TANGGAPAN YANG TERRIDHOI
TERHADAP SURAT TERBUKA
MILIK SEBAGIAN ORANG
INDONESIA
YANG MENGAKU-NGAKU
SALAFI
Telah Dibaca Dan Mengizinkan Penyebarannya Syaikh Kami
Yang Mulia Waliduna Sang Penasihat yang Terpercaya Al-'Allamah Al-Muhaddits Al-Faqih
ABU 'ABDIRRAHMAN YAHYA BIN 'ALI AL-HAJURI
Semoga Allah Memuliakannya Dan Memuliakan AgamaNya
Dengannya
Ditulis Dan Diterjemahkan Oleh:
Abu 'AbdirRohman Shiddiq bin Muhammad Al-Bugisi
Al-Indonesi
DARUL HADITS DAMMAJ
Semoga Allah Senantiasa Menjaganya
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن تبعهم بإحسان إلى يوم
الدين, أما بعد:
Saya telah membaca surat
tersebut, tatkala saya dapati surat tersebut dikirim secara terbuka maka saya
senang untuk memberinya tanggapan dengan apa yang Allah subhanahu
mudahkan, dengan mengharapkan dibalik semua itu manfaat dan berkah dari Allah subhanahu,
sesungguhnya Ia maha kuasa dan mampu untuk itu, tibalah saatnya masuk kepada
tanggapan yang dimaksud:
Ucapan kalian: Di antara kami dan
kalian adalah wasiat dan nasihat ulama,
Bahkan
yang benar diucapkan sebelum itu adalah: Di antara kami dan kalian adalah
al-kitab dan sunnah menurut pemahaman salaf, demikian juga yang teranggap di
antara kami dan kalian adalah al-haq hujjah dan burhan, sama saja apakah Syaikh
Rabi' hafidzahullah mencocokinya ataupun tidak, dan ini adalah manhaj
yang prinsipil yang ditempuh dan diserukan oleh Syaikh Rabi' hafidzahullah
di setiap bantahan-bantahannya terhadap seluruh penyelisih yang beliau bantah
dan inilah bantahan-bantahan beliau dan metodenya sama saja apakah ahlul ilmi mencocoki
beliau pada ucapannya ataukah mereka malah menyelisihi beliau.
Allah Ta'ala berkata:
﴿ المص ` كِتَابٌ أُنْزِلَ
إِلَيْكَ فَلَا يَكُنْ فِي صَدْرِكَ حَرَجٌ مِنْهُ لِتُنْذِرَ بِهِ وَذِكْرَى
لِلْمُؤْمِنِينَ ` اتَّبِعُوا مَا أُنْزِلَ
إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ وَلَا تَتَّبِعُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ قَلِيلًا
مَا تَذَكَّرُونَ ﴾ [الأعراف/1-3].
"Alif laam
mim shad. ini adalah sebuah kitab yang diturunkan kepadamu, Maka janganlah ada
kesempitan di dalam dadamu darinya, supaya kamu memberi peringatan dengannya,
dan sebagai pelajaran bagi orang-orang mukmin. Ikutilah
apa yang diturunkan kepada kalian dari Robb kalian dan janganlah kalian
mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya.
Hanya sedikit yang mengambil pelajaran." [Al-A'rof:
1-3]
Dan berkata:
﴿ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى
تُصْرَفُونَ ﴾ [يونس/32]
"Maka
tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka Bagaimanakah kalian
dipalingkan (dari kebenaran)? [Yunus: 32].
Dan tiada
udzur bagi seorangpun yang telah mengetahui kebenaran untuk meninggalkan
kebenaran tersebut karena ucapan orang yang belum jelas baginya kebenaran
tersebut siapapun dia, karena hadits Abu Sa'id Al-Khudry Rodhiyallohu 'anhu
bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
(( لاَ يَمْنَعَنَّ
أَحَدَكمْ هَيْبَةُ النَّاسِ أَنْ يَقُولُ فِيْ حَقٍّ إِذَا رَآهُ أَوْ شَهِدَهُ
أَوْ سَمِعَهُ )).
"Jangan
sampai salah seorang di antara kalian terhalangi oleh kewibawaan seseorang
untuk mengatakan Al Haq, terhadap apa yang dia lihat atau saksikan atau dia
dengar". [Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, dan dimuat di Shohihul
Musnad milik Imam Al-Wadi'i rahimahullah 1/350].
Dengan ini
jadilah kami yang sebenarnya berbahagia mengemban manhaj Syaikh Rabi' hafidzahullah
dan manhaj orang-orang sebelum beliau dari para imamud dien, adapun kalian tukang
bikin permusuhan, Kalian tidak memuliakan dalil yang dimuliakan Allah dan semua
yang memuliakan al-haq lalu bertameng dengan ucapan-ucapan semacam ini.
Ucapan kalian: Maka tidak seorangpun
dari kami yang akan berbicara (menjarh) kalian, dan tidak seorangpun dari
kalian yang akan menjarh kami
Kami
katakan: Bahkan semestinya mengingkari pelaku kebatilan dalam dakwah dan
pemecah belah dakwah dan ini termasuk dalam rangka memberi nasihat dengan haq
di antara kami dan kalian, sebagai bentuk pengamalan firman Allah Ta'ala:
﴿ وَالْعَصْرِ ` إِنَّ الْإِنْسَانَ
لَفِي خُسْرٍ ` إِلَّا الَّذِينَ
آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا
بِالصَّبْرِ ﴾ [العصر/1-3]
"Demi
masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati agar menetapi
kebenaran dan nasehat menasehati agar menetapi kesabaran." [Al-'Ashr:
1-4].
