NIKAHNYA PEZINA

Ilmui:
🖍NIKAHNYA PEZINA🖍

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rohimahulloh:

" نِكَاحُ الزَّانِيَةِ " حَرَامٌ حَتَّى تَتُوبَ سَوَاءٌ كَانَ زَنَى بِهَا هُوَ أَوْ غَيْرُهُ. هَذَا هُوَ الصَّوَابُ بِلَا رَيْبٍ وَهُوَ مَذْهَبُ طَائِفَةٍ مِنْ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ: مِنْهُمْ
أَحْمَد بْنُ حَنْبَلٍ وَغَيْرُهُ وَذَهَبَ كَثِيرٌ مِنْ السَّلَفِ وَالْخَلَفِ إلَى جَوَازِهِ وَهُوَ قَوْلُ الثَّلَاثَةِ؛ لَكِنْ مَالِكٌ يَشْتَرِطُ الِاسْتِبْرَاءَ وَأَبُو حَنِيفَةَ يُجَوِّزُ الْعَقْدَ قَبْلَ الِاسْتِبْرَاءِ إذَا كَانَتْ حَامِلًا؛ لَكِنْ إذَا كَانَتْ حَامِلًا لَا يَجُوزُ وَطْؤُهَا حَتَّى تَضَعَ وَالشَّافِعِيُّ يُبِيحُ الْعَقْدَ وَالْوَطْءَ مُطْلَقًا؛ لِأَنَّ مَاءَ الزَّانِي غَيْرُ مُحْتَرَمٍ وَحُكْمُهُ لَا يَلْحَقُهُ نَسَبُهُ. هَذَا مَأْخَذُهُ. وَأَبُو حَنِيفَةَ يُفَرِّقُ بَيْنَ الْحَامِلِ وَغَيْرِ الْحَامِلِ؛ فَإِنَّ الْحَامِلَ إذَا وَطِئَهَا اسْتَلْحَقَ وَلَدًا لَيْسَ مِنْهُ قَطْعًا؛ بِخِلَافِ غَيْرِ الْحَامِلِ. وَمَالِكٌ وَأَحْمَد يَشْتَرِطَانِ " الِاسْتِبْرَاءَ " وَهُوَ الصَّوَابُ؛ لَكِنْ مَالِكٌ وَأَحْمَد فِي رِوَايَةٍ يَشْتَرِطَانِ الِاسْتِبْرَاءَ بِحَيْضَةِ وَالرِّوَايَةُ الْأُخْرَى عَنْ أَحْمَد هِيَ الَّتِي عَلَيْهَا كَثِيرٌ مِنْ أَصْحَابِهِ كَالْقَاضِي أَبِي يَعْلَى وَأَتْبَاعِهِ أَنَّهُ لَا بُدَّ مِنْ ثَلَاثِ حِيَضٍ وَالصَّحِيحُ أَنَّهُ لَا يَجِبُ إلَّا الِاسْتِبْرَاءُ فَقَطْ؛ فَإِنَّ هَذِهِ لَيْسَتْ زَوْجَةً يَجِبُ عَلَيْهَا عِدَّةٌ وَلَيْسَتْ أَعْظَمَ مِنْ الْمُسْتَبْرَأَةِ الَّتِي يَلْحَقُ وَلَدُهَا سَيِّدَهَا وَتِلْكَ لَا يَجِبُ عَلَيْهَا إلَّا الِاسْتِبْرَاءُ فَهَذِهِ أَوْلَى. وَإِنْ قُدِّرَ أَنَّهَا حُرَّةٌ - كَاَلَّتِي أُعْتِقَتْ بَعْدَ وَطْءِ سَيِّدِهَا وَأُرِيدَ تَزْوِيجَهَا إمَّا مِنْ الْمُعْتِقِ وَإِمَّا مِنْ غَيْرِهِ - فَإِنَّ هَذِهِ عَلَيْهَا اسْتِبْرَاءٌ عِنْدَ الْجُمْهُورِ وَلَا عِدَّةَ عَلَيْهَا. وَهَذِهِ الزَّانِيَةُ لَيْسَتْ كَالْمَوْطُوءَةِ بِشُبْهَةِ الَّتِي يَلْحَقُ وَلَدُهَا بِالْوَاطِئِ؛ مَعَ أَنَّ فِي إيجَابِ الْعِدَّةِ عَلَى تِلْكَ نِزَاعًا. وَقَدْ ثَبَتَ بِدَلَالَةِ الْكِتَابِ وَصَرِيحِ السُّنَّةِ وَأَقْوَالِ الصَّحَابَةِ: أَنَّ " الْمُخْتَلِعَةَ " لَيْسَ عَلَيْهَا إلَّا الِاسْتِبْرَاءُ بِحَيْضَةِ؛ لَا عِدَّةٍ كَعِدَّةِ الْمُطَلَّقَةِ وَهُوَ إحْدَى الرِّوَايَتَيْنِ عَنْ أَحْمَد وَقَوْلُ عُثْمَانَ بْنِ عفان وَابْنِ عَبَّاسٍ وَابْنِ عُمَرَ فِي آخِرِ قَوْلَيْهِ. وَذَكَرَ مَكِّيٌّ: أَنَّهُ إجْمَاعُ الصَّحَابَةِ وَهُوَ قَوْلُ قَبِيصَةَ بْنِ ذُؤَيْبٍ
وَإِسْحَاقَ بْنِ رَاهَوَيْه وَابْنِ الْمُنْذِرِ وَغَيْرِهِمْ مِنْ فُقَهَاءِ الْحَدِيثِ. وَهَذَا هُوَ الصَّحِيحُ كَمَا قَدْ بَسَطْنَا الْكَلَامَ عَلَى هَذَا فِي مَوْضِعٍ آخَرَ.
[ابن تيمية ,مجموع الفتاوى ,111-32/109]

