Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipiscing elit. Test link

TANGGAPAN SURAT TERBUKA


TANGGAPAN YANG TERRIDHOI
TERHADAP SURAT TERBUKA
MILIK SEBAGIAN ORANG INDONESIA
YANG MENGAKU-NGAKU SALAFI



Telah Dibaca Dan Mengizinkan Penyebarannya Syaikh Kami Yang Mulia Waliduna Sang Penasihat yang Terpercaya          Al-'Allamah Al-Muhaddits Al-Faqih
ABU 'ABDIRRAHMAN YAHYA BIN 'ALI AL-HAJURI
Semoga Allah Memuliakannya Dan Memuliakan AgamaNya Dengannya




Ditulis Dan Diterjemahkan Oleh:
Abu 'AbdirRohman Shiddiq bin Muhammad Al-Bugisi Al-Indonesi



DARUL HADITS DAMMAJ
Semoga Allah Senantiasa Menjaganya
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم الدين, أما بعد:
Saya telah membaca surat tersebut, tatkala saya dapati surat tersebut dikirim secara terbuka maka saya senang untuk memberinya tanggapan dengan apa yang Allah subhanahu mudahkan, dengan mengharapkan dibalik semua itu manfaat dan berkah dari Allah subhanahu, sesungguhnya Ia maha kuasa dan mampu untuk itu, tibalah saatnya masuk kepada tanggapan yang dimaksud:
Ucapan kalian: Di antara kami dan kalian adalah wasiat dan nasihat ulama,
          Bahkan yang benar diucapkan sebelum itu adalah: Di antara kami dan kalian adalah al-kitab dan sunnah menurut pemahaman salaf, demikian juga yang teranggap di antara kami dan kalian adalah al-haq hujjah dan burhan, sama saja apakah Syaikh Rabi' hafidzahullah mencocokinya ataupun tidak, dan ini adalah manhaj yang prinsipil yang ditempuh dan diserukan oleh Syaikh Rabi' hafidzahullah di setiap bantahan-bantahannya terhadap seluruh penyelisih yang beliau bantah dan inilah bantahan-bantahan beliau dan metodenya sama saja apakah ahlul ilmi mencocoki beliau pada ucapannya ataukah mereka malah menyelisihi beliau.
Allah Ta'ala berkata:
﴿ المص ` كِتَابٌ أُنْزِلَ إِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَى لِلْمُؤْمِنِينَ ` اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ ﴾ [الأعراف/1-3].
"Alif laam mim shad. ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada kesempitan di dalam dadamu darinya, supaya kamu memberi peringatan dengannya, dan sebagai pelajaran bagi orang-orang mukmin. Ikutilah apa yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Hanya sedikit yang mengambil pelajaran." [Al-A'rof: 1-3]
Dan berkata:
﴿ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ ﴾ [يونس/32]  
"Maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka Bagaimanakah kalian dipalingkan (dari kebenaran)? [Yunus: 32].
          Dan tiada udzur bagi seorangpun yang telah mengetahui kebenaran untuk meninggalkan kebenaran tersebut karena ucapan orang yang belum jelas baginya kebenaran tersebut siapapun dia, karena hadits Abu Sa'id Al-Khudry Rodhiyallohu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
(( لاَ يَمْنَعَنَّ أَحَدَكمْ هَيْبَةُ النَّاسِ أَنْ يَقُولُ فِيْ حَقٍّ إِذَا رَآهُ أَوْ شَهِدَهُ أَوْ سَمِعَهُ )).
"Jangan sampai salah seorang di antara kalian terhalangi oleh kewibawaan seseorang untuk mengatakan Al Haq, terhadap apa yang dia lihat atau saksikan atau dia dengar". [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan dimuat di Shohihul Musnad milik Imam Al-Wadi'i rahimahullah 1/350].
          Dengan ini jadilah kami yang sebenarnya berbahagia mengemban manhaj Syaikh Rabi' hafidzahullah dan manhaj orang-orang sebelum beliau dari para imamud dien, adapun kalian tukang bikin permusuhan, Kalian tidak memuliakan dalil yang dimuliakan Allah dan semua yang memuliakan al-haq lalu bertameng dengan ucapan-ucapan semacam ini.
Ucapan kalian: Maka tidak seorangpun dari kami yang akan berbicara (menjarh) kalian, dan tidak seorangpun dari kalian yang akan menjarh kami
          Kami katakan: Bahkan semestinya mengingkari pelaku kebatilan dalam dakwah dan pemecah belah dakwah dan ini termasuk dalam rangka memberi nasihat dengan haq di antara kami dan kalian, sebagai bentuk pengamalan firman Allah Ta'ala:
﴿ وَالْعَصْرِ ` إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ` إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ﴾ [العصر/1-3]
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati agar menetapi kebenaran dan nasehat menasehati agar menetapi kesabaran." [Al-'Ashr: 1-4].
Dan sebagai bentuk pengamalan terhadap perkataan Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam:
((الدين النصيحة))
"Agama itu adalah nasihat",
Demikian juga wajib amar ma'ruf nahi mungkar, sebagaimana perkataan Allah Ta'ala:
﴿وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ ﴾  [آل عمران/104[
Dan hendaknya ada di antara kalian sekelompok ummat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Ali 'Imran: 104].