Dan sebagai bentuk pengamalan terhadap perkataan Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam:
((الدين النصيحة))
"Agama itu
adalah nasihat",
Demikian juga wajib amar
ma'ruf nahi mungkar, sebagaimana perkataan Allah Ta'ala:
﴿وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ
وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ
الْمُفْلِحُونَ ﴾ [آل عمران/104[
“Dan hendaknya ada di antara kalian sekelompok ummat yang
menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
mungkar, dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” [Ali 'Imran: 104].
Dan termasuk dari pengamalan hal
itu adalah ingkar ahlus sunnah terhadap pemecah belah dari ahlil bid'ah, maka
di manakah kalian dari kitab-kitab dan manhaj mereka sekarang? Apakah ilmu-ilmu
kalian telah larut di samping hizbiyyah Abdurrohman Al-'Adeni dan pengikutnya,
para penolongnya yang bersikukuh dalam fitnah dan hizbiyyah semacam Luqman
Ba'abduh, Muhammad Sarbini, dan Afifuddin dan siapa saja yang bersama mereka
dalam fitnah dan permusuhan sampai mereka bertaubat. Hal yang timbul dari
kalian adalah kebodohan dan bukanlah ilmu dan bukan pula manhaj salaf bahkan
apabila kamu mau maka katakanlah tasyabbuh
(menyerupai) jahiliyyah
﴿ وَدُّوا لَوْ تُدْهِنُ فَيُدْهِنُونَ ﴾ [القلم : 9]
"Mereka berharap supaya kamu bersikap lunak terhadap
mereka lalu merekapun bersikap lunak pula kepadamu." [Al-Qolam: 9].
Kukatakan tidak ada satupun
jalan keluar bagi seseorang dari al-haq siapapun dia, seandainya kami diam dari
kalian maka tidaklah kami menjadi sebagai penasihat terhadap orang yang
memintanya bahkan kita telah menyembunyikan al-haq sementara dosa menyembunyikannya
telah diketahui bersama di mana kami mengetahui apa yang tidak diketahui oleh
selain kami karena kami menghidupi dan melihat langsung dengan mata kepala
sendiri ulah yang mereka (para hizbiyyin) perbuat semacam kalian dari fitnah dan
furqoh (perpecahan) maka janganlah kalian berharap kami akan diam dari
kalian sampai diketahui dari kalian taubat yang benar, jelas dan pasti tiada
kerancuan di dalamnya dari hizbiyyah kalian yang keji dan fitnah kalian yang memalukan/terbongkar
kekejiannya yang telah kalian perbuat dalam dakwah salafiyyah, semoga Allah
memerangi kalian bagaimana bisa kalian dipalingkan?
Allah Ta'ala berkata:
﴿ وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ
رَبِّكُمْ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ
إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا
أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ
يَشْوِي الْوُجُوهَ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا ﴾ [الكهف : 29]
"Dan
Katakanlah Al-haq yang datangnya dari Robb kalian, Barangsiapa yang ingin
(beriman kepada al-haq tersebut) maka hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (mengkafirinya) maka silahkan ia kafir.
Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang
gejolak apinya mengepung mereka. Apabila mereka minta minum, niscaya mereka
akan diberi minum dengan air seperti timah cair yang mendidih yang
menghanguskan wajah. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang
paling jelek." [Al-Kahfi: 29].
Ibnu Hibban berkata:
telah menceritakan kami Muhammad bin Ishaq Ats-Tsaqofi dia berkata: telah
menceritakan kepada kami Abu Qudamah, ia
berkata: saya mendengar ibnu Mahdi berkata saya bersama Sufyan
Ats-Tsauri melewati seseorang, maka beliaupun berkata: "(orang
ini adalah) pendusta besar! Demi Allah kalaulah bukan karena tidak halal bagiku
untuk diam dari menjelaskan hal orang ini tentulah aku diam."-selesai-
dari (Al-Majruhin 1/21)
Abu Hatim berkata:
Mereka itulah para imam muslimin yang memiliki sikaf waro' (kehati-hatian) dalam
agama mereka, mereka itu membolehkan mencela (menjelaskan hal) para periwayat
hadits, dan menjelaskan orang-orang yang dhoif (lemah hapalannya) dan matruk
(ditinggalkan haditsnya), dan mereka
mengabarkan bahwa diam dari menjelaskan hal mereka itu bukanlah suatu hal yang
halal, dan menjelaskannya dengan
terang-terangan lebih baik dari pada menundukkan pandangan darinya (tidak
menghiraukan mereka), dan telah terdahulu imam-imam sebelum mereka dalam
menerapkannya, dan menganjurkan agar mengambil ilmu dari ahlinya.-selesai- dari
(Al-Majruhin 1/21)
Ibnu Hibban berkata:
telah mengabarkan kepada kami Ibrohim bin 'Abdillah, ia berkata telah
mengabarkan kepada kami Muhammad bin Ishaq, ia berkata saya mendengar Abu
Qudamah Ubaidillah bin Sa'id mengatakan: saya mendengar Abdurrohman bin Mahdi
berkata: saya bersama Syu'bah melewati seseorang, yakni yang sedang
menyampaikan hadits, maka beliau berkata: orang ini telah berdusta, demi Allah kalaulah
bukan karena tidak halal bagiku untuk diam dari menjelaskan hal orang ini
tentulah aku diam, atau kalimat semaknanya."
[hilyatul Awliya' 7/151].
Berkata Isma'il Al-Harowi rahimahullah:
Sudah lima kali saya dihunuskan pedang, tidak dikatakan kepadaku: taroju'lah
(tinggalkanlah) madzhabmu. Akan tetapi dikatakan kepadaku: diamlah terhadap
siapa saja yang menyelisihimu! Kujawab: saya tidak
akan diam. –selesai- dari Siyar A'lamun
Nubala' (18/503).
Dan ucapan kalian ini kebatilannya
pasti secara syar'i dan 'urf (kebiasaan), apakah perbedaan antara ucapan
kalian ini dengan kaidah Al-Banna': "Kita tolong menolong antar kita pada
hal yang kita semua sepakat atasnya dan kita memberi udzur satu sama lain pada
hal yang kita berselisih padanya"?