Nikahnya pezina diharamkan sampai dia bertaubat, sama saja dia berzina dengan yang akan dinikahinya atau selainnya, inilah yang benar tanpa keraguan dan ini adalah madzhab sebahagian salaf dan khalaf: diantaranya Ahmad bin Hambal dan selainnya, dan berpendapat banyak dari salaf dan kholaf kepada bolehnya dan padanya pendapat ada tiga, tetapi Imam Malik mensyaratkan istibro' (bersihnya rahim) dan Abu Hanifah membolehkan akad sebelum istibro' jika dia hamil, tetapi jika dia hamil tidak boleh digauli sampai dia melahirkan, dan Syafi'i membolehkan akad dan digauli secara mutlak, karena air pezina tidak dimuliakan dan hukumnya tidak digandengkan nasabnya, ini aibnya. Dan Abu Hanifah membedakan antara yang hamil dan tidak hamil, karena orang yang hamil jika digauli akan terdapat seorang anak yang tidak ada kepastiannya, berbeda dengan yang tidak hamil, sedangkan Malik dan Ahmad memberikan syarat istibro' dan itu yang benar, akan tetapi Malik dan Ahmad dalam satu riwayat mereka mensyaratkan dengan sekali haid dan riwayat yang lain dari Ahmad yang mana berpendapat dengannya banyak dari sahabatnya seperti Alqodhy Abu Ya'la dan pengikutnya bahwasanya harus tiga kali haid, dan yang shohih bahwasanya tidak wajib kecuali hanya sekali istibro' saja, karena ini bukanlah seorang istri yang wajib atasnya iddah dan bukan wanita istibro' besar yang disandarkan anaknya kepada tuannya, jika demikian itu tidak wajib atasnya kecuali sekali istibro' saja maka ini yang lebih utama, dan jika dia ditakdirkan sebagai wanita merdeka, seperti orang yang dimerdekakan setelah digauli tuannya dan

dia ingin menikah dengan yang memerdekakannya atau selainnya, maka ini wajib atasnya istibro menurut penndapat Jumhur ulama dan tidak ada iddah atasnya, sedangkan pezina ini tidaklah seperti orang yang digauli karena syubhat yang terikut pada anaknya dengan yang menggaulinya, bersamaan bahwasanya ada kewajiban iddah terhadap perdebatan masalah ini, dan telah tetap dengan dalil-dalil kitab dan jelasnya sunnah dan perkataan para sahabat bahwasanya wanita yang dikhulu' tidak wajib atasnya kecuali satu istibro' dengan sekali haid, tidak ada iddah sebagaimana iddahnya wanita yang ditalak dan itu salah satu dari dua riwayat dari Ahmad dan pendapat Utsman bin Affan dan Ibnu Abbas dan Ibnu Umar di akhir pendapatnya. Dan Makki menyebutkan bahwasanya itu adalah ijma para sahabat dan itu adalah pendapatnya Qobishoh bin Dzuaib dan Ishaq bin Rohawaih dan Ibnul Mundzir dan selainnya dari para Ahli Fiqih Hadits. Dan inilah yang shohih sebagaimana telah kita panjangkan pembahasan masalah ini di tempat yang lain.

📚Majmu Alfatawa: 32/109-110

✏️Diterjemahkan oleh:

Abu Ibrohim Said AlMakaassary

Makaassar Rabi'u Tsani  1444

Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

Comments