Dan termasuk dari pengamalan hal itu adalah ingkar ahlus sunnah terhadap pemecah belah dari ahlil bid'ah, maka di manakah kalian dari kitab-kitab dan manhaj mereka sekarang? Apakah ilmu-ilmu kalian telah larut di samping hizbiyyah Abdurrohman Al-'Adeni dan pengikutnya, para penolongnya yang bersikukuh dalam fitnah dan hizbiyyah semacam Luqman Ba'abduh, Muhammad Sarbini, dan Afifuddin dan siapa saja yang bersama mereka dalam fitnah dan permusuhan sampai mereka bertaubat. Hal yang timbul dari kalian adalah kebodohan dan bukanlah ilmu dan bukan pula manhaj salaf bahkan apabila kamu mau maka  katakanlah tasyabbuh (menyerupai) jahiliyyah
﴿ وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ ﴾ [القلم : 9]
"Mereka berharap supaya kamu bersikap lunak terhadap mereka lalu merekapun bersikap lunak pula kepadamu." [Al-Qolam: 9].
Kukatakan tidak ada satupun jalan keluar bagi seseorang dari al-haq siapapun dia, seandainya kami diam dari kalian maka tidaklah kami menjadi sebagai penasihat terhadap orang yang memintanya bahkan kita telah menyembunyikan al-haq sementara dosa menyembunyikannya telah diketahui bersama di mana kami mengetahui apa yang tidak diketahui oleh selain kami karena kami menghidupi dan melihat langsung dengan mata kepala sendiri ulah yang mereka (para hizbiyyin) perbuat semacam kalian dari fitnah dan furqoh (perpecahan) maka janganlah kalian berharap kami akan diam dari kalian sampai diketahui dari kalian taubat yang benar, jelas dan pasti tiada kerancuan di dalamnya dari hizbiyyah kalian yang keji dan fitnah kalian yang memalukan/terbongkar kekejiannya yang telah kalian perbuat dalam dakwah salafiyyah, semoga Allah memerangi kalian bagaimana bisa kalian dipalingkan?
Allah Ta'ala berkata:
﴿ وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا ﴾ [الكهف : 29]
"Dan Katakanlah Al-haq yang datangnya dari Robb kalian, Barangsiapa yang ingin (beriman kepada al-haq tersebut) maka hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (mengkafirinya) maka silahkan ia kafir. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolak apinya mengepung mereka. Apabila mereka minta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti timah cair yang mendidih yang menghanguskan wajah. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek." [Al-Kahfi: 29].
Ibnu Hibban berkata: telah menceritakan kami Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqofi dia berkata: telah menceritakan kepada kami Abu Qudamah, ia  berkata: saya mendengar ibnu Mahdi berkata saya bersama Sufyan Ats-Tsauri melewati seseorang, maka beliaupun berkata: "(orang ini adalah) pendusta besar! Demi Allah kalaulah bukan karena tidak halal bagiku untuk diam dari menjelaskan hal orang ini tentulah aku diam."-selesai- dari (Al-Majruhin 1/21)
Abu Hatim berkata: Mereka itulah para imam muslimin yang memiliki sikaf waro' (kehati-hatian) dalam agama mereka, mereka itu membolehkan mencela (menjelaskan hal) para periwayat hadits, dan menjelaskan orang-orang yang dhoif (lemah hapalannya) dan matruk (ditinggalkan haditsnya), dan mereka mengabarkan bahwa diam dari menjelaskan hal mereka itu bukanlah suatu hal yang halal, dan menjelaskannya dengan terang-terangan lebih baik dari pada menundukkan pandangan darinya (tidak menghiraukan mereka), dan telah terdahulu imam-imam sebelum mereka dalam menerapkannya, dan menganjurkan agar mengambil ilmu dari ahlinya.-selesai- dari (Al-Majruhin 1/21)
Ibnu Hibban berkata: telah mengabarkan kepada kami Ibrohim bin 'Abdillah, ia berkata telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq, ia berkata saya mendengar Abu Qudamah Ubaidillah bin Sa'id mengatakan: saya mendengar Abdurrohman bin Mahdi berkata: saya bersama Syu'bah melewati seseorang, yakni yang sedang menyampaikan hadits, maka beliau berkata: orang ini telah berdusta, demi Allah kalaulah bukan karena tidak halal bagiku untuk diam dari menjelaskan hal orang ini tentulah aku diam, atau kalimat semaknanya." [hilyatul Awliya' 7/151].
Berkata Isma'il Al-Harowi rahimahullah: Sudah lima kali saya dihunuskan pedang, tidak dikatakan kepadaku: taroju'lah (tinggalkanlah) madzhabmu. Akan tetapi dikatakan kepadaku: diamlah terhadap siapa saja yang menyelisihimu! Kujawab: saya tidak akan diam. –selesai- dari Siyar A'lamun Nubala' (18/503).
Dan ucapan kalian ini kebatilannya pasti secara syar'i dan 'urf (kebiasaan), apakah perbedaan antara ucapan kalian ini dengan kaidah Al-Banna': "Kita tolong menolong antar kita pada hal yang kita semua sepakat atasnya dan kita memberi udzur satu sama lain pada hal yang kita berselisih padanya"?
Dan kami menganggap jarh kami terhadap orang-orang yang menyimpang dan sesat adalah ibadah bahkan termasuk qurbah (hal-hal yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah) yang paling utama dan lebih utama daripada jihad dengan pedang.