Dan kami menganggap jarh kami
terhadap orang-orang yang menyimpang dan sesat adalah ibadah bahkan termasuk
qurbah (hal-hal yang mendekatkan seorang hamba kepada Allah) yang paling utama
dan lebih utama daripada jihad dengan pedang.
Al-Imam Yahya bin Yahya
An-Naisaburi berkata: "Pembelaan terhadap sunnah
lebih utama daripada jihad" [Naqdul Mantiq, hal. 12, dinukil dari
kitab Syaikh Rabi', Manhaj Ahlus Sunnah wal Jama'ah fin Naqdir Rijal wal
Kutub wath Thowaif].
Dan dikatakan ke Ahmad bin
Hanbal: Seseorang berpuasa, sholat, dan beri'tikaf lebih engkau
senangi ataukah yang berbicara (menjarh) ahlul bida'? beliau menjawab:
"Apabila ia puasa, sholat, dan beri'tikaf maka faidahnya hanyalah untuk
dirinya, dan bila ia menjarh ahlul bida' maka faidahnya mencakup kaum
muslimin." [dinukil dari kitab Syaikh Rabi', Manhaj Ahlus Sunnah wal
Jama'ah fin Naqdir Rijal wal Kutub wath Thowaif].
Adapun ucapan kalian: kita semua
–kami dan kalian- meyakini insya Allah kebenaran yang diucapkan oleh Asy-Syaikh
Rabi' di nasihatnya kepada seluruh salafiyyin pada 17 Rabi'uts Tsani 1429
hijriyyah, yang berisi:
·
Beliau berkata
hafidzahullah: Karena mereka bukanlah ahlul bida', demi Allah seandainya
salah satu dari dua kubu tersebut mubtadi' tentulah kami akan mengangkat suara
kami atasnya dan menjelaskan kebid'ahannya, namun tiada di antara mereka
mubtadi', tiada di antara mereka yang menyeru kepada kebid'ahan, tiada apa-apa
pada mereka, yang ada pada mereka adalah tendensi-tendensi pribadi.
·
Dan beliau hafidzahullah
berkata: mereka semuanya salafiyyun, semuanya orang-orang yang mulia, dan
semuanya insya Allah para mujahid, barokallahu fikum.
Kami
katakan adapun kami tidak meyakini hal itu pada hak Abdurrohman Al-'Adeni dan
siapa yang bersamanya, bahkan yang kami yakini yang dengannya kami menghambakan
diri kepada Allah, bahwasanya mereka adalah
hizbiyyun, dan semua ini telah dijelaskan
dengan hujjah-hujjah dan burhan yang telah ditulis dan dijelaskan pada
malzamah-malzamah dan kaset-kaset tersebut[1], walhamdulillah.
Sebaliknya
kami katakan: kita semua –kami dan kalian- meyakini insya Allah kebenaran yang
diucapkan oleh Asy-Syaikh Rabi' hafidzahullah Ta'ala manakala beliau
ditanya yang nash soalnya sebagaimana pada salah satu kaset beliau ketika
membantah Falih Al-Harbi: apakah disyaratkan di dalam
mengkritik ahlul ahwa ijmâ' ‘ulamâ zaman itu atau cukup satu orang saja?
Maka beliau hafidzahullah menjawab: "Ini
adalah salah satu dari kaidah-kaidah yang membikin lembek, dan kaidah yang
keji, bârokallôhu fîkum. Pada zaman manakah disyaratkannya ijmâ’ ini?
Dan apa dalîl terhadap syarat ini? Setiap syarat yang tidak ada di dalam Kitabullôh
maka itu adalah bâthil meskipun seratus syarat. Maka apabila Ahmad bin Hanbal
dan Yahyâ bin Ma'în mengkritik seorang mubtadi' saya katakan, ”Harus
berkumpul imâm-imâm sunnah semuanya di alam ini terhadap mubtadi' ini.” Apabila
Ahmad berkata, ”Ini adalah mubtadi'”, selesai segalanya. Oleh karena itu
apabila berkata Ahmad, ”Fulân mubtadi'” manusia semuanya menerima hukum
beliau. Mereka
tidak menuruti hawa-hawa nafsu mereka (yaitu menolak jarh ini dengan
slogan “seluruh ‘ulamâ belum sepakat”).
Jika
Ibnu Ma'în berkata "orang ini mubtadi' (ahlu bid'ah)." Tak
seorang pun yang membantah beliau (dengan mengatakan) “Disyaratkan ijmâ' (untuk
menghukuminya)” Hal ini mustahil pada setiap hukum syari'ah pada setiap hukum
syari'ah mustahil… Mereka adalah orang-orang mumayyi' mereka adalah orang-orang
mumayyi' (tidak tegas dalam memegang al-haq) dan mereka adalah ahlul bâthil dan
penyeru kepada kerusakan serta para pemancing di air keruh, maka janganlah
kalian dengarkan omongan kosong ini. Jika seorang 'âlim yang bashîr
(yang mengerti sebab-sebab jarh) telah menjarh seseorang -bârokallohu fîkum-
wajib bagi kita menerima jarh ini, kecuali jika ada seorang yang ‘âlim ‘adil
mutqin (kuat ‘ilmunya) menentang jarh tersebut, maka ketika itu dipelajari apa
yang diucapkan dari kedua belah pihak, dan dilihat jarh ini dan ta'dîl ini.
