang-ulang ucapan (orang yang fajir itu) di dalam masyarakat yang bersih, muslim, suci, murni dan jernih.
                Berkata (Al Wushoby) pada kaset itu pula ketika ia mensyarah hadits berganti-gantinya Umar bersama seorang dari Anshor rodhiyallohu ‘anhuma dan kisah tentang Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam menceraikan istri-istrinya:
                Ia berkata : “ Dia telah datang setelah Isya: yaitu orang Anshor lalu berkata : Apakah Umar ada…. Lantas berkata: Apakah Kamu (wahai Umar) tahu apa yang terjadi hari ini? Umar berkata: Tidak. Orang Anshor berkata: Rosululloh sallallohu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan istri-istrinya. Berkata perawi: Maka Umar gelisah akan hal ini!! Semua para sahabat dan diantara mereka adalah Hafshoh bintu Umar seluruhnya rodhiyallohu ‘anhum. Maka Umar rodhiyallohu ‘anhu lalu pergi memastikan, pertama kali yang ia masuk padanya adalah pada Hafshoh anaknya rodhiyallohu ‘anha. Lalu ia mendapatinya menangis. Maka berkatalah Umar kepadanya: Apakah Rosululloh sallallohu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan kalian? Berkata Hafshoh: Saya tidak tahu, mereka (para sahabat) mengira bahwa Rosululloh sallallohu ‘alaihi wa sallam telah menceraikan istri-istrinya dan mereka saling menukil perkataan Yaa Subhaanalloh! Alangkah butuhnya kita semua kepada pendidikan dan pengajaran!!
                Dan begitu pula Al Wushoby telah berkata: Maka (Nabi) tidak menjawab kepada Umar sama sekali. Lalu Umar masuk ke mesjid lalu mendapati para sahabat sedang bergosip diantara mereka lalu Umar kembali dan ia tidak sabar lagi (lantas berkata): Mintakanlah izin kepada Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam untukku. Berkata Robah (pembantu Rosululloh sallallohu ‘alaihi wa sallam ): Aku menyebutmu disisinya (Nabi) namun ia tidak menjawab apapun. Maka Umar kembali ke mesjid lalu mendapati para sahabat sedang bercakap-cakap. Dan sementara ia diam… … Maka Nabi mengizinkannya lalu ia pun masuk dan mengucapkan salam kepada Nabi dan berkata: Apakah engkau telah menceraikan istri-istrimu? Berkata Nabi: Tidak…….
                Berkata Al Wushoby: “Dan seperti inilah cara taakkud (memastikan) dan seperti inilah tatsabbut adanya…..”

Bantahan:
                Berkata Yasir Al Hudaidy: Hadaakalloh! Dari mana kamu tahu bahwasanya para sahabat dulu bergosip? Sementara seluruh riwayat-riwayat yang tertera bahwasanya mereka menangis di sekeliling mimbar dan tidak ada riwayat di dalam “Shohihain” apa yang telah kamu sebutkan. Tidakkah kamu tahu bahwa gosip ada di dalamnya berupa perkataan dusta dan kebatilan sebagaimana dalam “Lisaanul ‘Arob”. Kemudian, dari mana kalian dapatkan bahwasanya para sahabat dulu saling menukil-nukilkannya? Kemudian kamu bangun ucapan tersebut diatasnya yang dalam ucapanmu tersebut terdapat celaan dan cercaan (dengan ucapan): “Alangkah butuhnya kita kepada pendidikan dan pengajaran!!!   
(14)  Dan berkata Al Wushoby di dalam kitabnya: “Nashooih Ulamaais Sunnah” sebagai nukilan dari selainnya (halaman 148): “Dan seperti inilah perkara-perkara ijtihadiyah. Al jarh wat Ta’dil termasuk dari perkara-perkara ijtihadiyah karena bukan nash dari langit atau dari Nabi sallallohu ‘alaihi wa sallam, Fulan dho’if  ataukah Fulan Matruuk ataukah Fulan Hizby, ini hanyalah permasalahan ijtihadiyah. Maka apabila Masyayikh berselisih tentang seseorang atau tentang suatu perkara maka engkau wahai penuntut ilmu mengikuti apa yang engkau lihat benar dan bagi setiap Syaikh udzurnya dalam permasalahan ijtihadiyah, kamu ingin fanatik ataukah mengekang dakwah menurut pendapat sendiri ataukah mengekang Masyayikh? Maka setiap orang mengerti tentang kadar dirinya.”