Al-Imam Yahya bin Yahya An-Naisaburi berkata: "Pembelaan terhadap sunnah lebih utama daripada jihad" [Naqdul Mantiq, hal. 12, dinukil dari kitab Syaikh Rabi', Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah fin Naqdir Rijal wal Kutub wath Thowaif].
Dan dikatakan ke Ahmad bin Hanbal: Seseorang berpuasa, sholat, dan beri'tikaf lebih engkau senangi ataukah yang berbicara (menjarh) ahlul bida'? beliau menjawab: "Apabila ia puasa, sholat, dan beri'tikaf maka faidahnya hanyalah untuk dirinya, dan bila ia menjarh ahlul bida' maka faidahnya mencakup kaum muslimin." [dinukil dari kitab Syaikh Rabi', Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah fin Naqdir Rijal wal Kutub wath Thowaif].
Adapun ucapan kalian: kita semua –kami dan kalian- meyakini insya Allah kebenaran yang diucapkan oleh Asy-Syaikh Rabi' di nasihatnya kepada seluruh salafiyyin pada 17 Rabi'uts Tsani 1429 hijriyyah, yang berisi:
·       Beliau berkata hafidzahullah: Karena mereka bukanlah ahlul bida', demi Allah seandainya salah satu dari dua kubu tersebut mubtadi' tentulah kami akan mengangkat suara kami atasnya dan menjelaskan kebid'ahannya, namun tiada di antara mereka mubtadi', tiada di antara mereka yang menyeru kepada kebid'ahan, tiada apa-apa pada mereka, yang ada pada mereka adalah tendensi-tendensi pribadi.
·       Dan beliau hafidzahullah berkata: mereka semuanya salafiyyun, semuanya orang-orang yang mulia, dan semuanya insya Allah para mujahid, barokallahu fikum.
Kami katakan adapun kami tidak meyakini hal itu pada hak Abdurrohman Al-'Adeni dan siapa yang bersamanya, bahkan yang kami yakini yang dengannya kami menghambakan diri kepada Allah, bahwasanya mereka adalah hizbiyyun, dan semua ini telah dijelaskan dengan hujjah-hujjah dan burhan yang telah ditulis dan dijelaskan pada malzamah-malzamah dan kaset-kaset tersebut[1], walhamdulillah.
Sebaliknya kami katakan: kita semua –kami dan kalian- meyakini insya Allah kebenaran yang diucapkan oleh Asy-Syaikh Rabi' hafidzahullah Ta'ala manakala beliau ditanya yang nash soalnya sebagaimana pada salah satu kaset beliau ketika membantah Falih Al-Harbi: apakah disyaratkan di dalam mengkritik ahlul ahwa ijmâ' ‘ulamâ zaman itu atau cukup satu orang saja?
Maka beliau hafidzahullah menjawab: "Ini adalah salah satu dari kaidah-kaidah yang membikin lembek, dan kaidah yang keji, bârokallôhu fîkum. Pada zaman manakah disyaratkannya ijmâ’ ini? Dan apa dalîl terhadap syarat ini? Setiap syarat yang tidak ada di dalam Kitabullôh maka itu adalah bâthil meskipun seratus syarat. Maka apabila Ahmad bin Hanbal dan Yahyâ bin Ma'în mengkritik seorang mubtadi' saya katakan, ”Harus berkumpul imâm-imâm sunnah semuanya di alam ini terhadap mubtadi' ini.” Apabila Ahmad berkata, ”Ini adalah mubtadi'”, selesai segalanya. Oleh karena itu apabila berkata Ahmad, ”Fulân mubtadi'” manusia semuanya menerima hukum beliau. Mereka tidak menuruti hawa-hawa nafsu mereka (yaitu menolak jarh ini dengan slogan “seluruh ‘ulamâ belum sepakat”).
Jika Ibnu Ma'în berkata "orang ini mubtadi' (ahlu bid'ah)." Tak seorang pun yang membantah beliau (dengan mengatakan) “Disyaratkan ijmâ' (untuk menghukuminya)” Hal ini mustahil pada setiap hukum syari'ah pada setiap hukum syari'ah mustahil… Mereka adalah orang-orang mumayyi' mereka adalah orang-orang mumayyi' (tidak tegas dalam memegang al-haq) dan mereka adalah ahlul bâthil dan penyeru kepada kerusakan serta para pemancing di air keruh, maka janganlah kalian dengarkan omongan kosong ini. Jika seorang 'âlim yang bashîr (yang mengerti sebab-sebab jarh) telah menjarh seseorang -bârokallohu fîkum- wajib bagi kita menerima jarh ini, kecuali jika ada seorang yang ‘âlim ‘adil mutqin (kuat ‘ilmunya) menentang jarh tersebut, maka ketika itu dipelajari apa yang diucapkan dari kedua belah pihak, dan dilihat jarh ini dan ta'dîl ini.