Apabila jarh tersebut mufassar
(secara mendetail) serta jelas, maka jarh ini diutamakan daripada ta'dîl,
walaupun jumlah yang menta'dîl lebih banyak. Jika seorang ‘Ulamâ menjarh
dengan jarh yang mufassar sedang yang menyelisihinya dua puluh, lima
puluh, ‘ulamâ sedangkan mereka tidak memiliki dalîl (bukti) dan tiada yang
mereka ketahui kecuali husnuzh zhonn (prasangka baik) dan beramal dengan
zhohir (yang nampak), sedangkan yang menjarhnya memiliki bukti atas jarh
orang ini, dia memiliki burhan atas jarhnya terhadap orang ini maka jarhnya
dikedepankan. Karena yang menjarh memiliki hujjah, dan hujjah lebih diutamakan.
Dan bahkan terkadang hujjah dikedepankan walaupun yang menyelisihinya adalah
seluruh penghuni bumi. Seluruh penghuni bumi menyelisihinya, tapi bukti dan
kebenaran bersamanya, al-jama’ah adalah siapa saja yang berada di atas
al-haq walaupun dia sendiri, seandainya seseorang di atas sunnah sedang yang
menyelisihinya seluruh penduduk dua kota atau tiga kota (sedang mereka) mubtadi'ah
(maka) al-haq besertanya dan diutamakan hujjah (al-haq) yang dia miliki
dibanding kebâthilan. Maka hendaknya al-haq dihormati. Hujjah dan bukti itu
harus dihormati. Allôh Ta'ala berkata:
﴿ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ﴾ [البقرة
: 111]
"Katakanlah: Datangkanlah burhan (bukti) kalian jika kalian
memang benar!" [Al-Baqarah: 111].
Dan juga Allôh subhanahu wa
Ta'ala berkata:
﴿ وَإِنْ تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الْأَرْضِ يُضِلُّوكَ
عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ﴾ [الأنعام
: 116]
"Dan jika kamu menuruti kebanyakan manusia di muka bumi
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allôh." [Al-An'am:
116].
Maka jumlah yang banyak itu tiada
nilainya jika tidak memiliki hujjah.’’ (selesai).
Dan apa
yang beliau hafidzahullah ucapkan sebagai jawaban terhadap beberapa
pertanyaan para pemuda 'Adn pada masa fitnah Abil Hasan: "Apabila
bukti-bukti telah didatangkan walaupun yang menentang jarh itu adalah seratus
’ulamâ dari kibârul ‘Ulamâ yang paling terkemuka dari mereka, penentangan
mereka tidaklah berarti sama sekali. Karena sesungguhnya mereka menentang
hujjah dan burhân, dan mereka menentang tanpa adanya hujjah dan burhân, sementara
Allôh subhanahu wa Ta'ala berkata:
﴿ قُلْ هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ ﴾ [البقرة
: 111]
"Katakanlah: Datangkanlah burhan (bukti) kalian jika kalian
memang benar!" [Al-Baqarah:
111].
Jadi burhân
itu membungkam beribu-ribu orang yang tidak memiliki hujjah. Walaupun mereka
adalah ‘ulamâ. Ini adalah kaidah yang wajib untuk diketahui dan
hendaknya kalian merujuk kitab-kitab ‘ilmu hadîts terutama yang meluas
pembahasannya seperti Tadrîbur Rowî, dan seperti Fathul Mugîts,
Syarh Alfiah Al-'Iroqî, dan ini adalah perkara-perkara
yang telah pasti di sisi ‘ulamâ, yang menyelisihi dan berbicara mengenai hal
ini dengan bâthil tidak di perbolehkan, karena kita akan merusak ‘ilmu-‘ilmu
islâmiyah dan meruntuhkan kaidah-kaidah dan… dan… dan seterusnya dengan
cara-cara seperti ini. Jadi tidak boleh bagi seorang muslim mengutarakan kepada
manusia kecuali al-haq. Dan (hendaknya) ia menjauh dari perkara yang
samar dan hiyâl (tipu muslihat) bârokallohu fîkum. -selesai-
[lihat Mukhtashor Bayan, hal: 74-75].
Dan
demikian juga kita semua –kami dan kalian- meyakini insya Allah kebenaran yang
diucapkan oleh Asy-Syaikh yang sesat lagi menyimpang 'Ubaid Al-Jabiri
hadahullah sebagaimana pada risalahnya " Al-Haddul Fashil
baina Mu'amalati Ahlus Sunnah wa Ahlul Bathil" sebagai bentuk jawaban
terhadap pertanyaan yang kesepuluh, di mana dia berkata: "Inilah
kaidah Jarh wat Ta'dil, intisarinya: Barangsiapa yang tahu (memiliki ilmu
tentang suatu hal) hujjah atas siapa yang tidak tahu (perihal tersebut), maka
jika seorang alim telah mentahdzir (mengingatkan ummat untuk menjauh) dari
seseorang dan membuktikan penyimpangannya dengan bukti-bukti yang menunjukkan
bahwasanya orang itu termasuk dari ahlul ahwa atau dari orang-orang bodoh yang
tidak patut untuk tampil dengan penampilan ilmu dan mengajar manusia, sementara
alim tersebut dikenal oleh manusia dengan sunnah dan istiqomahnya di atas
sunnah, serta ketakwaannya kepada Alloh subhanahu wa Ta'ala maka hendaknya
kita menerima ucapannya, dan menjauhi siapa yang ia peringatkan darinya,
walaupun yang menyelisihinya beratus-ratus orang selama dia memiliki bukti dan
penjelasan terhadap orang yang dia tahdzir itu, dan inilah yang bisa
kami lakukan, bahkan inilah yang wajib dan harus bagi kita, kalau tidak sunnah
akan terlantar (rusak), karena
kebanyakan dari ahlul ahwa tidak diketahui halnya oleh kebanyakan dari ahlul
ilmi, tidak bisa membongkar kesalahan-kesalahan, dan menyingkap topeng-topeng
mereka karena beberapa faktor di antaranya:
Teman dekat/duduk yang jelek yang
menghalangi antara seorang alim sunni yang mulia lagi kuat, dengan apa yang
mengoyak (membuka) kejelekan sipengacau, pelaku makar, penipu, dan penyusup itu
–teman dekat yang jelek- penghalang yang tidak memungkinkan sampai kepadanya
perkara itu sampai-sampai ia bisa menghalangi antara dia dengan saudara-saudaranya
yang ia cintai karena Alloh, akhirnya ia tidak bisa membaca segala sesuatunya.