Bantahan:
Asy Syaikh Robi’ bin Hady Al Madkholy hafidzohulloh ditanya: Apa perkataan anda tentang orang yang mengatakan: Tidaklah diterima perkataan seorang ‘alim yang menjarh kecuali dengan bayyinah (bukti penjelasan), sedangkan menerima perkataannya tanpa bayyinah dikategorikan sebagai bentuk taqlid (fanatik buta)?
                Maka beliau hafidzohulloh menjawab: “Demi Alloh! Ulama Al Jarh wat Ta’diil dan Ulama Syariat Islam member perincian pada perkara ini dan diantara mereka adalah Al Haafidz Ibnu Katsir dalam “Baa’itsul Hatsiits” ataukah dalam “Mukhtashor Muqaddimah Ibni Sholaah” ketika mengatakan: Apabila seorang alim yang telah direkomendasikan menjarh sementara ia mengetahui sebab-sebab Al Jarh wat Ta’diil dan perselisihan dalam perkara-perkara ini dan tidak ada satupun yang menyelisihinya dalam jarh ini maka ia dan jarhnya diterima. –barokallohu fiikum- Adapun jika seorang alim yang telah direkomendasikan dengan tazkiyah seperti halnya dia menyelisihinya maka ketika itu dituntut bagi yang menjarh untuk mendatangkan bukti-bukti akan kepastian jarhnya dan sebab-sebabnya. Maka apabila ia mendatangkan bukti-bukti  meskipun yang menyelisihinya adalah seratus orang alim dari Kibaarul Ulamaa dan tokoh yang terkemuka mereka maka penyelisihannya mereka itu tidak ada nilainya karena mereka menyelisihi hujjah (argumen) dan bukti-bukti sementara mereka menyelisihi tanpa dasar hujjah dan bukti sementara Alloh berfirman: “Datangkanlah oleh kalian bukti kalian jika kalian adalah orang-orang yang jujur”, maka bukti menjadikan diam ribuan dari orang-orang yang kosong tangan-tangan mereka dari hujjah-hujjah walaupun mereka adalah Ulama. Maka kaidah-kaidah ini wajib untuk diketahui dan wajib bagi kalian untuk melihat kembali kitab-kitab hadits. Terlebih-lebih lagi yang panjang lebar seperti : Tadriibur Roowy dan seperti: Fathul Mughiits lis Sakhoowy syarh Alfiyah Al ‘Iroqy. Dan perkara-perkara ini adalah perkara yang langsung diterima tanpa perlu pikir panjang menurut Ahlul ‘Ilm, saling bertengkar dan berbicara tentangnya dengannya kebatilan tidaklah boleh karena sesungguhnya kita akan merusak dan menghancurkan ilmu-ilmu Islam dan…dan…dan seterusnya dengan semisal metode-metode ini. Maka tidak boleh bagi seorang muslim untuk melemparkan tuduhan kepada manusia kecuali dengan kebenaran, kecuali dengan kebenaran dan jauh dari talbiis (pengkaburan) dan hiyal(tipu-tipu daya) –barokallohu fiikum-“ (dari kaset “Asilah Syabaab ‘an Fitnah Abil Hasan” (pertanyaan yang kedua))
(15)  Dari kaset khutbah Jum’at “Wajibnya tatsabbut”.
(16)  Al Wushoby ditanya dalam kaset “Taisiiruz Zawaaj”: “Apakah orang yang jatuh pada satu kebid’ahan dalam perkara-perkara ibadah dan tidaklah dalam perkara-perkara akidah apakah disebut Mubtradi’?
                Mubtadi’  yaitu orang yang bermanhaj bid’ah dia itulah Mubtadi’. Adapun seseorang yang terjatuh di dalam kebid’ahan jika ia adalah seorang mujtahid maka baginya pahala ijtihad diangkat darinya kesalahan. Dan jika bukan termasuk mujtahid maka ia Mukhthi ‘Aamy (salah dan awwam) ia (hendaknya) bertaubat kepada Alloh ‘azza wa jalla, tidaklah dikatakan : Fulan Bid’y ataukah Mubtadi’ kecuali apabila kebid’ahan itu telah menjadi manhaj baginya.”
                Ia pernah ditanya di dalam fatwa umum: Apakah dhobit-dhobit(kaidah-kaidah) menghajr (meninggalkan) Mubtadi’ dan kapan menghajr?
                Jika bid’ahnya seseorang telah menjadi manhajnya maka dihajr (karena) bid’ah telah menjadi manhaj baginya, pada keadaan ini dia dihajr tanpa kemuliaan. Dan jika sunnah adalah manhajnya akan tetapi ia telah berbuat kesalahan dalam suatu masalah yang ia mengatakan di dalamnya dengan perkataannya Ahlul Bid’ah maka ia dinasihati dan tidak dihajr. Dan jika ia tidak kembali maka tidaklah dihajr pula. Akan tetapi, perkataan ini dalam kebid’ahan ini yang dihajr dan tidak diterima perkataannya dalam kebid’ahan. Dan adapun dia, pada asalnya dia tetap diatas Sunnah.