 Apabila jarh tersebut mufassar (secara mendetail) serta jelas, maka jarh ini diutamakan daripada ta'dîl, walaupun jumlah yang menta'dîl lebih banyak. Jika seorang ‘Ulamâ menjarh dengan jarh yang mufassar sedang yang menyelisihinya dua puluh, lima puluh, ‘ulamâ sedangkan mereka tidak memiliki dalîl (bukti) dan tiada yang mereka ketahui kecuali husnuzh zhonn (prasangka baik) dan beramal dengan zhohir (yang nampak), sedangkan yang menjarhnya memiliki bukti atas jarh orang ini, dia memiliki burhan atas jarhnya terhadap orang ini maka jarhnya dikedepankan. Karena yang menjarh memiliki hujjah, dan hujjah lebih diutamakan. Dan bahkan terkadang hujjah dikedepankan walaupun yang menyelisihinya adalah seluruh penghuni bumi. Seluruh penghuni bumi menyelisihinya, tapi bukti dan kebenaran bersamanya, al-jama’ah adalah siapa saja yang berada di atas al-haq walaupun dia sendiri, seandainya seseorang di atas sunnah sedang yang menyelisihinya seluruh penduduk dua kota atau tiga kota (sedang mereka) mubtadi'ah (maka) al-haq besertanya dan diutamakan hujjah (al-haq) yang dia miliki dibanding kebâthilan. Maka hendaknya al-haq dihormati. Hujjah dan bukti itu harus dihormati. Allôh Ta'ala berkata:
﴿ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ﴾ [البقرة : 111]
"Katakanlah: Datangkanlah burhan (bukti) kalian jika kalian memang benar!" [Al-Baqarah: 111].
Dan juga Allôh subhanahu wa Ta'ala  berkata:
﴿ وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ [الأنعام : 116]
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan manusia di muka bumi niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allôh." [Al-An'am: 116].
Maka jumlah yang banyak itu tiada nilainya jika tidak memiliki hujjah.’’ (selesai).
          Dan apa yang beliau hafidzahullah ucapkan sebagai jawaban terhadap beberapa pertanyaan para pemuda 'Adn pada masa fitnah Abil Hasan: "Apabila bukti-bukti telah didatangkan walaupun yang menentang jarh itu adalah seratus ’ulamâ dari kibârul ‘Ulamâ yang paling terkemuka dari mereka, penentangan mereka tidaklah berarti sama sekali. Karena sesungguhnya mereka menentang hujjah dan burhân, dan mereka menentang tanpa adanya hujjah dan burhân, sementara Allôh subhanahu wa Ta'ala berkata:
﴿ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ﴾ [البقرة : 111]
"Katakanlah: Datangkanlah burhan (bukti) kalian jika kalian memang benar!" [Al-Baqarah: 111].
Jadi burhân itu membungkam beribu-ribu orang yang tidak memiliki hujjah. Walaupun mereka adalah ‘ulamâ. Ini adalah kaidah yang wajib untuk diketahui dan hendaknya kalian merujuk kitab-kitab ‘ilmu hadîts terutama yang meluas pembahasannya seperti Tadrîbur Rowî, dan seperti Fathul Mugîts, Syarh Alfiah Al-'Iroqî, dan ini adalah perkara-perkara yang telah pasti di sisi ‘ulamâ, yang menyelisihi dan berbicara mengenai hal ini dengan bâthil tidak di perbolehkan, karena kita akan merusak ‘ilmu-‘ilmu islâmiyah dan meruntuhkan kaidah-kaidah dan… dan… dan seterusnya dengan cara-cara seperti ini. Jadi tidak boleh bagi seorang muslim mengutarakan kepada manusia kecuali al-haq. Dan (hendaknya) ia menjauh dari perkara yang samar dan hiyâl (tipu muslihat) bârokallohu fîkum. -selesai- [lihat Mukhtashor Bayan, hal: 74-75].
Dan demikian juga kita semua –kami dan kalian- meyakini insya Allah kebenaran yang diucapkan oleh Asy-Syaikh yang sesat lagi menyimpang 'Ubaid Al-Jabiri hadahullah sebagaimana pada risalahnya " Al-Haddul Fashil baina Mu'amalati Ahlus Sunnah wa Ahlul Bathil" sebagai bentuk jawaban terhadap pertanyaan yang kesepuluh, di mana dia berkata: "Inilah kaidah Jarh wat Ta'dil, intisarinya: Barangsiapa yang tahu (memiliki ilmu tentang suatu hal) hujjah atas siapa yang tidak tahu (perihal tersebut), maka jika seorang alim telah mentahdzir (mengingatkan ummat untuk menjauh) dari seseorang dan membuktikan penyimpangannya dengan bukti-bukti yang menunjukkan bahwasanya orang itu termasuk dari ahlul ahwa atau dari orang-orang bodoh yang tidak patut untuk tampil dengan penampilan ilmu dan mengajar manusia, sementara alim tersebut dikenal oleh manusia dengan sunnah dan istiqomahnya di atas sunnah, serta ketakwaannya kepada Alloh subhanahu wa Ta'ala maka hendaknya kita menerima ucapannya, dan menjauhi siapa yang ia peringatkan darinya, walaupun yang menyelisihinya beratus-ratus orang selama dia memiliki bukti dan penjelasan terhadap orang yang dia tahdzir itu, dan inilah yang bisa kami lakukan, bahkan inilah yang wajib dan harus bagi kita, kalau tidak sunnah akan terlantar (rusak), karena kebanyakan dari ahlul ahwa tidak diketahui halnya oleh kebanyakan dari ahlul ilmi, tidak bisa membongkar kesalahan-kesalahan, dan menyingkap topeng-topeng mereka karena beberapa faktor di antaranya:
          Teman dekat/duduk yang jelek yang menghalangi antara seorang alim sunni yang mulia lagi kuat, dengan apa yang mengoyak (membuka) kejelekan sipengacau, pelaku makar, penipu, dan penyusup itu –teman dekat yang jelek- penghalang yang tidak memungkinkan sampai kepadanya perkara itu sampai-sampai ia bisa menghalangi antara dia dengan saudara-saudaranya yang ia cintai karena Alloh, akhirnya ia tidak bisa membaca segala sesuatunya.