Dan di antaranya: keberadaannya
yang jauh dari wilayah ini, orang ini misalnya di Mesir atau Syam, atau Magrib,
atau misalnya di Yaman, sedang Alim yang di Su'udiyyah ini tidak mengetahui apa
yang terjadi pada wilayah itu, dan tidak ada seorang tsiqohpun (terpercaya)
yang mengabarkannya mengenai apa yang terjadi di wilayah itu atau
wilayah-wilayah selainnya yang mengakibatkan ia tidak mengetahui prihalnya.
Di antaranya: Bisa jadi Alim
ini bersandar kepada pengetahuannya (yang dulu), dan yang terngiang dalam
ingatannya bahwasanya orang ini tsiqoh di sisinya, dia juga tidak mampu mendapati
apa yang telah dibongkar oleh selainnya dari ahlul ilmi; karena sebab-sebab
yang telah lewat, dan selainnya, namun ia bersandar kepada apa yang telah ia
ketahui sebelumnya bahwasanya orang ini adalah pengemban sunnah dan penyeru
kepada Alloh (da'i ilalloh) sementara dia berpenampilan sunnah di
hadapannya, kecintaan terhadap ahlus sunnah, serta menceritakan kisah-kisah
kehidupannya dalam bergulat (berperang) melawan pemikiran-pemikiran yang rusak,
dan manhaj-manhaj yang lesu (tidak laku/ramai), dan mendatangkan kepadanya
kitab-kitab yang baik, sedang ia tidak mengetahui penyimpangan-penyimpangannya,
kalau begitu apa yang kita lakukan? Kita beramal dengan ucapan alim yang
mendatangkan bukti-bukti dan penjelasan yang mengharuskan untuk mentahdzir
(menjauh/berhati-hati) dari orang tersebut dari kitab-kitab, dan
kaset-kasetnya, serta individunya.
Adapun Alim yang mulia tersebut tetap
berada pada derajatnya di sisi kami. Kita tidak menjarhnya (menjatuhkan
kredibilitasnya), dan tidak pula merendahkan kehormatannya, dan tidak
mengurangi kedudukannya bahkan kita memberinya udzur, dan mengatakan ia tidak
mengetahui hal itu, seandainya ia mengetahui seperti yang kami ketahui niscaya
dia akan bersikap kepadanya seperti kita atau lebih keras dari kita. Wallohu
A'lam selesai.
Ucapan kalian: Kami beri kalian
faidah bahwasanya dakwah kami di Indonesia dalam keadaan baik, di mana kami
menghadapi ahlul batil dengan berbagai macam coraknya, dari sufiyyah, syi'ah,
mu'tazilah, dan aqlaniyyah, demikian pula kami berperang dengan khawarij dari
quthbiyyin, sururiyyin dan turotsiyyin, kami semuanya berada pada satu barisan,
bahu membahu dalam dakwah yang berberkah ini sesuai dengan kemampuan kami.
Maaf kalau saya mendatangkan untuk
kalian ucapan Marwan bin Muhammad bin Hassan Ath-Thotori, beliau berkata: Tiga
tipe orang yang tidak dipercaya dalam urusan agama: Shufi, pendongeng, dan mubtadi' yang membantah ahlul ahwa. –selesai-
Hal
ini kami katakan pada hak orang-orang yang telah disebutkan tadi semacam
Luqman, Sarbini, Afifuddin dan siapa saja yang semodel dengan mereka, tidakkah
cukup bagi kalian ulah yang telah kalian perbuat, dan tidaklah hal (yang kalian
sebutkan) itu cukup bagi kalian, kalian itu sesat sama saja apakah kalian
mengaku-ngaku dengan pengakuan tersebut atau tidak, karena penentangan kalian
terhadap dakwah salafiyyah dalam keadaan yang kalian ada padanya kembalinya sama
dengan orang yang kalian sangka membantah mereka, dan sungguh kebanyakan dari
jenis kalian telah bersatu dengan sebagian lainnya di sini, berkata salaf: Dan barangsiapa yang tersembunyi kebid'ahannya tidak akan
tersembunyi bagi kami teman dekatnya.
Kemudian dakwah salafiyyah di negri kita Indonesia tidaklah
terbatas pada tangan kalian sebagaimana yang kalian mengaku-ngaku dengannya, di
sana para du'at lainnya yang penuh adab dengan kebaikan ini yang mereka tumbuh
padanya dan berada di atas keistiqomahan yang bagus, menghormati al-haq dan
burhan-burhannya dan lainnya lagi (darp para du'at) lebih baik keadaannya dari
kalian dari segi mereka tidak berbicara dalam masalah fitnah dengan kebatilan,
tidak pula membela para pelaku kebatilan semacam Abdurrohman Al-Adeni si hizbi
yang fajir, mereka juga insya Allah menghadapi ahlul
batil dengan berbagai macam coraknya, dari sufiyyah, syi'ah, mu'tazilah, dan
aqlaniyyah, demikian pula mereka berperang dengan khawarij dari quthbiyyin,
sururiyyin dan turotsiyyin, mereka semuanya berada pada satu barisan, bahu
membahu dalam dakwah yang berberkah ini sesuai dengan kemampuan mereka.
