KAEDAH PENTING DALAM MEMVONIS INDIVIDU

KAEDAH PENTING DALAM MEMVONIS INDIVIDU

Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taymiyyah rohimahulloh:

إِنَّ نُصُوصَ " الْوَعِيدِ " الَّتِي فِي الْكِتَابِ وَالسُّنَّةِ وَنُصُوصَ الْأَئِمَّةِ بِالتَّكْفِيرِ وَالتَّفْسِيقِ وَنَحْوِ ذَلِكَ لَا يُسْتَلْزَمُ ثُبُوتُ مُوجَبِهَا فِي حَقِّ الْمُعَيَّنِ إلَّا إذَا وُجِدَتْ الشُّرُوطُ وَانْتَفَتْ الْمَوَانِعُ لَا فَرْقَ فِي ذَلِكَ بَيْنَ الْأُصُولِ وَالْفُرُوعِ. هَذَا فِي عَذَابِ الْآخِرَةِ فَإِنَّ الْمُسْتَحِقَّ لِلْوَعِيدِ مِنْ عَذَابِ اللَّهِ وَلَعْنَتِهِ وَغَضَبِهِ فِي الدَّارِ الْآخِرَةِ خَالِدٌ فِي النَّارِ أَوْ غَيْرُ خَالِدٍ وَأَسْمَاءُ هَذَا الضَّرْبِ مِنْ الْكُفْرِ وَالْفِسْقِ يَدْخُلُ فِي هَذِهِ " الْقَاعِدَةِ " سَوَاءٌ كَانَ بِسَبَبِ بِدْعَةٍ اعْتِقَادِيَّةٍ أَوْ عِبَادِيَّةٍ أَوْ بِسَبَبِ فُجُورٍ فِي الدُّنْيَا وَهُوَ الْفِسْقُ بِالْأَعْمَالِ. فَأَمَّا أَحْكَامُ الدُّنْيَا فَكَذَلِكَ أَيْضًا؛ فَإِنَّ جِهَادَ الْكُفَّارِ يَجِبُ أَنْ يَكُونَ مَسْبُوقًا بِدَعْوَتِهِمْ؛ إذْ لَا عَذَابَ إلَّا عَلَى مَنْ بَلَغَتْهُ الرِّسَالَةُ وَكَذَلِكَ عُقُوبَةُ الْفُسَّاقِ لَا تَثْبُتُ إلَّا بَعْدَ قِيَامِ الْحُجَّةِ.
[ابن تيمية ,مجموع الفتاوى ,10/372]

Sesungguhnya nash-nash ancaman yang ada di dalam Alkitab (Al-Qur'an) dan Assunnah dan nash-nash para imam tentang pengkafiran dan pemfasikan dan yang semisal itu tidak mengharuskan penerapan motifnya (langsung) di sisi (setiap) individu kecuali jika telah didapati syarat-syarat (pemvonisan) dan hilangnya penghalang, tidak ada bedanya dalam hal ushul maupun furu'. Ini dalam kaitan adzab di akhirat karena orang yang berhak dengan ancaman dari adzab Alloh dan laknatNya dan kemurkaanNya di negeri akhirat ada yang kekal di neraka atau (ada juga yang) tidak kekal, dan penamaan-penamaan permisalan ini dari kekafiran dan kefasikan masuk dalam kaedah ini, sama saja sebabnya adalah bid'ah i'tiqodyyah (keyakinan) atau ibadiyah (peribadatan) atau karena sebab kefajiran di dunia yaitu kefasikan dalam amal perbuatan. Adapun hukum-hukum dunia maka seperti itu juga, karena jihad melawan orang-orang kafir wajib di dahului dengan mendakwahi mereka, karena tidak ada adzab kecuali bagi siapa yang telah sampai risalah, demikian pula hukuman orang-orang fasik tidak ditetapkan kecuali setelah tegaknya hujjah. (Majmu' Alfatawa, 10/372)

Penerjemah katakan:
Pemvonisan mubtadi' juga demikian kaedahnya yaitu berhak divonis jika telah tegak hujjah dan terangkatnya penghalang, sama saja dalam bid'ah i'tiqodyyah ataupun peribadatan.

Penerjemah: Abu Ibrohim Saiid AlMakaassary

12 Sya'ban 1444

Telegram: @ilmui: https://t.me/ilmui

Comments