          Dan di antaranya: keberadaannya yang jauh dari wilayah ini, orang ini misalnya di Mesir atau Syam, atau Magrib, atau misalnya di Yaman, sedang Alim yang di Su'udiyyah ini tidak mengetahui apa yang terjadi pada wilayah itu, dan tidak ada seorang tsiqohpun (terpercaya) yang mengabarkannya mengenai apa yang terjadi di wilayah itu atau wilayah-wilayah selainnya yang mengakibatkan ia tidak mengetahui prihalnya.
          Di antaranya: Bisa jadi Alim ini bersandar kepada pengetahuannya (yang dulu), dan yang terngiang dalam ingatannya bahwasanya orang ini tsiqoh di sisinya, dia juga tidak mampu mendapati apa yang telah dibongkar oleh selainnya dari ahlul ilmi; karena sebab-sebab yang telah lewat, dan selainnya, namun ia bersandar kepada apa yang telah ia ketahui sebelumnya bahwasanya orang ini adalah pengemban sunnah dan penyeru kepada Alloh (da'i ilalloh) sementara dia berpenampilan sunnah di hadapannya, kecintaan terhadap ahlus sunnah, serta menceritakan kisah-kisah kehidupannya dalam bergulat (berperang) melawan pemikiran-pemikiran yang rusak, dan manhaj-manhaj yang lesu (tidak laku/ramai), dan mendatangkan kepadanya kitab-kitab yang baik, sedang ia tidak mengetahui penyimpangan-penyimpangannya, kalau begitu apa yang kita lakukan? Kita beramal dengan ucapan alim yang mendatangkan bukti-bukti dan penjelasan yang mengharuskan untuk mentahdzir (menjauh/berhati-hati) dari orang tersebut dari kitab-kitab, dan kaset-kasetnya, serta individunya.
Adapun Alim yang mulia tersebut tetap berada pada derajatnya di sisi kami. Kita tidak menjarhnya (menjatuhkan kredibilitasnya), dan tidak pula merendahkan kehormatannya, dan tidak mengurangi kedudukannya bahkan kita memberinya udzur, dan mengatakan ia tidak mengetahui hal itu, seandainya ia mengetahui seperti yang kami ketahui niscaya dia akan bersikap kepadanya seperti kita atau lebih keras dari kita. Wallohu A'lam selesai.
Ucapan kalian: Kami beri kalian faidah bahwasanya dakwah kami di Indonesia dalam keadaan baik, di mana kami menghadapi ahlul batil dengan berbagai macam coraknya, dari sufiyyah, syi'ah, mu'tazilah, dan aqlaniyyah, demikian pula kami berperang dengan khawarij dari quthbiyyin, sururiyyin dan turotsiyyin, kami semuanya berada pada satu barisan, bahu membahu dalam dakwah yang berberkah ini sesuai dengan kemampuan kami.
Maaf kalau saya mendatangkan untuk kalian ucapan Marwan bin Muhammad bin Hassan Ath-Thotori, beliau berkata: Tiga tipe orang yang tidak dipercaya dalam urusan agama: Shufi, pendongeng, dan mubtadi' yang membantah ahlul ahwa. –selesai-
Hal ini kami katakan pada hak orang-orang yang telah disebutkan tadi semacam Luqman, Sarbini, Afifuddin dan siapa saja yang semodel dengan mereka, tidakkah cukup bagi kalian ulah yang telah kalian perbuat, dan tidaklah hal (yang kalian sebutkan) itu cukup bagi kalian, kalian itu sesat sama saja apakah kalian mengaku-ngaku dengan pengakuan tersebut atau tidak, karena penentangan kalian terhadap dakwah salafiyyah dalam keadaan yang kalian ada padanya kembalinya sama dengan orang yang kalian sangka membantah mereka, dan sungguh kebanyakan dari jenis kalian telah bersatu dengan sebagian lainnya di sini, berkata salaf: Dan barangsiapa yang tersembunyi kebid'ahannya tidak akan tersembunyi bagi kami teman dekatnya.
Kemudian dakwah salafiyyah di negri kita Indonesia tidaklah terbatas pada tangan kalian sebagaimana yang kalian mengaku-ngaku dengannya, di sana para du'at lainnya yang penuh adab dengan kebaikan ini yang mereka tumbuh padanya dan berada di atas keistiqomahan yang bagus, menghormati al-haq dan burhan-burhannya dan lainnya lagi (darp para du'at) lebih baik keadaannya dari kalian dari segi mereka tidak berbicara dalam masalah fitnah dengan kebatilan, tidak pula membela para pelaku kebatilan semacam Abdurrohman Al-Adeni si hizbi yang fajir, mereka juga insya Allah menghadapi ahlul batil dengan berbagai macam coraknya, dari sufiyyah, syi'ah, mu'tazilah, dan aqlaniyyah, demikian pula mereka berperang dengan khawarij dari quthbiyyin, sururiyyin dan turotsiyyin, mereka semuanya berada pada satu barisan, bahu membahu dalam dakwah yang berberkah ini sesuai dengan kemampuan mereka.