Kami beri kabar gembira buat kalian bahwa ma'had ini yang sebagian
dari penandatangan di antara kalian telah mencelanya dan syaikhnya dan berupaya
menjauhkan manusia darinya dan sampai sekarang kami tidak mengetahui atau
mendengar dari mereka taubat yang jujur, senantiasa dari waktu ke waktu
sebagaimana dulunya di zaman Al-Imam Muqbil rahimahullah menghadapi
ahlul batil dengan berbagai macam coraknya, dari sufiyyah, syi'ah, mu'tazilah,
dan aqlaniyyah, demikian pula berperang dengan khawarij dari quthbiyyin,
sururiyyin, turotsiyyin, dan hizbiyyin para
pengkhianat semacam Abdurrohman Al-Adeni dan pem'bebek'nya Luqman Ba'abduh dan
siapa yang bersamanya dalam fitnah dan permusuhan, bukan cuma menghadapi ahlul batil di Negara Yaman atau Indonesia
saja bahkan di seluruh Negara-negara dunia, yang memimpinnya dalam menghadapi
mereka adalah Syaikh kami yang mulia Yahya bin 'Ali Al-Hajuri hafidzahullah.
Jadi mengapa -jika kalian memang jujur- kalian tidak bertaubat
dari ulah kalian lalu ta'awun bersama kami dalam menghadapi para
pengkhianat yang fajir itu? Atau paling tidak cukup tahan keburukan kalian dari
kami dan janganlah kalian mengambil giliran orang-orang yang kalian sebutkan
bahwasanya kalian membantah mereka sebagaimana yang kalian ucapkan.
Dapat diketahui di sini suatu prinsip yaitu tidak seyogyanya bagi
kaum muslimin untuk tertipu dengan pertolongan sebagian orang fajir terhadap agama
ini, dan telah berkata Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam:
((إن الله يؤيد هذا الدين برجل
فاجر))
"Sesungguhnya Allah (terkadang) menguatkan agama
ini dengan orang yang fajir."
Maka sekedar pertolongan mereka terhadap agama ini
sebagaimana yang mereka mengaku-ngaku dengannya
bukanlah sebagai dalil akan benarnya seluruh amalan mereka, bukan pula dalil
bahwasanya tidak boleh mengkritik mereka dengan haq, Ibnu Daghinah telah
melindungi Abu Bakr Ash-Shiddiq Rodhiyallohu 'anhu ketika di makkah, dan sebagian kuffar quraisy
ada yang berupaya untuk membatalkan pemboikotan Bani Hasyim dan Bani 'Abdil
Muththolib, apakah ini menghalangi kita untuk menyatakan kebenaran bahwasanya
mereka itu orang kafir? Maka berbangganya kalian bahwasanya kalian telah
melakukan ini dan itu untuk agama ini tidaklah menghalangi kami untuk
menyatakan kebenaran bahwasanya "kalian
itu hizbiyyun" apabila kalian
berlaku kebaikan maka kalian kebaikan itu untuk diri-diri kalian sendiri, dan
Allah itu tidak butuh kepada kalian, dan apabila kalian berlaku buruk maka
keburukan itu untuk diri-diri kalian pula (akibatnya), adapun kebatilan kalian
harus dibantah atas kalian.
Ucapan kalian: Oleh karena itu kami harap dari kalian agar ta'awun
bersama kami dalam pemeliharaan terhadap dakwah kami di Indonesia…
Kukatakan:
Termasuk ta'awun kami bersama kalian adalah kami memperingatkan kalian
dari hizbiyyah yang memburukkan yang barangsiapa yang terfitnah dengannya
niscaya akan merusaknya
dan menelantarkan
berkah ilmu dan dakwahnya, demikian pula kami memperingatkan dan menghimbau
kalian agar menjauhi sebab terlantarnya dakwah, yaitu maksiat dan menyelisihi kitab dan sunnah serta
salaful ummah sebagaimana yang terdapat pada Jum'iyyah dan Yayasan yang
kini kalian bela dengan syubhat-syubhat yang lebih lemah daripada sarang
laba-laba, sampai salah satu peserta penandatangan ada yang mengatakan bahwa
mendirikannya adalah barokah atau mendulang berkahnya bahkan mengeluarkan
makalah (artikel) untuk itu, Allohul Musta'an.[2]
Maka pada hakikatnya kami itu ta'awun
bersama kalian dalam pemeliharaan terhadap dakwah di sana namun kalian tidak
menyadarinya,
﴿ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ
تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
﴾ [البقرة/216]
"Boleh Jadi kalian membenci
sesuatu, padahal dia itu amat baik bagi kalian, dan boleh Jadi kalian menyukai
sesuatu, ternyata dia itu amat buruk bagi kalian, dan Allah itu mengetahui,
sedang kalian tidak mengetahui." [Al-Baqarah: 216].
Dan di
Shahih:
((انصر أخاك ظالما أو مظلوما قال تحجزه أو تمنعه من الظلم فإن ذلك نصره))
"Tolonglah saudaramu yang zalim dan
yang terzalimi, (beliau melanjutkan setelah ditanya bagaimana itu): engkau
mencegahnya atau melarangnya dari kezaliman maka itu adalah bentuk pertolongan
baginya."
Maka apa yang kami lakukan dari menasihati kalian kemudian
mentahdzir dari kalian apabila kalian berpaling itu adalah ta'awun
bersama kalian kalau kalian mengetahuinya, takut kalau kalian masuk dalam ayat
ini:
﴿ لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً
يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا
سَاءَ مَا يَزِرُونَ ﴾
[النحل : 25]
"Supaya
mereka memikul dosa-dosa mereka dengan sempurna pada hari kiamat, dan dari
dosa-dosa orang yang mereka sesatkan tanpa ilmu. Ketahuilah, Amat buruklah dosa
yang mereka perbuat itu." [QS.An-Nahl: 25].
Ucapan kalian: "Dan jangan sampai seseorang di
antara kita menjadi sebab perpecahan dan perselisihan yang memudharatkan dakwah
dan ukhuwah kita.