                Bantahan:
                Berkata Yasir Al Hudaidy: Subhaanalloh! Maka sungguh engkau jika demikian telah berbuat dzolim kepada Abul Hasan. Dengarkanlah perkataan Al Allamah Robi’ Al Madkholy yang berkata : ”Bagian kedua”: orang yang ia termasuk Ahlus Sunnah dan terjatuh di dalam kebid’ahan yang jelas seperti ucapan bahwa Al Quran itu makhluk ataukah berpemahaman Qodariyah ataukah memiliki pemahaman Khowaarij dan yang lainnnya maka dia divonis sebagai Mubtadi’ dan atas inilah amalan Salaf. “Bagian ketiga”: Barangsiapa dari Ahlus Sunnah dan dikenal dengan ketelitiannya terhadap al hak dan terjatuh di dalam kebid’ahan yang tidak nampak maka ini meskipun ia telah mati maka tidak boleh memvonisnya Mubtadi’ bahkan menyebutnya dengan kebaikan meskipun ia masih hidup. Maka ia dinasehati dan dijelaskan kepadanya al hak dan tidak boleh terburu-buru dalan momvonisnya Mubtadi’. Maka jika ia bersihkeras untuk terus melakukan maka divonis Mubtadi’.
(17) Bantahan: Berkata Yasir Al Hudaidy –tatkala mengingkari Al Wushoby dalam menjadikan Al Haakimiyah sebagai satu bagian dari tauhid kepada Alloh ‘azza wa jalla -. Dan ia tidak merasa cukup dengan itu sampai-sampai mengada-adakan kedustaan atas Asy Syaikh bin Bazz bahwa beliau berkata di dalam fatwanya –sebagaimana di dalam kitab Al Wushoby “Al Qoulul Mufiid” cetakan ketuluh, kedelapan dan kesembilan- dan nashnya : “(الوحيد) secara bahasa maknanya adalah …… secara syariat maknanya adalah ”Mentauhidkan Alloh dalam Rububiyah, Uluhiyah, Asmaa was Sifaat dan HukumNya. Lihat Majmuul Fataawa Asy Syaikh Ibn Bazz 1/34”. Dan Al Wushoby memiliki ucapan lainnya dalam menetapkan perkataannya dengan adanya tauhid Haakimiyah.
                Maka ketika diketahui manhajnya dalam mengikrarkan tauhid Al Haakimiyah dan diketahui kedustaannya terhadap Asy Syaikh bin Baaz ia lalu menghapusnya pada cetakan yang kesepuluh tanpa adanya penjelasan, tanpa adanya taubat dan tanpa adanya pengoreksian (diri).
(18) Lihat “Al Walaa wal Baraa ‘inda Asy Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhaab wa Ash Haabihi Al Hibbil Jadiid” karya Syaikhuna Yahya.
(19) Dan begitupula dua risalah Asy Syaikh Kamal Al ‘Adeny “Jinaayatul Wushoby ‘alal Ushuulis Salafiyah” halaqoh (majelis) pertama dan kedua.
(20) Lihat “Jinaayatul Wushoby ‘alal Ushuulis Salafiyah” halaqoh (majelis) kedua karya Asy Syaikh Kamal Al Adeny dan metode Al Adeny yang dibela oleh Al Wushoby sekarang yaitu benar-benar semisal metode Bakry dalam perkara tanah. Bahkan, diantara keanehan-keanehan bahwa (tanah) Fuyusy itu dekat dengan bidang-bidang tanah milik Bakry!
(22) Rekaman kaset dengan tema “At Tuhfatul Jaabiriyah fil Asilatil Yaafi’iyah” yang diadakan pada tanggal 28 Sya’ban 1429H.
(23) Lihat kembali syarah beliau terhadap kitab “ ‘Aqiidatus Salaf Ash Haabil Hadiits” karya Ash Shoobuny hal.313-314 (cetakan pertama- Darul Imam Ahmad)
(24) Ucapan ini dalam kaset “Al Ajwibah Al Jaabiriyah ‘anil Asilatil Gharbiyyah”.
(25) Lihat kembali “Mukhtashorul Bayaan Al Muwaddhih li Hizbiyatil ‘Adeny Abdur Rohmaan wa man Tabi’ahu ‘alal Fitnah wal ‘Udwaan” di bawah pengawasan Asy Syaikh Yahya Al Hajury waffaqohulloh.
(26) Rekaman kaset dengan tema “Al Ijaabah Al Jaabiriyah ‘anil Asilatil Maghribiyah haulal Fitnah Al Hajuuriyah
(27) Sebagaimana di dalam risalahnya “Ubaid Al Jaabiry wa Mujaazafaatuhul ‘Ajiibah”.
(28) Sebagaimana dalam risalah beliau dengan tema “I’laamusy Syaikh ‘Ubaid ‘ala anna Na’syahu lil Hizbiyyiin ‘alad Da’wah As Salafiyah fil Yaman wa Difaa’uhum Laisa ‘alaina bi Mudhir wa Laisa lahu bi Mufiid”.
(29) Sebagaimana dalam rekaman kaset “Al Ajwibah Al Jaabiriyah ‘alal Asilatil ‘Iroqiyah”.
(30) Lihat kembali malzamah “Difaa’ul ‘Ulama ‘an Daaril hadits bi Dammaaj wa Syaikhiha Yahya bin ‘Aly Al Hajuury”.
(31)An Nihaayah fii Ghoriibil Hadits wal Atsar” karya Al Imam Abu Sa’daat bin Al Atsiir Al Jazary.
(32) Lihat kembali syarah beliau terhadap kitab “’Aqiidatus Salaf Ash Haabul Hadiits karya Ash Shoobuuny hal.313/314 (cetakan pertama- Darul Imam Ahmad)
(33) Di dalam mukaddimahnya yang buruk pada risalah tempel-menempel yang dipenuhi dengan kedustaan dan talbiis karya ‘Arofaat Al Barmaky.
(34) Kalau ini bukanlah termasuk dari kehinaan Ubaid maka apa?!
(35) Sebagaimana yang telah Alloh perintahkan? Tidak (demikian), demi Alloh tidaklah seruannya itu melainkan seruan kepada perpecahan dan memecah-belah shaf-shaf Ahlus Sunnah, dan ini adalah diantara ciri-ciri yang paling nampak dari Ahlut Tahazzub di zaman kita. Pandai sekali Asy Syaikh Yahya untuk menamakan Ubaid sebagai sabtnya hizbi baru ini karena Ubaid terus berusaha melakukan tindakan perpecahan antara Ahlus Sunnah yang semisalnya ataukah lebih keras lagi daripada Abdulloh as sabt. Laa Jazaahullohu khoiron!!