Kami beri kabar gembira buat kalian bahwa ma'had ini yang sebagian dari penandatangan di antara kalian telah mencelanya dan syaikhnya dan berupaya menjauhkan manusia darinya dan sampai sekarang kami tidak mengetahui atau mendengar dari mereka taubat yang jujur, senantiasa dari waktu ke waktu sebagaimana dulunya di zaman Al-Imam Muqbil rahimahullah menghadapi ahlul batil dengan berbagai macam coraknya, dari sufiyyah, syi'ah, mu'tazilah, dan aqlaniyyah, demikian pula berperang dengan khawarij dari quthbiyyin, sururiyyin, turotsiyyin, dan hizbiyyin para pengkhianat semacam Abdurrohman Al-Adeni dan pem'bebek'nya Luqman Ba'abduh dan siapa yang bersamanya dalam fitnah dan permusuhan, bukan cuma menghadapi ahlul batil di Negara Yaman atau Indonesia saja bahkan di seluruh Negara-negara dunia, yang memimpinnya dalam menghadapi mereka adalah Syaikh kami yang mulia Yahya bin 'Ali Al-Hajuri hafidzahullah.
Jadi mengapa -jika kalian memang jujur- kalian tidak bertaubat dari ulah kalian lalu ta'awun bersama kami dalam menghadapi para pengkhianat yang fajir itu? Atau paling tidak cukup tahan keburukan kalian dari kami dan janganlah kalian mengambil giliran orang-orang yang kalian sebutkan bahwasanya kalian membantah mereka sebagaimana yang kalian ucapkan.
Dapat diketahui di sini suatu prinsip yaitu tidak seyogyanya bagi kaum muslimin untuk tertipu dengan pertolongan sebagian orang fajir terhadap agama ini, dan telah berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
((إن الله يؤيد هذا الدين برجل فاجر))
          "Sesungguhnya Allah (terkadang) menguatkan agama ini dengan orang yang fajir."
          Maka sekedar pertolongan mereka terhadap agama ini sebagaimana yang mereka mengaku-ngaku dengannya bukanlah sebagai dalil akan benarnya seluruh amalan mereka, bukan pula dalil bahwasanya tidak boleh mengkritik mereka dengan haq, Ibnu Daghinah telah melindungi Abu Bakr Ash-Shiddiq Rodhiyallohu 'anhu  ketika di makkah, dan sebagian kuffar quraisy ada yang berupaya untuk membatalkan pemboikotan Bani Hasyim dan Bani 'Abdil Muththolib, apakah ini menghalangi kita untuk menyatakan kebenaran bahwasanya mereka itu orang kafir? Maka berbangganya kalian bahwasanya kalian telah melakukan ini dan itu untuk agama ini tidaklah menghalangi kami untuk menyatakan kebenaran bahwasanya "kalian itu hizbiyyun" apabila kalian berlaku kebaikan maka kalian kebaikan itu untuk diri-diri kalian sendiri, dan Allah itu tidak butuh kepada kalian, dan apabila kalian berlaku buruk maka keburukan itu untuk diri-diri kalian pula (akibatnya), adapun kebatilan kalian harus dibantah atas kalian.   
Ucapan kalian: Oleh karena itu kami harap dari kalian agar ta'awun bersama kami dalam pemeliharaan terhadap dakwah kami di Indonesia…
Kukatakan: Termasuk ta'awun kami bersama kalian adalah kami memperingatkan kalian dari hizbiyyah yang memburukkan yang barangsiapa yang terfitnah dengannya niscaya akan merusaknya dan menelantarkan berkah ilmu dan dakwahnya, demikian pula kami memperingatkan dan menghimbau kalian agar menjauhi sebab terlantarnya dakwah, yaitu maksiat dan menyelisihi kitab dan sunnah serta salaful ummah sebagaimana yang terdapat pada Jum'iyyah dan Yayasan yang kini kalian bela dengan syubhat-syubhat yang lebih lemah daripada sarang laba-laba, sampai salah satu peserta penandatangan ada yang mengatakan bahwa mendirikannya adalah barokah atau mendulang berkahnya bahkan mengeluarkan makalah (artikel) untuk itu, Allohul Musta'an.[2]
          Maka pada hakikatnya kami itu ta'awun bersama kalian dalam pemeliharaan terhadap dakwah di sana namun kalian tidak menyadarinya,
﴿ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [البقرة/216]
"Boleh Jadi kalian membenci sesuatu, padahal dia itu amat baik bagi kalian, dan boleh Jadi kalian menyukai sesuatu, ternyata dia itu amat buruk bagi kalian, dan Allah itu mengetahui, sedang kalian tidak mengetahui." [Al-Baqarah: 216].
Dan di Shahih:
((انصر أخاك ظالما أو مظلوما قال تحجزه أو تمنعه من الظلم فإن ذلك نصره))
"Tolonglah saudaramu yang zalim dan yang terzalimi, (beliau melanjutkan setelah ditanya bagaimana itu): engkau mencegahnya atau melarangnya dari kezaliman maka itu adalah bentuk pertolongan baginya."