Dapat kita pahami dari ucapan kalian bahwasanya perpecahan
dan ikhtilaf yang tidak memudharatkan dakwah bahkan demi kemaslahatan dakwah
dan sebagai bentuk penjagaan terhadapnya dari kekeruhan dan tangan-tangan yang
tidak bertanggung jawab itu boleh bahkan wajib, sebagaimana itu keadaan dakwah
ahlus sunnah dan sebagaimana yang diketahui pada dakwah Al-Imam Muqbil
rahimahullah yang beliau namai dengan At-Tamayyuz yaitu berpisah dan
berlepas diri dari seluruh ahlul bathil dan ahwa dan yang tersisa adalah dakwah
ahlus sunnah dalam keadaan jernih dan murni, demikian juga yang dinamai oleh
Al-Imam Al-Albani dengan At-Tashfiyyah wat Tarbiyah, dan pada Rasulullah
Shallallahu 'alaihi wa sallam tauladan yang baik bagi kita di mana telah
datang di Bukhori dari hadits Jabir:
((ومحمد صلى الله عليه و سلم فرق بين الناس))
"Dan Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam memilah antar manusia." Yakni antara orang yang
ta'at dan bermaksiat (yang tidak ta'at)
Bersamaan dengan itu Allah melepaskan NabiNya dari
orang-orang yang memecah belah agamanya dan menjadi beberapa golongan dan
mereka adalah ahlul bida' dan ahwa dan siapa saja yang menyelisihi agama Allah
yang haq sebagaimana yang diucapkan oleh ibnu Katsir dalam tafsirnya, manakala
menafsirkan perkataan Allah Ta'ala:
﴿ إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ
مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللَّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُمْ بِمَا
كَانُوا يَفْعَلُونَ ﴾ [الأنعام : 159]
"Sesungguhnya orang-orang yang
memecah belah agama mereka dan mereka menjadi bergolongan, engkau bukanlah dari
golongan mereka sedikitpun. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah terserah kepada
Allah, kemudian Allah akan memberitahukan mereka apa yang dahulu mereka
perbuat." [Al-An'am: 159].
Jadi sebab perselisihan dan perpecahan
adalah menyelisihi agama Allah yang haq yang Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam datang dengannya, serta tidak menerima dan tunduk kepada al-haq,
Allah Ta'ala berkata:
﴿ وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا
تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ﴾ [الأنعام/153]
"Dan sesungguhnya inilah jalanku
yang lurus, maka ikutilah jalan ini, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan
(yang lain), akhirnya mencerai beraikan kalian dari jalanNya."
[Al-An'am: 153].
Dan
berkata:
﴿ فَإِنْ آَمَنُوا بِمِثْلِ مَا آَمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا
وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ ﴾ [البقرة/137]
"Apabila mereka beriman
sebagaimana kalian telah beriman dengannya, sungguh mereka telah mendapat
petunjuk, dan jika mereka berpaling, maka sesungguhnya mereka hanyalah berada
dalam perpecahan." [Al-Baqarah: 137].
Adapun
mengikuti al-haq dan ahlul haq bukanlah sebab perpecahan dan perselisihan,
hanya saja mereka memisahkan diri dari ahlul bida' dan ahwa demi menjaga agama
mereka dan lari dari kejelekan mereka.
Bukankah kalian sendiri (dulunya) memisahkan diri dari Abu
Nida', Yazid Jawwaz, dan Abdul Hakim Abdat dan selain mereka dari Sururiyyin
disebabkan kehizbiyyahan mereka dan pembelaan mereka terhadap ahlul batil
semacam Abdurrohman Abdul Khaliq sekaligus memelihara diri dari kejelekan
mereka di Indonesia?! Maka Apakah tepat kalau dikatakan bahwasanya ketika itu
kalian adalah sebab perpecahan dan perselisihan yang membahayakan dakwah dan
ukhuwah, sementara mereka juga mengaku-ngaku salafi dan memerangi shufiyyah dan
sejumlah dari golongan orang-orang sesat?
Sebagaimana mereka telah berkeras hati
dengan kebatilan tersebut bersama kami dan kalian mengapa sekarang kalian
menempuh jalan mereka dalam hizbiyyah dan penentangan terhadap dakwah kemudian
kalian berkeras hati sebagaimana mereka berkeras hati lalu kalian tidak ridho
kami mengatakan kepada kalian sebagaimana kalian mengatakan kepada mereka, Yaa
subhanallah ini adalah timbangan yang tidak seimbang tidak mengambil faidah
dari perkataan Allah Ta'ala:
﴿ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ
النَّاسُ بِالْقِسْطِ ﴾ [الحديد : 25]
"Dan Kami telah turunkan bersama
mereka (para Rasul) Al-kitab dan timbangan (keadilan) supaya manusia dapat menegakkan
keadilan." [Al-Hadid: 25].
Kesimpulannya: Bahwasanya Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam itu adalah penyeru kepada jalan yang lurus, Allah berkata
kepada NabiNya:
﴿
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ ﴾ [الشورى/52]
"Dan Sesungguhnya kamu itu
benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus." [Asy-Syuro:
52].
Dan
memerintahkan kita untuk mengikutinya, maka berkata:
﴿ فَآَمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ النَّبِيِّ الْأُمِّيِّ
الَّذِي يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَكَلِمَاتِهِ وَاتَّبِعُوهُ
لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ ﴾ [الأعراف/158].
"Maka berimanlah kalian kepada
Allah dan RasulNya, Nabi yang Ummi yang beriman kepada Allah dan kepada
kalimat-kalimatNya, ikutilah dia! supaya kalian mendapat petunjuk." [Al-A'rof: 158].
Dan
berkata Ta'ala:
﴿ وَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ
وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ﴾
[التوبة : 100]
"Orang-orang terdahulu yang
pertama-tama (masuk Islam) dari kalangan muhajirin dan anshar dan orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun
ridha kepada Allah." [At-Taubah: 100].