(36) Dan ini adalah inti Al Waraa wal Baraa yang sempit dari Ubaid –bagaimana tidak, sementara ia mentahdzir dari Dammaj pusat Sunnah dan menasihatkan untuk belajar pada seorang yang menyimpang?!-
(37) Dalam risalahnya dengan tema “Iiqoofun Naziif Al Hadzayaany Al Mutadaqqiq min ‘Ubaid Al Jaabiry”.
(38) Pertanyaan yang kedua puluh tujuh dari fatwa “As Siyaasah Asy Syar’iyyah” karya Al Allamah Sholeh bin Fauzaan Al Fauzaan.
(39) Dari kaset “Al Ajwibah An Nadiyah ‘ala Al Asilah Al Huulandiyah” pada tanggal 23 Robi’ul Awwal 1420H. 

Comments

  1. Asy-Syaikh Muhammad bin 'Abdillah Al-Imam hafizhahullah, berkata;
    "Adapun jika bantahan itu datang dari penuntut ilmu, maka kebanyakannya mereka itu bukanlah orang-orang yang pantas untuk membantah. Oleh karenanya engkau temukan pada bantahan-bantahan mereka adanya sikap melampaui batas, keserampangan dan kezhaliman. Bahkan sebagian mereka berusaha menampakkan bahwa dia adalah orang yang mampu untuk mengkritik ulama. Sampai-sampai sebagian mereka menempuh jalan
    dengan mencela aqidah seorang ‘alim Sunny, padahal belum ada seorangpun dari para ulama yang mendahuluinya dalam hal itu. Lihatlah perlombaan ini yang pada hakekatnya adalah kelancangan terhadap ulama."
    <[Al-Ibanah]>

    ReplyDelete

Post a Comment