Maka apa yang kami lakukan dari menasihati kalian kemudian mentahdzir dari kalian apabila kalian berpaling itu adalah ta'awun bersama kalian kalau kalian mengetahuinya, takut kalau kalian masuk dalam ayat ini:
﴿ لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ [النحل : 25]
"Supaya mereka memikul dosa-dosa mereka dengan sempurna pada hari kiamat, dan dari dosa-dosa orang yang mereka sesatkan tanpa ilmu. Ketahuilah, Amat buruklah dosa yang mereka perbuat itu." [QS.An-Nahl: 25].
Ucapan kalian: "Dan jangan sampai seseorang di antara kita menjadi sebab perpecahan dan perselisihan yang memudharatkan dakwah dan ukhuwah kita.
Dapat kita pahami dari ucapan kalian bahwasanya perpecahan dan ikhtilaf yang tidak memudharatkan dakwah bahkan demi kemaslahatan dakwah dan sebagai bentuk penjagaan terhadapnya dari kekeruhan dan tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab itu boleh bahkan wajib, sebagaimana itu keadaan dakwah ahlus sunnah dan sebagaimana yang diketahui pada dakwah Al-Imam Muqbil rahimahullah yang beliau namai dengan At-Tamayyuz yaitu berpisah dan berlepas diri dari seluruh ahlul bathil dan ahwa dan yang tersisa adalah dakwah ahlus sunnah dalam keadaan jernih dan murni, demikian juga yang dinamai oleh Al-Imam Al-Albani dengan At-Tashfiyyah wat Tarbiyah, dan pada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam tauladan yang baik bagi kita di mana telah datang di Bukhori dari hadits Jabir:
((ومحمد صلى الله عليه و سلم فرق بين الناس))
"Dan Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam memilah antar manusia." Yakni antara orang yang ta'at dan bermaksiat (yang tidak ta'at)
Bersamaan dengan itu Allah melepaskan NabiNya dari orang-orang yang memecah belah agamanya dan menjadi beberapa golongan dan mereka adalah ahlul bida' dan ahwa dan siapa saja yang menyelisihi agama Allah yang haq sebagaimana yang diucapkan oleh ibnu Katsir dalam tafsirnya, manakala menafsirkan perkataan Allah Ta'ala:
﴿ إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوا يَفْعَلُونَ ﴾ [الأنعام : 159]
"Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolongan, engkau bukanlah dari golongan mereka sedikitpun. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada Allah, kemudian Allah akan memberitahukan mereka apa yang dahulu mereka perbuat." [Al-An'am: 159].
          Jadi sebab perselisihan dan perpecahan adalah menyelisihi agama Allah yang haq yang Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam datang dengannya, serta tidak menerima dan tunduk kepada al-haq, Allah Ta'ala berkata:
﴿ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ﴾ [الأنعام/153]
"Dan sesungguhnya inilah jalanku yang lurus, maka ikutilah jalan ini, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), akhirnya mencerai beraikan kalian dari jalanNya." [Al-An'am: 153].
Dan berkata:
﴿ فَإِنْ آَمَنُوا بِمِثْلِ مَا آَمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ ﴾ [البقرة/137]
"Apabila mereka beriman sebagaimana kalian telah beriman dengannya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka sesungguhnya mereka hanyalah berada dalam perpecahan." [Al-Baqarah: 137].
Adapun mengikuti al-haq dan ahlul haq bukanlah sebab perpecahan dan perselisihan, hanya saja mereka memisahkan diri dari ahlul bida' dan ahwa demi menjaga agama mereka dan lari dari kejelekan mereka.
Bukankah kalian sendiri (dulunya) memisahkan diri dari Abu Nida', Yazid Jawwaz, dan Abdul Hakim Abdat dan selain mereka dari Sururiyyin disebabkan kehizbiyyahan mereka dan pembelaan mereka terhadap ahlul batil semacam Abdurrohman Abdul Khaliq sekaligus memelihara diri dari kejelekan mereka di Indonesia?! Maka Apakah tepat kalau dikatakan bahwasanya ketika itu kalian adalah sebab perpecahan dan perselisihan yang membahayakan dakwah dan ukhuwah, sementara mereka juga mengaku-ngaku salafi dan memerangi shufiyyah dan sejumlah dari golongan orang-orang sesat?
          Sebagaimana mereka telah berkeras hati dengan kebatilan tersebut bersama kami dan kalian mengapa sekarang kalian menempuh jalan mereka dalam hizbiyyah dan penentangan terhadap dakwah kemudian kalian berkeras hati sebagaimana mereka berkeras hati lalu kalian tidak ridho kami mengatakan kepada kalian sebagaimana kalian mengatakan kepada mereka, Yaa subhanallah ini adalah timbangan yang tidak seimbang tidak mengambil faidah dari perkataan Allah Ta'ala:
﴿ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ﴾ [الحديد : 25]
"Dan Kami telah turunkan bersama mereka (para Rasul) Al-kitab dan timbangan (keadilan) supaya manusia dapat menegakkan keadilan." [Al-Hadid: 25].
          Kesimpulannya: Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam itu adalah penyeru kepada jalan yang lurus, Allah berkata kepada NabiNya:
  ﴿ وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴾ [الشورى/52]
"Dan Sesungguhnya kamu itu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." [Asy-Syuro: 52].
Dan memerintahkan kita untuk mengikutinya, maka berkata:
﴿ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴾ [الأعراف/158].