Maka barangsiapa yang menyelisihi ini
maka dialah yang memisahkan diri dari jalan yang lurus dan menyelisih jalan
kaum mukminin dan jadilah dia penyebab perpecahan dan mengikuti jalan-jalan
(perpecahan), adakah yang mengambil pelajaran? Maka mengapakah orang-orang itu
hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? Namun talbis
(pengkaburan) termasuk dari rukun-rukun hizbiyyah.
Ucapan kalian: Kami memohon kepada Allah Ta'ala supaya
menyatukan hati-hati kita di atas kitab dan sunnah dan apa yang salaful ummah
yang sholih padanya.
Inilah yang dituntut secara syar'i,
Allah berkata:
﴿ وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا ﴾
[آل عمران : 103]
"Dan berpegang teguhlah kalian
semuanya dengan tali (agama) Allah, dan janganlah kalian berpecah belah."
[Ali-'Imron: 103].
Dan
dari Abi Hurairah Rodhiyallohu 'anhu berkata: berkata Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam:
«إِنَّ اللَّهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلاَثًا وَيَكْرَهُ لَكُمْ ثَلاَثًا
فَيَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلاَ تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَأَنْ
تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلاَ تَفَرَّقُوا
وَيَكْرَهُ لَكُمْ قِيلَ وَقَالَ وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ وَإِضَاعَةَ
الْمَالِ».[صحيح مسلم برقم, 4578]
"Sesungguhnya Allah ridho terhadap
kalian tiga perkara dan membenci bagi kalian tiga perkara, Allah ridho terhadap
kalian supaya kalian menyembahNya tidak menyekutukannya sengan sesuatupun, dan agar kalian semua berpegang teguh
dengan tali (agama) Allah, dan tidak berpecah belah, dan benci bagi kalian qila wa
qola (katanya dan katanya), banyak tanya, dan menyia-nyiakan harta."
[Shohih Muslim, No 4578].
An-Nawawi rahimahullah berkata pada syarah hadits ini: "Adapun
berpegang teguh dengan tali (agama) Allah adalah berpegang teguh dengan perjanjianNya,
yaitu dengan mengikuti kitabNya yang mulia, hukum-hukumnya, dan beradab dengan
adab yang terdapat padanya.."-selesai-
Ucapan beliau ini dikuatkan oleh salah
satu riwayat Imam Muslim dari hadits Zaid bin Arqom, bahwasanya Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam berkata:
« أَلاَ وَإِنِّى تَارِكٌ فِيكُمْ ثَقَلَيْنِ أَحَدُهُمَا
كِتَابُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ هُوَ حَبْلُ اللَّهِ
مَنِ اتَّبَعَهُ كَانَ عَلَى الْهُدَى وَمَنْ تَرَكَهُ كَانَ عَلَى ضَلاَلَةٍ ».
[صحيح مسلم برقم: 6381].
"Ketahuilah sungguh saya telah
meninggalkan untuk kalian dua hal yang besar/berat salah satunya Kitabullah 'Azza wa
Jalla dialah tali Allah barangsiapa
yang mengikutinya dia akan berada di atas petunjuk dan barangsiapa yang
meninggalkannya maka dia berada di atas kesesatan. [ Shahih Muslim, No. 6381].
Adapun
hizbiyyah dan pembelaan terhadapnya dan pelakunya, demikian juga celaan dan
pelecehan terhadap kebaikan dan pengembannya serta pelecehan terhadap ulama
salafi yang sangat berani dan lantang dalam mengemukakan kebenaran pada ma'had
ilmu yang paling besar di dunia (semua itu) bukanlah termasuk dari kitabullah
dan sunnah dan bukan pula dari amalan salaful ummah yang shalih, dan bukan
termasuk berpegang teguh dengan tali Allah sama sekali, juga minta-minta
(proposal) kalian tanpa darurat dan atas nama dakwah, menaruh uang di bank
ribawi, foto untuk membuat Jum'iyyah (yayasan), bahkan membuat Jum'iyyah
itu bukanlah dari kitab dan sunnah dan bukan pula dari amalan salaf, juga bukan
pula termasuk berpegang teguh dengan tali Allah, dan semua ulah kalian dari pengingkaran
terhadap kebaikan syaikh dan pengajar kalian, dan penolakan terhadap kebaikan,
fitnah, perpecahan, fujur, dan bergabung dengan hizbiyyah baru ini bukanlah
termasuk berpegang teguh dengan kitab dan sunnah,
﴿
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ ` كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ
اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ ﴾ [الصف : 2-3]
"Wahai orang-orang yang beriman!
Mengapa kalian mengatakan apa yang kalian tidak lakukan, amat besar kebencian
di sisi Allah bahwa kalian mengatakan apa yang kalian tidak perbuat."
[Ash-Shof: 2-3].
Allahul Musta'an, sampai di sini, Alhamdulillahi
Robbil 'Alamin, dan semoga Allah membalas kedua saudara yang mulia Abu
Turob dan Abu Fairuz Al-Indonesiyayn dengan pahala kebaikan yang telah menambah
pada artikel ini beberapa faidah yang bermanfaat ini.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن
لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Ditulis
oleh Al-Faqir Ilaa 'Afwi Robbih:
Abu
'AbdirRohman Shiddiq bin Muhammad Al-Bugisi Al-Indonesi
10 Rajab
1430
[1] Yang dikeluarkan dari sini, dan kamipun telah
mengirimkan sebagiannya kepada kalian dengan bahasa arab dan Indonesia. Adakah
yang mengambil pelajaran?
[2] Tidakkah kalian tahu bahwa berkah itu dengan mengikuti
kitab dan sunnah dan petunjuk salaf tanpa menambahnya dengan sesuatupun?
Barangsiapa yang tidak mencukupinya kitab, sunnah dan petunjuk salaf bahkan
mendatangkan sesuatu yang baru maka Allah tidak akan mencukupkan baginya.