"Maka berimanlah kalian kepada Allah dan RasulNya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimatNya, ikutilah dia! supaya kalian mendapat petunjuk." [Al-A'rof: 158].
Dan berkata Ta'ala:
﴿ وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ﴾ [التوبة : 100]
"Orang-orang terdahulu yang pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah." [At-Taubah: 100].
          Maka barangsiapa yang menyelisihi ini maka dialah yang memisahkan diri dari jalan yang lurus dan menyelisih jalan kaum mukminin dan jadilah dia penyebab perpecahan dan mengikuti jalan-jalan (perpecahan), adakah yang mengambil pelajaran? Maka mengapakah orang-orang itu hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? Namun talbis (pengkaburan) termasuk dari rukun-rukun hizbiyyah.
Ucapan kalian: Kami memohon kepada Allah Ta'ala supaya menyatukan hati-hati kita di atas kitab dan sunnah dan apa yang salaful ummah yang sholih padanya.
          Inilah yang dituntut secara syar'i, Allah berkata:
﴿ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ﴾ [آل عمران : 103]
"Dan berpegang teguhlah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah." [Ali-'Imron: 103].
Dan dari Abi Hurairah Rodhiyallohu 'anhu berkata: berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
«إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ الْمَالِ».[صحيح مسلم برقم, 4578]
"Sesungguhnya Allah ridho terhadap kalian tiga perkara dan membenci bagi kalian tiga perkara, Allah ridho terhadap kalian supaya kalian menyembahNya tidak menyekutukannya sengan sesuatupun, dan agar kalian semua berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan tidak berpecah belah, dan benci bagi kalian qila wa qola (katanya dan katanya), banyak tanya, dan menyia-nyiakan harta." [Shohih Muslim, No 4578].
An-Nawawi rahimahullah berkata pada syarah hadits ini: "Adapun berpegang teguh dengan tali (agama) Allah adalah berpegang teguh dengan perjanjianNya, yaitu dengan mengikuti kitabNya yang mulia, hukum-hukumnya, dan beradab dengan adab yang terdapat padanya.."-selesai-
          Ucapan beliau ini dikuatkan oleh salah satu riwayat Imam Muslim dari hadits Zaid bin Arqom, bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
« أَلاَ وَإِنِّى تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَحَدُهُمَا كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ هُوَ حَبْلُ اللَّهِ مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلاَلَةٍ ». [صحيح مسلم برقم: 6381].
"Ketahuilah sungguh saya telah meninggalkan untuk kalian dua hal yang besar/berat salah satunya Kitabullah 'Azza wa Jalla dialah tali Allah barangsiapa yang mengikutinya dia akan berada di atas petunjuk dan barangsiapa yang meninggalkannya maka dia berada di atas kesesatan. [ Shahih Muslim, No. 6381].
          Adapun hizbiyyah dan pembelaan terhadapnya dan pelakunya, demikian juga celaan dan pelecehan terhadap kebaikan dan pengembannya serta pelecehan terhadap ulama salafi yang sangat berani dan lantang dalam mengemukakan kebenaran pada ma'had ilmu yang paling besar di dunia (semua itu) bukanlah termasuk dari kitabullah dan sunnah dan bukan pula dari amalan salaful ummah yang shalih, dan bukan termasuk berpegang teguh dengan tali Allah sama sekali, juga minta-minta (proposal) kalian tanpa darurat dan atas nama dakwah, menaruh uang di bank ribawi, foto untuk membuat Jum'iyyah (yayasan), bahkan membuat Jum'iyyah itu bukanlah dari kitab dan sunnah dan bukan pula dari amalan salaf, juga bukan pula termasuk berpegang teguh dengan tali Allah, dan semua ulah kalian dari pengingkaran terhadap kebaikan syaikh dan pengajar kalian, dan penolakan terhadap kebaikan, fitnah, perpecahan, fujur, dan bergabung dengan hizbiyyah baru ini bukanlah termasuk berpegang teguh dengan kitab dan sunnah,
﴿ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ` كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴾ [الصف : 2-3]
"Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kalian mengatakan apa yang kalian tidak lakukan, amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa yang kalian tidak perbuat." [Ash-Shof: 2-3].
Allahul Musta'an, sampai di sini, Alhamdulillahi Robbil 'Alamin, dan semoga Allah membalas kedua saudara yang mulia Abu Turob dan Abu Fairuz Al-Indonesiyayn dengan pahala kebaikan yang telah menambah pada artikel ini beberapa faidah yang bermanfaat ini.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Ditulis oleh Al-Faqir Ilaa 'Afwi Robbih:
Abu 'AbdirRohman Shiddiq bin Muhammad Al-Bugisi Al-Indonesi
10 Rajab 1430


[1] Yang dikeluarkan dari sini, dan kamipun telah mengirimkan sebagiannya kepada kalian dengan bahasa arab dan Indonesia. Adakah yang mengambil pelajaran?
[2] Tidakkah kalian tahu bahwa berkah itu dengan mengikuti kitab dan sunnah dan petunjuk salaf tanpa menambahnya dengan sesuatupun? Barangsiapa yang tidak mencukupinya kitab, sunnah dan petunjuk salaf bahkan mendatangkan sesuatu yang baru maka Allah tidak akan mencukupkan baginya.

إرسال تعليق